Seorang Gadis manja bernama Alena baru saja di usir oleh orang tuanya, mereka meminta agar anaknya bisa hidup mandiri dalam waktu tiga bulan. Namun tidak disangka semua ini sudah direncanakan oleh seorang CEO muda, yang ternyata sudah menyukai Alena sedari kecil namun tidak diketahuinya.
Bagaimana rencana selanjutnya sang CEO untuk mendapatkan hati gadis manja ini? ikutin terus up terbaru novel ini ya💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Lastari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beneran Imp*Ten?
🍒
•Masih di hari yang sama ketika jeon memberitahukan manager toko untuk menjadikan Alena boss besar.
Dia dan seokjin masih ada di kantor sekarang.
"Tuan seokjin, semua yang anda minta sudah beres." Lapor jeon.
"Apa istriku gembira?." Tanya seokjin dingin.
"Setelah menerima informasi, nyonya alena memukul wajah nona raya tanpa ampun." Balas jeon
"Bagus, dia menamp*r orang dengan tepat pada waktunya." Ucap seokjin.
"Sedikit demi sedikit, saya akan membuat keluarga sanjaya membayar semua penghinaan mereka kepada Alena." Geram seokjin
Dia sebenarnya sudah tahu, dari zaman Alena masih kuliah dulu raya selalu saja menindas Alena.
Bahkan sampai pacar Alena bernama Leo pun tak luput direbut olehnya. Seokjin hanya bisa mengawasi Alena dari jauh, tapi diam diam dia juga menyimpan dendam kepada keluarga raya.
*Kayaknya lain kali gakpapa deh kalo nyinggung tuan seokjin, sekarang yang lebih bahaya adalah ketika menyinggung nyonya Alena.* Batin jeon
//
//
Malam hari tiba, dikamarnya Alena baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya.
Dia lalu menatap kembali kotak besar yang diberikan ibu mertuanya semalam.
"Fikiran ibu memang terlalu terbuka, bagaimana dia bisa memberikan benda ini padaku?." Ujar Alena bingung
"Sebaiknya aku harus segera menyembunyikan ini sebelum tuan seokjin pulang, jangan sampai dia merasa terpukul." Alena masih berfikir kalau seokjin itu impoten.
"Mau bagaimanapun, Hari ini dia sudah banyak memberikan uang padaku hihi." Alena terus berbicara sendiri
Diapun segera bergegas untuk menyembunyikan kotak itu, tapi kali ini dia benar benar kebingungan.
Karena ukuran kotak yang terlalu besar membuatnya sulit untuk tidak terlihat. Saat dia mendapat ide untuk menaruhnya di sebuah laci yang ada di bawah tv, tiba tiba benda itu menjadi sulit dibuka.
Dia sangat kesusahan, sepertinya laci itu macet. Saat sedang fokus membuka laci, seokjin masuk secara tiba tiba kekamarnya dan langsung mengagetkannya.
"Apa yang kamu sembunyikan?." Tanya seokjin
"Haaaa." Alena kaget, dia segera menyembunyikan kotak itu dibelakangnya. Padahal jelas kotak itu terlihat oleh seokjin.
"Hehe tidak, bukan apa apa." Ucap Alena gugup
"Benarkah?." Tanya seokjin, lalu dengan sengaja seokjin berjalan perlahan mendekat kearahnya.
Karena Alena terus menghindar, dia tidak sadar kalau dibelakangnya sudah ada kasur dan tidak ada celah untuk kabur dari pria itu
Dan, bughhh
"Aaaaaa." Alena menjerit kaget ketika tubuhnya secara tidak sengaja jatuh diatas kasur itu.
Seokjin sama sekali tidak bergeming, dalam posisi Alena yang terduduk di sisi ranjang dia mulai mendekatkan badannya kearah gadis itu.
Untuk kedua kalinya, dia fikir pria itu akan menciumnya seperti kemarin. Tapi saat wajah mereka hanya berjarak beberapa cm saja, dan Alena bahkan sudah dengan percaya diri menutup matanya.
Tangan seokjin langsung membuka kotak besar yang ada di belakang punggung Alena dengan cepat.
Mereka berdua sama sama kaget, lalu saling bertatapan dengan mata membulat sempurna. Alena kaget karena seokjin membuka kotak itu, dan seokjin kaget dengan apa isi dari kotak itu.
Seokjin langsung berdiri, dan sekarang gantian dia yang terlihat gugup. Dia berdekhem berkali kali untuk menetralkan rasa kagetnya.
"Anu.. apa semua ini kamu yang menyiapkannya?." Tanya seokjin
Alena buru buru menutup kotak itu dan langsung membelakangi seokjin dengan posisi yang sama.
"Aku...." Alena sendiri bingung mau menjawab apa.
"Sebenarnya, kamu bisa bilang lebih awal kalau punya pemikiran begitu." Seokjin seperti meng kode sessuatu.
Alena langsung memberi isyarat dengan melambaikan kedua tangannya gemas.
"Bukan aku yang siapin, waktu itu dikasih sama ibu." Alena setengah berbisik sambil tersenyum
"Disiapkan ibuku?.", tanya seokjin memastikan
Alena hanya tersenyum malu karena mereka seperti sedang membahas hal dewasa.
"Tapi, kamu gak bisa memakainya. Jadi aku akan simpan saja." Ujar Alena
"Sebenarnya aku bisa.." belum sempat seokjin berbicara, Alena sudah lebih dulu mengusap pundak pria itu.
"Haihh, kamu gak perlu terlalu merasa rendah diri dan bersedih. Bukan salahmu kalau kamu memang impoten." Ucap Alena manis, lalu diapun langsung menaruh kotak itu di sebuah laci.
Saat Alena kembali berdiri dan hendak berbalik, tiba tiba seokjin langsung menyudutkan tubuhnya ke tembok.
Dia mengunci pergerakan Alena dengan satu tangan dan menatapny dalam.
"Tu tuan seokjin?.", Alena merasa gugup..
Seokjin lalu memegang tangan gadis itu, dan menuntunnya untuk memegang perutnya.
"Apa yang kamu lakukan?." Tanya Alena sambil menahan malu lalu memejamkan matanya.
"Bukankah kamu memegangnya?." Tanya seokjin
Lalu perlahan dengan usil, seokjin menuntun tangan Alena lagi kearah bawah perutnya. Karena tidak kuat menahan malu, Alena dengan masih menahan senyumnya langsung menarik tangannya.
"Teksturnya bagus banget." Ucap Alena sambil tersenyum.
"Karena ini adalah niat baik dari ibu, kita jangan sampai mengecewakannya. Menurutmu bagaimana?" Tanya seokjin
Dia lalu mulai mendekatkan wajahnya kearah wajah gadis itu yang sudah bersemu merah, namun belum sempat bibir mereka bersentuhan.
Alena langsung menarik nafas keras, dan mendorong tubuh pria itu untuk sedikit menjauh.
"Tuan seokjin dengarkan aku, ada beberapa hal yang tidak perlu kamu paksakan. Kita sama sama mengerti, ayok cepat tidur." Ajak alena, lalu diapun pergi meninggalkan seokjin.
Ternyata gadis itu masih kuat dengan pemikirannya kalau dia adalah seorang pria impoten, padahal aslinya jelas tidak.
Alena ternyata Langsung tidur dikasurnya dan memeluk bantal, padahal disana masih ada seokjin
*Yaampun, tadi dia ganteng banget. Kalau saja seandainya dia mampu, mungkin kita akan lebih dekat lagi tadi.* Batin alena, dia pun terlihat cekikikan sendiri sambil terpejam.
Hanya berselang beberapa menit, tiba tiba seokjin melihat gadis itu sudah tertidur pulas tanpa terganggu sedikitpun.
"Dia tidur dengan nyenyak, sepertinya dia sama sekali tidak menganggapku sebagai ancaman meski aku berada di sini semalaman." Batin seokjin
"Dia benar benar gadis yang bod*h." Seokjin terus membatin sambil tersenyum
Perlahan dia mendekati gadis itu dan memeluknya dari belakang, dia mengusap lembut helaian rambut yang beroma bunga itu.
"Sekarang bagaimana aku akan mengungkapkan isi hatiku agar kamu tidak terkejut? Dan bisa menerimaku?." Hatinya terus bertanya tanya.
Diapun membaringkan tubuhnya di belakang tubuh Alena dengan tenang, gadis itu sama sekali tidak terusik sedikitpun..
Gadis kecil yang selama ini seokjin awasi karena sudah jatuh cinta sejak dulu, kini sudah berada di dekatnya.
Satu atap, satu kasur dan sekarang sudah satu bantal. Hanya saja, perasaan mereka yang belum menjadi satu.
Kadang seokjin selalu berfikir, apa gadis ini juga memiliki perasaan yang sama sepertinya? Seperti dia yang mencintai Alena selama bertahun tahun tanpa bicara.
"Tolong, aku ingin lebih lama lagi seperti ini. Bukan pernikahan kontrak yang aku inginkan. Aku hanya ingin terus bersamamu Alena." Seokjin lalu mulai memejamkan matanya untuk tidur juga..
Hallo
Udah pada tidur? Selamat malam hihii.
Maaf ya kalo tulisan author masih banyak typonya, kalian boleh koreksi kok setelah selesai baca.
Jangan lupa follow ya 💜