Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Beberapa hari kemudian.
Malam itu begitu tenang, membuat Arini dan Dodi tertidur nyenyak dengan posisi saling berpelukan. Sekitar pukul 01.00 AM, di mana semua orang tengah terlelap di alam mimpi mereka masing-masing.
Di dalam kegelapan malam, tampak seorang wanita sedang berjalan dengan mengendap-endap. Ia terus memperhatikan situasi dan kondisi di komplek perumahan tersebut.
Wanita berpakaian serba tertutup itu tampak membawa sebuah kardus bekas mie instan yang entah apa isinya. Ia terus menengok ke kanan dan ke kiri, seolah tidak ingin ada yang tahu, apa yang ia lakukan pada saat itu.
"Baguslah, semua tampak aman! Tidak akan ada yang mengenaliku dengan pakaian tertutup ini. Walaupun seluruh CCTV jalan terus memantauku," batin wanita itu.
Ia menghampiri sebuah rumah minimalis, bercat hijau daun yang tampak begitu bersih dan rapi. Sebelum memasuki pekarangan rumah tersebut, wanita itu kembali memperhatikan situasi di sekelilingnya dan setelah merasa aman, ia pun segera masuk kemudian berjalan menghampiri teras.
Wanita itu meletakkan kardus mie instan yang sejak tadi ia peluk dengan erat ke teras rumah bercat hijau daun. Sebelum meninggalkan kardus itu, ia sempat berjongkok sembari melabuhkan ciuman hangatnya ke dalam kardus tersebut.
"Maafkan Mama, Nak. Mama terpaksa melakukan ini. Tapi Mama yakin kamu pasti akan bahagia tinggal bersama mereka," ucapnya sambil menggoncang-goncangkan kardus tersebut dengan kasar.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan seorang bayi dari dalam kardus tersebut. Sebelum orang-orang di komplek perumahan itu menyadari bahwa ada suara tangisan bayi, ia pun bergegas pergi dari tempat itu.
Arini yang sedang tertidur nyenyak tiba-tiba bermimpi melahirkan seorang anak perempuan yang sangat cantik. Setelah dilahirkan, bayi perempuan itu menangis dengan sangat keras. Arini mencoba menenangkan bayi tersebut, tetapi tangis bayi mungil nan cantik itu tidak juga reda.
Arini yang panik akhirnya meminta bantuan Dodi untuk menenangkan bayi mungilnya itu. "Mas Dodi! Mas Dodi," panggil Arini.
Panggilan Arini bahkan sampai ke alam nyata hingga membangunkannya dari mimpi indah tersebut. Wanita itu akhirnya tersadar bahwa semua itu hanyalah mimpi belaka. Terlihat gurat kesedihan di wajahnya saat itu.
"Ya Tuhan, kapankah mimpi indahku itu menjadi nyata? Kapan aku bisa memiliki seorang bayi?" gumam Arini dalam hati.
Arini menatap Dodi yang masih terlelap di sampingnya. Wajah lelaki itu tampak tenang di saat tertidur. Ia mengelus lembut pipi Dodi kemudian melabuhkan ciuman hangatnya di sana. "Terima kasih, Mas. Terima kasih karena sudah bersedia menemaniku hingga saat ini," ucap Arini.
Wanita itu mencoba menutup matanya kembali sambil memeluk tubuh Dodi. Namun, baru saja Arini ingin berlarut ke alam mimpinya, samar-samar terdengar suara tangisan bayi. Mata Arini langsung terbelalak dan wanita itu mulai menajamkan indera pendengarannya.
"Sepertinya ada suara bayi. Atau hanya perasaanku saja?" gumam Arini.
Arini bangkit dari posisinya kemudian berjalan menghampiri jendela kamar. Ia mengintip dari balik kaca dan mencoba mendengarkan suara tangis bayi tersebut. Ternyata benar, suara tangisan bayi tersebut terdengar semakin jelas dan sangat menyayat hati.
"Benar! Itu suara tangis bayi dan sepertinya berasal di dekat sini. Tapi ... bagaimana jika itu hanya suara mahluk halus yang sedang menyamar?" gumam Arini, tampak ragu.
Ia menoleh ke arah Dodi yang masih tertidur nyenyak di atas tempat tidur empuk mereka. Arini kembali menghampiri Dodi kemudian mencoba membangunkan suaminya tersebut.
"Mas, Mas Dodi. Bangunlah," ucap Arini sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dodi yang tertidur dengan begitu nyenyak. Bahkan saking nyenyaknya, lelaki itu tidak mendengar ada suara tangisan bayi.
Untuk beberapa saat, Dodi tidak juga terbangun dari tidurnya. Namun, Arini tidak menyerah, ia terus menggoyangkan tubuh Dodi sambil memanggil nama lelaki itu.
"Mas Dodi, kumohon bangunlah," ucap Arini untuk kesekian kalinya. Hingga akhirnya lelaiitu menggeliatkan badannya.
Dodi mengucek matanya kemudian menatap Arini sambil tersenyum hangat. "Ada apa, Sayang? Kenapa kamu tidak tidur," tanya Dodi.
Dodi bangkit kemudian bersandar di sandaran tempat tidur. Ia memperhatikan wajah Arini yang tampak cemas dan ketakutan. Arini meraih tangan Dodi kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Apa Mas mendengarnya? Coba dengarkan baik-baik," ucap Arini sambil menajamkan pendengarannya ke arah luar.
"Suara apa, sih?" Dodi ikut menajamkan indera pendengarannya dan mencoba mendengarkan suara yang dikatakan oleh Arini barusan.
Samar-samar Dodi pun mendengar suara itu. Ia membulatkan matanya dan menatap Arini dengan serius. "I-itu suara bayi, Arini!" pekiknya.
"Ya, Mas! Ternyata bukan hanya aku yang mendengarnya. Lalu bagaimana sekarang?" tanya Arini.
"Mari kita lihat ke luar," ajak Dodi sembari bangkit dari tempat tidurnya.
Arini menurut saja. Ia mengikuti langkah Dodi dari belakang dengan wajah cemas. Setelah keluar dari kamar mereka, Dodi dan Arini berjalan menghampiri pintu utama. Semakin mendekati pintu utama, semakin jelas pula suara tangisan bayi tersebut.
"Mas, aku takut! Siapa tahu itu suara makhluk halus yang menyerupai suara tangis bayi," ucap Arini dengan wajah memucat.
Dodi terkekeh pelan mendengar ucapan Arini. "Ah, kamu ini ada-ada saja," sahut Dodi sambil memcubit pelan pipi Arini.
"Eh, kalau di kampung itu benar adanya, Mas. Sering loh kejadian seperti itu," tutur Arini.
Dodi hanya tersenyum tipis dan meneruskan langkahnya hingga ke depan pintu utama. Dodi mengintip dari balik tirai kaca depan rumahnya dan memperhatikan sekeliling. Tatapan lelaki itu terhenti pada sebuah kardus mie instan yang tergeletak di teras rumahnya.
"Ada kardus bekas mie di teras, Sayang. Dan sepertinya suara tangisan bayi itu berasal dari kotak tersebut," tutur Dodi dengan mata membulat menatap Arini.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/