*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Naya yang sudah sampai di rumah, dengan diantar oleh Gery. Tepat pada waktunya.
"Kak, makasih ya," tutur Naya yang sudah turun dari mobil.
"Sama-sama, Nona. Ini sudah menjadi tugas saya juga," ujar Gery ramah, yang masih berada di kursi kemudi di dalam mobilnya.
"Hm, iya kak. Kak Gery gak mau mampir dulu ni?" tanya Naya, sebelum dia masuk ke dalam.
"Tidak, Nona. Saya masih ada tugas lagi, yang belum diselesaikan," jawab Gery.
"Oh, ya sudah kalo gitu. Hati-hati ya, Kak."
"Baik, Nona. Saya permisi pergi dulu." Gery pun segera melajukan mobilnya. Sedangkan Naya, melambaikan tangan ke arah mobil Gery yang terus melaju, keluar dari pekarangan rumah Malik.
Sedangkan di atas sana, ada yang sedang memperhatikan mereka tadi.
Sampai di depan pintu kamar Malik.
Naya pun segera membuka pintu tersebut. Hingga terdengar derit pintu, saat dia membukanya.
"Hebat ya! Akrab bener lo sama dia!" tandas Malik, yang sudah berdiri tegap di hadapan Naya.
"Ma-maksud, Kakak. Apa ya? Naya gak ngerti?" ucap Naya bingung, bercampur gugup.
"Ck, gak usah belagak bego deh, Lo! Lo suka kan sama Gery!" tukas Malik.
"Hah! Sumpah, aku gak ngerti maksud, Kakak."
"Ck, gak usah banyak ngomong. Lo jawab! Lo suka kan sama Gery?" cetus Malik yang mulai geram.
"Apa! kak Gery? Naya gak ada perasaan apa-apa sama kak Gery, Kak. Sumpah!" tutur Naya jujur, mengangkat tangannya membentuk hurup V.
"Lo jawab yang jujur! Apa mesti gue tampar, hah!" ketus Malik yang sudah mengangkat tangannya.
Sebelum Malik melayangkan tangannya. Naya sudah duluan bersimpuh sambil memegang kaki Malik.
"Sumpah, Kak. Naya gak bohong. Naya gak ada perasaan apapun sama kak Gery. Karena Naya sadar, Naya gak pantas mencintai dan dicintai," ungkap Naya yang memelas. Hingga Malik pun kembali menurunkan tangannya.
Sampai tibalah pintu pun di ketuk dari luar.
Tok ... tok ...
"Maaf, Den. Ada orang yang mencari Anda di luar," ucap bik Nanik mengatakan prihal kedatangannya, sebelum Malik bertanya.
"Siapa?" tanya Malik dari dalam, yang belum membuka pintu kamarnya.
"Dia bilang, Rama Adriyanysa, Den," sahut bik Nanik.
"Hm, suruh dia tunggu di ruang tamu. Nanti saya akan turun menemuinya," ujar Malik.
"Baik, Den." Bik Nanik pun, segera turun lagi ke bawah.
"Cepat, ganti pakain, Lo. Dan ikut gue turun ke bawah menemui papa," cetus Malik.
"I-iya, Kak." Naya pun segera bangkit, dan berjalan menuju ruang ganti.
***
"Ma-malek, ba-bagaimana ka-kabar ka-kamu, Nak?" ucap Rama, saat melihat anaknya sudah berada di hadapannya. Yang masih susah untuk berkata.
"Hm, Anda lihat sendiri. Saya masih baik-baik saja," sahut Malik, yang sudah duduk di sebrang papanya berada. Tapi, nada suaranya belum bersahabat.
"Ba-baguslah. Pa-pa se-senang dengarnya," tutur Rama yang sudah merasa tenang.
"Iya, Den. Papa anda saat khawatir saat tau anda mendapat musibah," lanjut bik Atun, yang merawat papanya Malik.
Sedangkan Malik, hanya menanggapi dengan senyum miringnya, dan membuang pandanganya.
Naya yang tak suka, melihat suasana menjadi canggung pun, membuka suaranya.
"Hm, Papa. Papa sendiri bagaimana keadaannya, sehat?" tanya Naya. Yang sudah berjongkok di hadapan mertuanya, yang berada duduk di kursi roda.
"Alham-dulillah, Nak. Pa-pa, se-sehat," balas Rama tersenyum, yang membelai pucuk kepala mantunya dengan penuh kasih sayang.
"Alhamdulillah. Naya seneng dengernya, Pa." Ungkap Naya yang mendongakkan kepalanya. Menatap wajah mertuanya sendu.
"Ke-kedaan ka-kamu sen-di-diri, ba-bagaimana, Nak?" tanya mertuanya balik.
"Alhamdulillah, Pa. Sehat juga," balas Naya tersenyum.
Malik yang jengah melihat drama di depannya pun. Berdiri, angkat bicara.
"Sudah selesaikan? Tolong segera keluar dari sini!" tukas Malik. Yang mengarahkan tangannya, menuju pintu keluar.
"Kak ...."
Naya tak berani melanjutkan perkataannya, saat melihat tatapan tajam yang ditunjukkan Malik.
Rama pun menggeleng. "Tak a-apa, Nak. Pa-pa juga su-sudah ma-mau kembali. Yang terpe-penting, pa-pa su-sudah pu-puas me-melihat ka-kalian se-sehat semua," ungkap Rama yang memegang tangan Naya.
Kemudian, Rama pun mengangguk. Memberi isyarat pada asisten dan juga pembantunya, untuk membawa dia segera pergi.
"Hati-hati, Pa." Naya hanya bisa berdiri, menyaksikan mertuanya sudah pergi.
Setelah kepergian papanya. Malik pun kembali menaiki tangga menuju kamar.
"Kak, tunggu! Kita makan siang dulu yuk," ajak Naya, sebelum Malik benar-benar pergi.
"Lo sendiri aja. Gue udah makan," sahut Malik yang langsung berjalan, tanpa melihat ke belakang.
"Non, yang sabar ya. Pasti den Malik punya masalah yang belum bisa dia ungkapkan. Dan mungkin saja, den Malik butuh waktu untuk sendiri," tutur Bik Nanik yang sudah berada di samping Naya. Mengelus bahu majikannya, memberi keyakinan.
"Bibik, benar," balas Naya yang pandanganya lurus ke depan, menatap punggung Malik yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Ya sudah, kalau begitu. Non makan siang dulu ya? Biar bibik antar ke meja makan," sambung bik Nanik.
Kemudian Naya pun berjalan menuju meja makan.
'Hh, apa aku kuat menghadapi sikap Kak Malik. Aku pun tak berani seyakin itu," batin Naya lesu.
Bersambung ...
bisa bisa malikiomidin berubah jadi monster KLW lihat sesuatu yg bikin emosi
biar beda sama cerita yg lain lanjut Thor 👍👍👍👍
itu nyata