Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan yang sama
Siang yang cukup heboh, dimana Hena sudah tidak bisa dicegah masuk ke dalam ruangan Sifa dengan amarah yang memuncak.
"Biarkan dia masuk, kalian keluarlah" ucap Sifa pada dia security yang ada disana.
Hena duduk dengan nafas yang berusaha diatur untuk menenangkan dirinya, sementara Sifa membenarkan duduknya dan menatap lurus ke arah Hena.
"Ada apa, kau sudah membuat kekacauan" ucap Sifa.
"Aku bicara bukan sebagai bawahan mu Sifa, tapi karena sebuah hubungan pertemanan yang dulu pernah ada"
Sifa terkejut, lalu kemudian bersandar dan tertawa.
"Pertemanan yang mana, saat kau hanya melihatku jatuh dan justru merapatkan barisan bersama dengan para bajingan itu, apa itu yang kau sebut pertemanan?, bahkan aku dulu sangat mempercayai mu, tapi apa?, fitnahan kau tuduhkan padaku bersama dengan mereka"
"Aku minta maaf, tapi aku tak bisa berbuat apapun, mereka sudah mengaturnya"
"Oh ya?, aku ingat saat kau menikmati makan malam bersama dengan Hans dan yang lainnya, dan disaat yang sama, aku terpuruk dan tak punya apapun, apa kau tau, luka yang paling dalam bukan aku tak punya uang ataupun kedudukan, tapi pengkhianatan seorang teman"
Hena terdiam, lalu kemudian memberikan surat pengunduran diri diatas meja.
"Aku hanya ingin tau, apa semua ini sudah kamu rencanakan?, bahkan Amelia sengaja kau tempatkan di sana untuk membuat kami saling menyerang?" Ucap Hena.
"Silahkan pergi dari perusahaan ini, aku menerima pengunduran dirimu, dan itu berarti tak ada pesangon atau apapun sesuai dengan ketentuan yang berlaku"
"Kau kejam Sifa, aku tidak menyangka" ucap Hena.
"Koreksi dirimu sendiri sebelum menilai orang lain" jawab Sifa.
"Asal kau tau, Amelia wanita yang sangat berbahaya, kau salah jika menempatkan wanita itu di posisi penting dalam perusahaan" ucap Hena.
"Terimakasih kau sudah mengingatkan, semua informasi mu tidak akan aku sia-siakan, jadi_, silahkan pergi dari ruangan ini, aku masih banyak pekerjaan" jawab Sifa.
Hena berdiri dan beranjak dari tempatnya, berjalan keluar dengan mulut bungkam dan kesedihan yang nampak jelas di wajahnya, tidak lagi membuat keributan, lebih fokus mengurusi semua barangnya untuk di bawa pergi dari perusahaan, karena hari ini adalah terakhir dia bekerja.
Kabar segera terdengar, Amelia merasa puas, dengan tidak adanya Hena, keputusan apapun bisa dia ambil sesuai keuntungan yang direncakan, aman.
Begitu juga dengan Hans, rencananya membuat Rusman dipindahkan ke perusahaan Cabang telah berhasil, atas bantuan Dira tentunya.
Sifa hanya menatap jendela besar dan tersenyum, satu persatu telah di tunjukkan, bahkan dirinya sangat mudah memberi kesan tidak ada permusuhan dengan para bajingan itu, justru mereka saling baku hantam dan keluar dengan keinginan sendiri.
"Lumayan, tidak perlu menggunakan tanganku sendiri untuk membalas perbuatan mereka" gumam Sifa.
Sementara satu lagi kegiatan rutin yang kini dilakukan oleh Sifa, melihat cctv rahasia yang terpasang di ruangan sekretaris barunya.
Hampir dua Minggu, kedekatan Hans dan Dura mulai bisa di baca, begitu juga dengan tingkah aneh Amelia, dimana penampilannya semakin menggila, menggunakan semua uangnya untuk merubah penampilan yang semakin glowing dan muda.
Terlihat jelas bahwa ada persaingan diantara Dira dan Amelia.
"Dira aku mohon, aku menyukaimu" ucap Hans yang kini bersujud di depan Dira yang berada di apartemennya.
"Tapi Amelia masih menjadi kekasihmu, aku tidak mau jika dibilang perebut lelaki orang"
"Aku akan segera mengakhiri nya, percaya padaku"
"Buktikan dulu hal itu, baru aku percaya padamu Hans"
Hans bangkit dan mengangguk, lalu menelpon Amelia di depan Dira, saat itu juga mengatakan memutuskan hubungan karena sudah tak ada lagi rasa cinta.
Dira tersenyum senang, tak peduli bagaimana hancurnya Amelia saat ini.
Hans menggunakan kesempatan dengan baik, meraih tubuh Dira.
"Sekarang buktikan kalau kau juga mencintaiku" ucap lirih Hans tepat ditelinga Dira.
"Apa maksud mu?" Tanya Dira berusaha menghindar, tapi terlambat, tangan Hans Sidah lebih dulu menelusup masuk ke dalam baju atasnya dan menemukan benda sensitip yang membuatnya Dira menge-rang saat Hans meremasnya bersamaan.
Tak menunggu lama, Hans menguasai keadaan, membuat Dira tak lagi memakai sehelai benang pun, kursi sofa menjadi saksi bisu, bagaimana Hans menikmati tubuh wanita yang seketika berteriak menahan dorongan kuat milik Hans yang dengan keras melakukan aksinya.
"Shit!, kau sudah tidak pera-wan?" Lirih Hans bertanya.
"Bukankah itu sudah biasa sayang?, jadi mari kita saling memuaskan" balas Dira.
Hans seketika merasa tertantang, melakukan hubungan yang lebih ekstrim kali ini, menarik tubuh Dira dan membaliknya, dengan posisi berdiri, Hans sudah ada dibelakangnya.
"Ini cukup keras sayang, pastikan kakimu kuat menahan ku"
"Tentu saja" ucap Dira.
Hans membuka lebar kaki wanita yang sudah bersiap didepannya, jari jemarinya masuk satu persatu ke dalam lubang yang sudah nampak basah dan hangat.
Dira menjerit menahan semua rasa yang ada didadanya, dan semakin keras suaranya saat bukan lagi jari yang ada disana, tapi milik Hans yang dengan cepat membuat tubuhnya tergoncang.
Sementara itu, di sebuah Apartemen, terlihat seorang wanita tengah menjerit ditengah-tengah keadaan yang porak poranda, Amelia dengan brutal membanting dan menghancurkan semua barang, frustasi setelah menerima sebuah keputusan dari sang kekasih lewat ponselnya.
Dan lebih parahnya lagi, Hans juga memutuskan akan menjual dan keluar dari Apartemen miliknya, itu berarti Amelia terusir secara tidak langsung.
"Kau benar-benar kurang ajar HANSYAH PRADITYA!" Jerit Amelia yang mulai kelelahan, setelah menangis beberapa lama, dan disaat yang sama sebuah kabar diterima, dimana tagihan kartu kredit yang cukup besar masuk di pemberitahuan ponselnya.
Rupanya Hans bukan hanya mengkhianati nya tapi juga memanfaatkan uang pribadi miliknya untuk hidup berfoya-foya selama ini, Amelia terduduk lemas, terpaksa dia harus menggunakan berbagai cara untuk menutupi semua tagihannya.
*
Setelah hari Minggu berlalu, kini Aktifitas pekerjaan kembali berjalan, tepatnya di sebuah basement, nampak Hans berlari hendak menghindari seseorang.
"Berhenti kau bajingan!" Teriak Amelia mengejar Hans.
Berakhir dengan keduanya yang kini saling berhadapan.
"Jelaskan ini semua padaku, kau mengabiskan semua uangku, dan kini mencari pelarian wanita yang lebih kaya lagi?, dasar laki-laki rendah!" Teriak Amelia tak kuasa menahan emosi.
"Jaga ucapanmu, ini tempat umum, dan kita tidak ada urusan apapun lagi" jawab Hans berusaha menghindari.
"Apa kau bilang, tak ada urusan lagi?, kembalikan semua uangku!" Teriak Amelia.
Percekcokan terjadi, bahkan Amelia menampar Hans berkali-kali, hingga akhirnya terdorong dan jatuh tepat di kaki seorang wanita yang tak lain adalah Sifa.
"Si Sifa?!" Hans terkejut, begitu juga dengan Amelia, namun bukan hanya itu, rupanya ada Dira disamping Sifa.
"Kau, wanita laknat!" Teriak Amelia Ingin menyerang.
Sifa menghadangnya dengan tatapan tajam.
"Ini perusahaan, bukan ajang perkelahian, jaga sikap kalian dan selesaikan masalah ini di luar jam kerja, mengerti?!" Sifa memperingatkan dengan wajah tegasnya.
"Dia berselingkuh dengan Hans!" Teriak Amelia masih tak terima dan menunjuk Dira.
"Sebelum menunjuk seseorang, ingat-ingat dulu apa yang pernah kau lakukan" jawab Sifa, kemudian berlalu begitu saja dengan Dira yang mengikuti langkah kakinya, sedangkan Amelia terdiam.
Pegawai lain yang masih ada disana segera bubar dan bergegas masuk ke dalam perusahaannya untuk segera melakukan tugasnya, siang itu ramai kabar akan apa yang terjadi antara Hans, Amelia dan Dira.
Semakin ramai nih, yuk jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
kyknya hrs memunculkan pesaing biar mereka sadar akan perasaannya..