Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 32
Saat Hazel melangkahkan kakinya keluar dari kamar Senja, Senja membuka matanya perlahan. Ternyata dia belum tidur dan dia masih tersadar saat Hazel masuk ke dalam kamarnya. Dia mendengar dan mengetahui semua yang dilakukan Hazel di dalam kamar.
"Huuuuuhhhh." Senja menghela napas dan kemudian dia mulai tertidur.
.
.
Keeseokan paginya Senja sudah selesai bersiap dan akan pergi ke kantor. Dia melangkahkan kaki turun ke ruang makan. Hazel sudah ada di sana.
Keduanya terlihat tidak saling menyapa dan diam.
"Aku berangkat dulu ke kantor." Ujar Senja.
"Sarapan dulu." Hazel meminta.
"Tidak perlu. Aku belum lapar. Permisi." Senja pamit.
"Senja." Panggil Hazel.
"Ya?" Senja berbalik dan menjawab.
"Malam ini. Keluargaku akan datang. Aku akan meminta Arjun mengurus semuanya. Sepulang kantor nanti Arjun akan menjemputmu." Ucap Hazel.
"Baiklah." Senja mengiyakan.
Dia tidak punya pilihan lain, selain menuruti semua perkataan Hazel yang kini sudah menjadi pemegang kendali hidupnya.
.
.
Senja baru saja tiba di kantor. Dia terlihat tidak bersemangat.
"Senja. Gimana?" Bintang mendekat dan menyapa Senja.
"Syukurlah kak, Ayah aku sudah dioperasi dan dia sudah siuman juga. Sekarang cuma perawatan aja." Ujar Senja.
"Baguslah Senja. Kenapa kamu ngga temenin dulu Ayah kamu? Kan bisa cuti dulu." Bintang berujar.
"Ngga apa- apa kak. Ayah ada Ibu yang jagain. Aku juga ngga boleh malas- malas kerja." Senja memberi alasannya.
"Hai Senja. Hai Bintang." Alex yang baru saja tiba, menyapa.
"Hai kak." Senja menyapa balik.
"Udah masuk lo Senja? Gimana bokap lo?" Alex juga penasaran.
"Udah baik ko kak. Cuma sekarang dalam masa pemulihan aja." Senja menjawab.
"Ooh gitu. Syukurlah. By the way. Kalian udah sarapan belum?" Tanya Alex.
"Gue belum nih." Jawab Bintang.
"Kantin yuk. Masih ada waktu 1 jam lagi nih." Alex melihat jam tangannya.
"Yah. Tapi gue harus selesaikan kerjaan gue dulu ni. Harus gue serahin pagi ini. Lo sama Senja aja deh ke kantin. Gue nitip roti bakar ya sama sosis."
"Ya udah kak. Ayo. Aku juga belum sarapan." Ajak Senja.
Alex dan Senja kemudian melangkah bersama menuju ke kantin kantor. Keduanya terlihat sambil berbincang tentang kondisi Ayah Senja.
Namun, tanpa Senja sadari, mereka berpapasan dengan Hazel dan Arjun di depan sebuah lift.
Hazel memperhatikan Senja dan Alex yang terlihat akrab.
Senja yang tersadar akan kehadiran Hazel, berusaha menghindar namun tidak bisa.
"Pagi Pak." Sapa Alex pada Hazel.
Hazel mengangguk tanpa jawaban. Senja yang justru tidak tenang. Dia berusaha menutupi rasa gugupnya.
Pintu lift terbuka. Hazel dan Arjun masuk ke dalam, namun tidak dengan Senja dan Alex. Mereka memilih untuk naik lift yang berikut.
"Kalian tidak masuk?" Tanya Hazel.
"Ehh. Iya Iya Pak. Kita masuk." Alex menarik tangan Senja dan masuk ke dalam lift. Hazel melihat itu. Suasana terasa sangat mencekam. Baik Senja dan Hazel, mereka berpura- pura tidak saling mengenal.
"Kalian dari divisi mana?" Tanya Hazel tiba- tiba.
"Di.. Divisi pemasaran Pak." Alex menjawab gugup.
"Bukannya divisi itu di lantai bawah?" Tanya Hazel lagi.
"Iya Pak. Kami mau ke kantin Pak. Mau sarapan." Jawab Alex. Jawaban Alex membuat Senja menarik napas panjang. Dia merasa seseorang sedang menatapnya dengan kesal.
Hazel tidak lagi bertanya. Lift berhenti. Senja dan Alex keluar dari dalam dengan Senja yang masih merasa bergidik.
"Pak Hazel ternyata tidak semenyeramkan itu ya?" Alex mengungkapkan pendapatnya tentang Hazel.
"Hmm...." Senja menanggapi dengan tidak peduli.
Mereka kemudian ke kantin dan sarapan. Tidak lupa mereka membungkus kan pesanan Bintang.
.
.
Di dalam ruangannya, Hazel merasa kesal. Entah apa yang membuatnya kesal, namun dia kesal.
"Arjun? Kamu tahu siapa laki- laki yang bersama Senja tadi?" Hazel bertanya.
"Saya akan mencaritahu tuan." Jawab Arjun.
"Baiklah. Kamu bisa pergi sekarang. Jangan lupa menjemput Senja saat pulang kantor nanti."
"Baik Tuan." Arjun kemudian pamit dan pergi.
"Huuhhh dasar menyebalkan. Tadi dia bilang dia belum lapar. Tapi sekarang dia berduaan dengan laki- laki lain dan sarapan di kantor. Dasar. Membuatku kesal saja." Kesal Hazel dalam hati.
Saat sedang kesal, dia memikirkan sebuah ide konyol di dalam otaknya. Dia kemudian menelepon Kiran, Sekertarisnya untuk memesan beberapa makanan dengan alasan belum sarapan.
Kemudian dia memberi perintah pada Pak Roni untuk memanggil Senja datang ke ruangannya.
.
.
Senja baru saja tiba di depan ruangan Hazel. Dia baru saja diberitahu Pak Roni untuk segera menemui Hazel.
"Saya ingin bertemu dengan Pak Hazel." Ucapnya pada Kiran.
"Ya. Gue tahu. Masuk deh lo. Awas ya jangan pecicilan lo di depan pak Hazel." Kiran menjawab cuek.
.
.
Senja sudah berada di dalam ruangan Hazel. Dia sedikit terkejut karena melihat banyak makanan di atas meja tamu.
"Kamu sudah datang? Duduklah." Hazel mempersilahkan.
"Ada apa Pak?" Tanya Senja.
"Ayo sarapan bareng." Hazel menjawab dengan tersenyum.
"Ha? Bapak menyuruh saya datang ke sini hanya untuk sarapan bersama?" Tanya Senja kesal.
"Ya. Kamu menolak ku di rumah untuk sarapan bersama dan memilih untuk sarapan dengan laki- laki lain di kantor kan?" Hazel memberi pertanyaan yang menyinggung.
"Bu.. Bukan begitu Pak." Senja mengelak.
"Ingat Senja. Kamu akan menjadi istriku. Jangan melewati batasmu. Walaupun pernikahan ini kontrak. Tapi ini adalah pernikahan yang sesungguhnya. Kamu hanya perlu menuruti perkataanku." Ucap Hazel.
"Anda terlalu kekanakan." Jawab Senja.
"Aku hanya tidak menyukai penolakan. Jadi makanlah denganku. Jangan membuatku melakukan sesuatu yang lain." Hazel sedikit mengancam.
"Baiklah. Aku akan makan." Senja mengambil sebuah burger dan melahapnya dengan terpaksa.
Dia berpikir bahwa percuma saja jika dia berdebat dengan laki- laki yang ada di hadapannya ini.
Senja makan dengan terburu- buru sampai bisa terlihat gumpalan makanan di kedua pipinya. Sedangkan Hazel duduk di depannya dan melihatnya makan.
"Saya sudah selesai sarapan. Saya permisi. Saya harus melanjutkan pekerjaan saya." Senja bangun dan pergi dari ruangan Hazel yang hanya melihatnya dengan tatapan tidak berarti.
"Cihh. Dia bilang aku kekanakan? Hahahaha. Yaa. Mungkin saja aku kekanakan. Ahhh. Aku kesal." Gumam Hazel dalam hati sambil tertawa sendiri.
Senja keluar dengan wajah kesal. Kiran yang melihat itu sedikit terkejut.
"Kenapa ya mukanya gitu? Akhir- akhir ini Pak Hazel sering memanggilnya ke ruangan. Mencurigakan." Gumam Kiran merasa curiga.
.
.
Senja baru saja keluar kantor. Dia hendak menuju tempat parkir mengambil motornya, saat Arjun datang menghampirinya.
"Nona." Sapa Arjun.
"Pak Arjun?" Senja sedikit terkejut.
"Mari silahkan ikut saya." Arjun menunjuk ke sebuah mobil yang ternyata dari dalam Arin melambaikan tangan.
"Arin?" Senja terkejut.
"Ya. Tuan memberi ijin padanya untuk menemani Nona. Mungkin bisa membuat Nona sedikit bersemangat." Ucap Arjun.
"Baiklah." Senja menurut dan segera pergi ke mobil yang sudah disiapkan.
"Setidaknya ini tidak membosankan karena ada Arin yang menemani." Gumam Senja dalam hati.
Mobil kemudian bergerak menuju ke sebuah pertokoan elit di pusat kota.
Malam ini Senja akan bertemu dengan keluarga Hazel. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini, namun dia sudah pasrah dengan apapun yang terjadi.
.
.
BERSAMBUNG..