Pertemuan di suatu peristiwa yang cukup menegangkan. membuat sang pria yang ditolong jatuh hati pada penolongnya.
Aland Rey Dewantara menklaim bahwa Sera Swan adalab miliknya.
Hai.. readers..
Karya pertama ku dan pengalaman pertamaku..
Semoga suka ya. mau tes duku nih ombaknya.. hehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunavery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5 : Cemburu?
Pagi ini Sera merasa tubuhnya jauh lebih baik dan memutuskan untuk berjalan jalan ke mall.
Tingg
Notifikasi berasal dari ponselnya. Sera lantas membuka dan membacanya.
08xx11113456
Maaf aku harus meeting. Ada beberapa klien yang mendadak melakukan pertemuan hari ini.
Siang aku akan menjemputmu makan.
A
Dan lagi entah darimana Aland memiliki nomornya. Lagi lagi privasinya terganggu dan itu sangat membuat Sera agak kesulitan. Karena selama ini tidak pernah ada yang mengganggu privasinya sekalipun itu adalah keluarganya, terkecuali Nadin. Ibunya
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang dan Sera bergegas menuju sebuah mall yang cukup besar.
“Wah.. sudah berapa lama aku tidak menginjakkan kaki ku disini.. sepertinya aku harus menghabiskan uang sedikit banyak untuk bisa menikmati hidup selagi masa skors..” gumamnya sendiri.
Setelah hampir 1 jam berkeliling Sera membawa beberapa paper bag miliknya memasuki restoran korea kesukaannya.
Sera mengambil tempat yang sepi untuk bisa lebih tenang menikmati makanannya nanti. Selagi menunggu pesanannya, Sera melihat ponselnya dan melihat beberapa panggilan tak terjawab.
‘DIA LAGI’
Yah pagi tadi pesan dari Aland tak dibalas oleh Sera. Baginya dia belum menjadi siapa siapa sehingga tak harus mengikuti kemauan Aland ataupun harus memberitahu apa saja yang akan dilakukannya.
Sera memang mengiyakan lamaran tersebut. Namun bagi Sera dirinya masih ingin bebas dan mencapai sukses pada karirnya. Sebab itu dia sulit untuk membuka hati untuk siapapun.
Ketika akan pulang mata Sera menangkap seorang yang daritadi mengganggunya dan orang tersebut sedang berjalan bersama seorang wanita yang terlihat cukup menempel pada orang itu.
“Meeting ya.. oke. Gue ikutin cara main lo.” Gumam Sera.
Sera segera menghentikan taksi dan mengikuti mobil itu.
Tak lama mereka sampai di gedung tinggi yang tak lain adalah perusahaan milik tunangannya, Aland.
Sera turun membawa paper bagnya dan mengikuti masuk ke dalam gedung.
Namun langkahnya dicegah oleh satpam.
“Ada yang bisa saya bantu mbak?” tanya satpam yang bernama Galih
“Apa yang barusan tadi adalah CEO kalian?” tanya Sera langsung.
“Benar mbak. Apa ada yang bisa dibantu?”
“Lantai berapa ruangannya. Saya ada janji bertemu.”
“Silahkan ke bagian resepsionis.”
Sera pun menanyakan hal yang sama.
“Maaf mbak. Sekretarisnya menjawab bahwa pak Aland tidak ada janji temu lagi.”
“oh ya?”
Sera melirik angka yang berada di lift tempat Aland tadi masuk. Dan terlihat angka berhenti pada lantai 35. Senyumnya merekah. Namun Sera tak ingin gegabah dan membuat keributan. Ide nya muncul.
“Mbak saya nitip ini boleh? Trus toiletnya dimana ya mbak?” Tanya Sera
“Disebelah sana mbak.. dekat tangga”
“Oh bisa tunjukkan gak mbak.. saya takut kesasar. Mana janji ketemunya gak bisa.”
Asri nama resepsionis itu pun mengangguk dan berjalan mendahului. Dengan gerakan cepat Sera mengambil sebuah tanda pengunjung agar bisa memasuki lift.
“Oh disini.. terima kasih mbak..”
Setelah tak terlihat lagi, Sera segera memasuki lift menggunakan kartu pengunjung. Setelah sampai di lantai yang dituju lagi lagi dirinya dihadang oleh seorang wanita yang tak lain adalah salah satu karyawan di lantai tersebut.
“Maaf mbak ada yang bisa dibantu?”
“Ruang HRD dimana ya?” tanya Sera berkilat sambil matanya melihat ke lantai tersebut.
“Di lantai 11 mbak.”
“Oh saya yang salah pencet berarti yah..”
“ Disini ruangan CEO mbak.” Jawabnya lagi. Sera mengangguk paham.
Setelah pergi, Sera lantas berdiri seolah menunggu lift terbuka. Namun beberapa orang mulai berbisik sesuatu disamping Sera yang juga sedang menunggu lift.
“Katanya Pak Aland sudah lamaran. Tapi gak tau calonnya siapa.”
“Masa iya sama si cewek ganjen itu.. siapa? Bianca?”
“Ah gak lah.. mana mau Pak Aland yang spek
modelan dia gitu.. tapi gak tau juga sih.. Bianca kan sudah lama jadi sekretarisnya Pak Aland mana mereka kemana mana berdua juga ya kan. Pasti suka juga lama lama Pak Aland dengan Bianca”
Sera merasa sesuatu menggelitik di dadanya mendengar percakapan 2 karyawan tersebut. Tak sadar tangannya terkepal. Ingin rasanya Sera berlari menuju ruangan Aland dan meminta penjelasan namun diurungkannya karena dia tidak ingin gegabah. Lalu dirinya segera pergi meninggalkan perusahaan Aland.
*****
Aland sedang memeriksa beberapa laporan di ruangan tak lama Bianca sebagai sekretarisnya masuk dan memberikan beberapa laporan lagi.
“Al.. sudah hampir jam 5. Kamu gak pulang?” tanya Bianca duduk di hadapan Aland.
“Ini masih lingkungan kantor. Panggil saya Pak. Saya gak mau ada gosip yang gak enak.” Tegas Aland mengingatkan.
Bianca adalah teman kecil Aland. Meskipun dulu Aland sempat menyukainya, namun Bianca yang dulu menolak dengan alasan menyukai pria lain akhirnya membuat Aland patah hati dan kejadian itu membuatnya lupa dengan Bianca. Hatinya langsung tertambat pada gadis yang kini sudah menjadi tunangannya.
“Apa kamu ada janji bertemu dengan seorang wanita?”
“Maksudnya?”
“Tadi siang, Asri bagian resepsionis menanyakan ada seorang wanita mau ketemu kamu dan dia bilang sudah ada janji. Tapi aku lihat agenda kamu gak ada janji setelah makan siang. Kamu kenal dengan wanita itu?” tanyanya penasaran.
Aland berhenti melihat laporannya dan menelpon seseorang dibagian teknik.
“Kamu denger yang aku bilang kan Al?” tanya Bianca lagi. Bianca mengacuhkan kata kata Aland untuk tidak memanggilnya secara formal. sekarang mereka hanya berdua dan tak akan ada karyawan datang di saat jam pulang ini.
Aland mendengarnya namun dirinya sedang tidak ingin membalas apapun. Karena sedari pagi pesan serta telponnya sama sekali tidak direspon Sera. rasanya dia ingin segera menyelesaikan pekerjannya namun klien penting dari Jepang datang dan bersikeras untuk bertemu dengannya tadi siang.
“Pulanglah, saya masih banyak urusan.” Bianca dengan langkah berat akhirnya keluar.
Tak lama beberapa notif masuk ke ponsel Aland. Dilihatnya beberapa video yang dikirim dari ruang cctv.
“Sera..!”
Aland terkejut Sera mengikutinya masuk hingga naik ke lantai tempatnya kerja. Namun Aland tak mengetahuinya. Pikirannya langsung tertuju bahwa Sera pasti melihatnya dengan Bianca tadi.
Tanpa pikir panjang dirinya mengambil jas dan segera menuju apartemennya.
****
Sera melirik ponselnya dan tertera nama Aland yang sudah kesekian kalinya mencoba menelponnya.
Sera tak ambil pusing dan melanjutkan lagi aktifitasnya berada di gym . Rasanya tubuhnya terasa berat dan memilih menghabiskan waktu sebelum tidur di gym.
Di tempat lain Aland sudah mencoba menghubunginya dan mengetuk pintu apartemennya tak juga mendapat jawaban.
“Arrghh dimana kamu Sera” geram Aland kesal saat tak kunjung menemukan Sera.
Aland segera turun dan mencari kesekitar lingkungan apartemen. Dan tujuannya menuju ruang monitor.
Aland meminta bagian cctv untuk mencari Sera dan matanya menatap ke arah bagian layar yang cukup lebar. Segera dirinya keluar dari ruangan dan menuju Gym.
Sera mengelap pelipisnya dan meminum air mineral. Tubuhnya sudah cukup berkeringat dan baru sadar bahwa gym itu terlihat cukup ramai dan beberapa mata pria menatapnya seolah mangsa. Mungkin tidak banyak wanita yang menghabiskan waktu malamnya disini.
“Penghuni baru mbak?” seorang pria berpakaian singlet dan celana ketat menghampirinya. Sera pun enggan menjawabnya namun dia adalah pendatang.
“Kenapa? Ada aturan penghuni baru gak boleh gym disini?” yah Sera tak suka seseorang yang tak dikenal menyapanya.
“Gak kok. Jangan jutek banget mbak. Mau kenalan aja, Gue Riko..”
Riko mengulurkan tangannya namun seseorang menyambutnya.
“Gue Aland, calon Suami Cewek ini.” Sera tertawa melihat Aland tiba tiba datang dan melakukan hal itu.
“oh.. okay” Riko mengangkat kedua tangannya mengerti maksud dari ucapan itu.
Sera membereskan jaketnya dan berlalu pergi. Aland mengikutinya.
“Ponsel kamu rusak? Perlu aku belikan yang baru?”
“Gak perlu!. Kakek gue belum bangkrut buat ngasih duitnya ke gue.” Jawab Sera
“Kenapa kamu gak balas satupun pesan atau angkat telponnya.”
Sera diam dan tetap berjalan. Sedangkan Aland yang sudah kehilangan kesabarannya menarik tangan Sera dan membuat Sera berdiri melihatnya.
“Bianca. Dia sekretarisku dan kami teman kecil gak ada hubungan apapun.”
“Trus urusan sama gue apa?”
Sera memandang datar ke arah Aland yang wajahnya terlihat kalut. Khawatir jika Sera salah paham dengan Bianca.
“Aku tau kamu ke kantor tadi. Dan kenapa kamu gak bilang mau datang. Aku akan kasih tau resepsionisnya”
“Gak perlu. Gue Cuma iseng aja pengen tau yang katanya suka sama gue tapi dibelakang jalan sama cewek lain.”
Seketika raut wajah Aland berubah. Senyumnya lebar.
“Ngapain lo senyum gitu?”
“Aku tau sesuatu. Kamu cemburu? Makanya senekat itu ngikutin aku sampai ke kantor dan ngambil kartu pengunjung diam diam.”
“Gak.. mana ada cemburu.” Sera malu karena ketahuan mengikuti Aland. Sera pun meninggalkan Aland dan berjalan cepat menuju apartemennya.
Aland tersenyum semakin lebar saat Sera bersemu merah di pipinya menandakan apa yang di tebak dirinya adalah benar.
“Cepat mandi dan ganti baju. 15 menit lagi aku tunggu di luar. Aku mau dinner sama kamu.”
“Bodo amat”
*****
Setelah berdebat cukup panjang karena Aland masih menunggunya dan menggedor pintu apartemennya akhirnya Sera luluh dan ikut makan malam bersama Aland.
“Mau makan apa?” Pandangan Aland tetap fokus saat membawa mobil. Sera hanya diam dan membuat suasana sedikit canggung.
“Gue mau makan pecel lele di pinggir jalan.” Jawabnya
“kita makannya di resto pilihan aku aja ya.”
Sera menoleh ke Aland. “Tadi lo nanya mau makan apa. Sekarang gue maunya makan disana. Kalo lo gak mau ya udah turunin gue di halte depan. Gue bisa pergi sendiri.”
“Bukan begitu. Kelihatannya mau hujan anginnya cukup kencang takutnya nanti....”
“Kan ada tendanya bapak Aland.. gak bakal kehujanan!”
“Oke oke.. tunjukan arahnya.”
“Habis dari lampu merah belok kiri ada gang kecil. Parkir mobil di lapangannya. Nanti jalan sedikit trus ada tulisan Pecel Lele Mas Duta.”
Aland merasa mode jutek dan ketus Sera semakin membuatnya jatuh hati. Karena baginya Sera bukan orang yang manja atau mengemis perhatian. Dia akan langsung to do point. Dan jika dia tidak suka maka hal itu akan langsung keluar dari mulutnya.
“Apa kamu akan tetap bekerja setelah skorsing kamu selesai?”
Aland mencoba membuka obrolan dan berusaha mendekatkan dirinya pada Sera.
“Iya karena disana adalah passion gue dan disana gue bebas berteman dengan siapapun tanpa embel embel nama belakang yang berbahaya.”
“Berbahaya maksudnya?”
“Sera...”
Seorang pria dengan seragam lengkapnya menghampirinya. Otak licik Sera berjalan dan Sera ingin melihat reaksi lucu lainnya dari seorang Aland.
‘Siapa suruh bikin gue kesel’ batin Sera.
“Mas Raga.. sama siapa disini?” tanya Sera santai. Raga terpaku sebentar dan melirik ke arah Aland yang menatapnya tanya.
“Mau beli pesenan mama. Ini kan arah jalan pulang. Kamu sama siapa Ra?” mata Raga menoleh ke arah Aland.
“Te...”
“Saya Aland calon suami Sera. Jika tidak keberatan kami akan makan dengan tenang.” Kata katanya bermaksud untuk berhenti bicara dengan Sera dan mengusir Raga.
“Oh..” Raga menatap Sera seolah mencari jawaban.
“Duduk sini Mas.. kan masih disiapin pesanannya.”
Sera semakin membuat panas Aland. Matanya menatap intens ke arah Raga. Dia tau pria berseragam ini mungkin kenalan Sera dan yang dilihatnya Raga memiliki perasaan khusus pada calon istrinya.
“Kirain tadi sendiri. Mau aku temenin.” Ucap Raga.
“ Lagi bosen jadi keluar cari makan aja.”
Sera dan Raga seolah tidak mengindahkan Aland disana. Sedangkan Aland sudah sangat geram melihat interaksinya.
Aland berdiri dan menuju ke penjual. Tak lama pesanan Raga selesai dan akan membayar.
“Sudah dibayar sama mas yang di sana” ucap si penjual.
Raga pun menghampiri meja mereka lagi. “kalo ketemu lagi gue akan bayar traktirannya. Thanks... Mas duluan ya Ser.. bye.”
“Hmmm” Aland hanya menatap angkuh kepada Raga. Jiwa kompetitornya seakan membara.
Sera mengangguk dan tersenyum lalu melanjutkan makan karena pesanan mereka sudah datang tanpa Sera tau bahwa Aland menatapnya penuh dengan kesal.
“Sudah puas buat aku cemburu?” tanya Aland bersedekap tangan di dada.
******
seharusnya,
"Berhenti disana atau kami tembak?"
kamu harus tau arti sinopsis dan prolog. dan itu pengenalan tokoh lebih baik dibedakan bab lainnya, biar enggak campur begini.