Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Ethan memandang Charlotte sekilas. Kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Benar, aku lupa jika wanita rubah itu adalah seorang tabib", ucap Ethan dengan lesu.
"Apakah mungkin Lady Sierra membuat tonik untuk mencegah Yang Mulia Putri Elyra sulit hamil?", tanya Clarra dengan ragu.
Ethan mengepalkan tangan nya. Dia sempat berpikir ada yang salah pada diri Elyra. Karena pernikahan Elyra dan Cedric menginjak usia satu tahun. Namun, Elyra belum juga mengandung.
"Ethan kamu harus mencari cara untuk membawa tonik Putri Lyra keluar istana", ucap Charlotte.
"Tapi itu akan berbahaya. Jika sampai ketahuan, Yang Mulia Pangeran Ethan akan berada dalam masalah besar", sergah Baron Darren.
"Bagaimana jika anda saja yang memasuki istana Putri Elyra, sebagai dayangnya", saran Duke Kler.
"Tidak, tidak. Aku tidak mau!", Charlotte menggelengkan kepalanya cepat.
Bagi Charlotte tinggal di istana sangatlah menyiksa. Itulah alasan mengapa dia menolak perjodohan dengan Ethan. Charlotte seperti Ethan, berjiwa bebas dan sangat bersemangat. Hanya saja dia seorang gadis, jadi masih terikat banyak aturan.
Mata Ethan menerawang jauh. Entah apa yang dia pikirkan.
...****************...
Istana Kerajaan Eldrath bersinar gemerlap malam itu, dihiasi ribuan lentera emas dan untaian kristal yang berkilauan di bawah sinar bulan.
Tamu-tamu dari kalangan bangsawan memenuhi aula utama, mengenakan busana mewah dengan senyum yang terukir sempurna di wajah mereka. Ikut merayakan pesta pernikahan satu tahun Cedric dan Lyra.
Namun, di balik kemegahan itu, suasana terasa dingin dan hampir hambar. Lyra berdiri di sisi Cedric, mengenakan gaun keemasan yang disulam tangan dengan detail bunga mawar, simbol Kerajaan Eldrath.
Rambut pirang panjangnya dihiasi tiara berlian, menambah kesan elegan dan anggun pada dirinya. Meski senyumnya terlihat di bibir, matanya menyiratkan kehampaan.
Di sampingnya, Cedric tampak gagah dengan jubah kebesaran berwarna biru safir, namun ekspresinya dingin. Mereka berbicara pada tamu-tamu dengan sopan, namun tanpa kehangatan.
Raja dan Ratu tidak hadir di pesta itu. Karena kesehatan Raja yang semakin memburuk. Sementara Ethan dan Evander berada di sisi yang berbeda, menyambut teman masing-masing.
Banyak tamu berbisik-bisik, membicarakan kondisi Raja yang dikabarkan tak lama lagi akan menyerahkan tahtanya. Namun, isu itu tak cukup untuk menyembunyikan fakta lain, mengenai hubungan Cedric dan Lyra yang semakin retak.
Lyra mencuri pandang ke arah Cedric yang tampak sibuk berbincang dengan seorang bangsawan. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak berbicara.
Lyra dapat memahaminya, karena pernikahan ini sejak awal bukan atas kehendak mereka. Cedric memiliki hati yang terikat pada wanita lain, sementara Lyra hanya berusaha menjalankan peran nya.
Di sekelilingnya, suara tawa dan canda mengisi udara, namun tak satu pun menyentuh hatinya. Seorang pria paruh baya berjalan ke arahnya.
"Bagaimana kabar Yang Mulia Raja?", tanya Duke Alaric, salah satu tamu kehormatan.
Lyra tersenyum tipis, "ayahanda sedang beristirahat. Kami berharap keadaan beliau akan segera membaik".
Alaric mengangguk, "saya berharap Raja segera pulih. Dan hubungan anda dengan Yang Tuan Putri semakin lebih baik, setelah perayaan pernikahan satu tahun ini".
Duke Alaric adalah adik dari Ratu. Jadi dia pasti tahu bagaimana hubungan Cedric dan Lyra yang sebenarnya. Termasuk keadaan di istana saat ini.
Ucapan itu membuat Lyra terdiam sejenak. Ia tahu, Duke Alaric tidak bermaksud buruk, namun kata-katanya terasa seperti pengingat bahwa hubungan mereka tidak sebagus yang terlihat.
Setelah mengatakan nya, dan memberi hormat, Duke Alaric pergi dari sana.
"Mereka terlihat seperti orang asing".
Bisik-bisik seperti itu terdengar dari berbagai sudut. Para bangsawan tengah membicarakan kekhawatiran mereka pada keberlangsungan Kerajaan ini, karena hubungan Pangeran dan istrinya yang dingin.
Lyra menggenggam gaun nya erat, mencoba menahan rasa sakit di hatinya. Ia tahu pesta ini hanya untuk menutupi retaknya hubungan mereka.
Saat malam berakhir dan para tamu mulai meninggalkan istana, Lyra berdiri di balkon kamarnya, memandang langit yang gelap.
"Selamat ulang tahun pernikahan", bisiknya pada dirinya sendiri, suara itu dipenuhi ironi.
Di dalam istana yang megah ini, ia merasa seperti burung yang terkurung, menyaksikan kebebasan yang tak bisa diraihnya.
"Putri Lyra", panggil suara lembut dari belakangnya.
Lyra membalikkan tubuhnya. Disana, Sierra sedang tersenyum manis. Dan mengusap perutnya dengan lembut.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan