*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
"Gue harus kasih tau kak Zeni, ni!" guman Zia.
"Palingan juga banyak musuhnya tu! Makannya ditusuk orang. Dia kan kayak gitu jadi orang, terlalu dingin. Makanya banyak yang gak suka," ucap Lili, sambil menulis.
"Sotoy, banget lo, Li!" sahut Bayu.
"Yee ... memang kayak gitu kenyataannya, ogeb. Lo apa gak pernah denger dari anak-anak. Bahkan banyak yang gak berani berurusan dengan geng mereka, takut kena imbasnya," cetus Lili.
"Eh, udah-udah! Jangan ngomongi orang, gak baik tau. Lebih baik, kalian cepetan deh nulisnya, mumpung belum bel tu," saran Naya mengingatkan.
"Hehe ... iya deh, Nay. Ini juga udah mau selesai kok," sahut Lili cengengesan.
Sedangkan Naya, hanya membalas dengan senyuman, dan kembali membaca buku yang ia genggam.
'Apa segitu buruk kah sifat kak Malik? Sampai orang sudah paham dengannya,' batin Naya prihatin.
"Eh, Nay. Kita dah siap, ni. Makasih ya?" ucap Bayu yang mengembalikan buku Naya.
"Iya, sama-sama," balas Naya, yang menerima bukunya itu. Lalu, langsung di masukkan ke dalam laci mejanya.
"Nay, temani gue bentar, yuk!" ajak Lili yang sudah berdiri di hadapannya.
"Ke mana?" tanya Naya.
"Toilet bentar, kebelet ni gue. Yuk, mumpung belum bel ni," ujar Lili yang sudah tak tahan.
"Yaudah yuk lah," balas Naya yang sudah beranjak dari duduknya.
"Eh, sekalian belikan gue minum ya! Haus ni," ucap Bayu.
"Beli aja ndiri," sahut Lili.
"Ah, Lo. Parah banget, entar gue ganti loh!" tutur Bayu.
"Gak sempet, udahlah lo beli ndiri. Gue udah kebelet ni. Yuk Nay, biarkan aja dia." Lili pun langsung menarik lengan Naya, meninggalkan Bayu yang kesal.
"Eh, Bay. Lo mau belikan gue minuman gak? Sekalian ni, gue bayarin lo," tawar Zia yang menyerahkan selembar uang berwarna hijau.
"Tumben lo baik, ada apaan, ni?" tanya Bayu yang memicingkan matanya curiga.
"Yaelah, segitu buruknya gue di mata, Lo. Udah ni ambil, mau gak? Kalo gak mau yaudah," ucap Zia yang ingin memasukkan uang nya ke dalam sakunya lagi.
"Yaudah, sini!" rampas Bayu, sebelum Zia berhasil memasukkan uangnya.
"Yaudah, buruan!" balas Zia, dan Bayu pun langsung pergi keluar dari kelasnya, menuju kantin.
***
"Selamat pagi anak-anak," sapa buk Ratih yang baru memasuki kelas.
"Pagi, Buk!" sahut semua muridnya.
"Hm, baiklah. Apakah ibu ada beri tugas rumah buat kalian? Kalau ada, segera kumpulkan. Kelvin, tolong kamu yang ambil buku tugas teman-temanmu ya," ujar buk Ratih, menyuruh Kelvin.
"Baik, Buk." Kelvin pun berdiri, dan langsung mengutip buku tugas teman-temanya.
"Eh, Li. Gak ada liat bukuku?" tanya Naya yang sedang memeriksa laci mejanya.
"Gak ada, Nay. Tapi terakhir kali, udah dibalikan sama Bayu. Iya kan, Bay?" Sekarang Lili balik bertanya ke Bayu.
"Iya, Nay. Tadi kan, udah gue kasih ke, Elo," tutur Bayu.
"iya, bener. Tapi abis itu, aku letak di bawah meja. Kok sekarang gak ada," balas Naya yang bingung.
"Coba lo cari lagi, mana tau ada di dalam tas, Lo. Kali aja lo lupa!" saran Bayu.
"Bener, Nay. Coba lo cari lagi," sambung Lili yang ikut membenarkan.
Naya pun segera mengeluarkan isi tasnya.
"Gak ada, Bay, Li. Gimana ni?" ucap Naya yang cemas.
"Bay, lo tadi di kelas aja "kan? Masa gak liat buku Naya, sih! Atau di ambil orang gitu," tanya Lili ke Bayu.
"Sumpah, gue gak tau, Li. Tadi tu gue keluar juga. Beli minum buat gue dan Zia," ungkap Bayu menujukkan jarinya membentuk huruf V.
"Bentar, bentar. Tadi lo bilang apa? Beli minuman untuk Zia. Sejak kapan lo deket sama dia, hah! Jangan-jangan ada yang gak beres ni," tukas Lili yang melirik ke arah Zia. Yang duduknya bersebrangan dengannya.
"Eh, kok jadi bawa-bawa gue, sih!" sungut Zia yang tak terima diintrogasi.
"Ehem, minta bukunya temen-temen," ucap Kelvin yang sekarang berada di antara mereka.
Lili, Bayu dan Zia pun sudah memberikan buku tugasnya ke Kelvin.
"Nay, lo belum ngumpul loh!" ujar Kelvin.
"Iya, Vin. Maaf! Buku Naya hilang," tutur Naya sambil menunduk.
"Bener, Vin. Padahal Naya sudah siap lo PRnya," sambung Lili, dan diberi anggukkan oleh Bayu.
"Buk, ada yang gak ngerjain tugas ni, Buk!" seru Zia dari tempat duduknya, memberitahu guru itu.
"Siapa, Zia?" tanya buk Ratih, yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
"Tanya aja sama Kelvin, Buk." Tunjuk Zia dengan bibirnya, yang tatapannya ke samping.
"Siapa, Vin?" tanya buk Ratih.
"Sa-saya, Buk." Naya mengangkat tangannya, dan berdiri.
Buk Ratih pun langsung mendatangi Naya di tempatnya.
"Kamu kenapa, Nak. Kok gak ngerjakan tugas?" tanya buk Ratih lembut.
"Maaf, Buk. Bukannya Naya tidak mengerjakan, tapi bukunya hilang, Buk," tutur Naya menjelaskan.
"Kamu yakin, kalau bukunya sudah kamu bawa?" tanya buk Ratih sekali lagi.
Naya hanya bisa mengangguk.
"Alah, bohongnya itu, Buk. Bilang aja takut diberi hukuman."
"Udah, hukum aja buk," lanjut Zia.
"Zia, jangan menghakimi seseorang tanpa bukti. Kalau Naya bekata jujur, bagaimana?" ucap buk Ratih. Memberi pengertian kepada Zia, siswinya.
"Yaelah, Buk. Kalo gitu ceritanya, besok-besok saya gak ngerjain tugas deh. Dengan alasan hilang, bereskan! Jadi gak kena hukum deh," sahut Riska yang menyambung.
"Bener tu, Buk. Biar murid ibu jadi disiplin, harus diberi hukuman. Apalagi tu murid baru. Kalo dibelai, jadi besar kepala entar," ungkap Dodi yang ikut memberi pendapatnya.
"Tul, setuju!" balas Zia.
Buk Ratih pun hanya bisa mendesah, membuang nafasnya kasar.
"Oke, baiklah-baiklah. Demi kedisiplinan kelas kita, ibu akan memberi hukuman buat Naya."
"Nak, maaf ya. Ibu harus menghukum kamu," lanjut buk Ratih.
"Iya, gapapa, Buk. Naya paham," balas Naya menunduk.
"Ya sudah, silakan!" buk Ratih pun menjulurkan tangannya.
"Ingat! Berdiri di bawah bendera sampai jam istirahat."
"Elo!"
Bersambung ...