NovelToon NovelToon
Ketika Kesabaran Berakhir

Ketika Kesabaran Berakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mengubah Takdir
Popularitas:19.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nurulina

Mentari, yang akrab disapa Tari, menjalani hidup sebagai istri dari Teguh, pria yang pelit luar biasa. Setiap hari, Tari hanya diberi uang 25 ribu rupiah untuk mencukupi kebutuhan makan keluarga mereka yang terdiri dari enam orang. Dengan keterbatasan itu, ia harus memutar otak agar dapur tetap mengepul, meski kerap berujung pada cacian dari keluarga suaminya jika masakannya tak sesuai selera.

Kehidupan Tari yang penuh tekanan semakin rumit saat ia memergoki Teguh mendekati mantan kekasihnya. Merasa dikhianati, Tari memutuskan untuk berhenti peduli. Dalam keputusasaannya, ia menemukan aplikasi penghasil uang yang perlahan memberinya kebebasan finansial.

Ketika Tari bersiap membongkar perselingkuhan Teguh, tuduhan tak terduga datang menghampirinya: ia dituduh menggoda ayah mertuanya sendiri. Di tengah konflik yang kian memuncak, Tari dihadapkan pada pilihan sulit—bertahan demi harga diri atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan yang sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

Tari menerima belanjaannya dengan cekatan. Kali ini, ia membeli balungan ayam untuk dimasak menjadi sop dan empat butir telur yang akan ia gunakan untuk makan malam nanti. Meski sederhana, setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya hari itu.

Setelah mengemas belanjaannya, Tari bersiap pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika Bu Marni memanggil dari balik kerumunan.

"Tunggu, Tar! Buru-buru amat, sih?" cegah Bu Marni, matanya berbinar seolah ingin berbagi sesuatu.

Tari berhenti dan menoleh, tersenyum kecil. "Tari kan harus segera masak, Bu, buat sarapan. Takut keburu siang," sahutnya dengan nada sopan.

"Tapi sebentar aja, Tar. Lagi ada cerita seru nih, soal tetangga sebelah," Bu Marni mencoba menarik perhatiannya.

Tari hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ‘cerita seru’ yang dimaksud pasti tentang gosip. Namun, ia memilih tidak terlalu larut. Waktunya di pagi hari terlalu berharga untuk dihabiskan mendengar cerita yang belum tentu benar.

"Maaf ya, Bu Marni. Mungkin lain kali aja. Kalau nggak masak sekarang, nanti suami dan mertua keburu ngomel," ujarnya sambil mengangkat kantong belanjaannya sebagai isyarat.

"Ya udah deh, lain kali jangan buru-buru, ya," jawab Bu Marni dengan nada sedikit kecewa.

"Eh, tapi duduk dulu sebentar, Tar. Cuma lima menit kok. Nih, jajanan buat kamu, makanlah. Pasti kamu nggak pernah kan dibelikan jajan sama suamimu?" seru Bu Marni sambil menyodorkan beberapa jajanan pasar kepada Tari.

Tari yang seumuran dengan anak Bu Marni, membuat ibu itu merasa kasihan dengan nasib Tari yang selalu diperlakukan tidak adil oleh suaminya.

"Ih, Bu Marni tahu aja kalau aku nggak pernah dibelikan jajan. Makasih ya, Bu," jawab Tari dengan senyum kecil sambil menerima jajanan tersebut. "Semoga Rina segera mendapatkan jodoh yang baik, soleh, kaya raya, sayang istri, dan sayang mertua," lanjut Tari dengan selorohan yang masih terselip doa.

Bu Marni terkekeh mendengarnya, melihat bagaimana Tari mencoba menghibur dirinya sendiri. Tari kemudian duduk bersama mereka, ikut nimbrung dalam percakapan yang sedang berlangsung.

"Ih, jangan gitu, Tar. Si Rina tuh biar kerja dulu, jangan nikah muda. Biar dia punya pengalaman dulu, nggak langsung ngejugruk di dapur ngurus suami. Lagian kamu juga, masih muda udah kawin, begini kan nasibnya," ujar Bu Marni, dengan nada serius, seolah mengingatkan Tari tentang pilihan hidup yang dulu ia buat.

Tari mendengarkan dengan seksama, meskipun ia tahu bahwa Bu Marni tidak ingin anaknya menikah terlalu muda, seperti yang terjadi padanya. "Tapi Bu, bukankah setiap orang punya jalan hidup yang berbeda? Saya memang awalnya nggak tahu apa-apa, tapi sekarang saya berusaha untuk tetap bertahan dan menjalani semuanya," jawab Tari dengan bijak, meski hatinya terasa berat.

Bu Marni mengangguk pelan, tapi masih terlihat ragu dengan pilihan Rina untuk menikah nanti. "Ya, semoga saja yang terbaik untuk kalian semua," katanya sambil menepuk bahu Tari.

Tari tersenyum kecil. Meskipun perbincangan mereka penuh dengan nasihat, ia tetap merasa lega bisa berbicara dengan seseorang yang peduli padanya. Sekali lagi, hidup di kampung yang saling mengenal, kadang memberi kehangatan yang jarang ditemukan di tempat lain.

Tari mengangkat bahunya dengan sikap acuh, sambil terus menikmati jajanan yang diberikan oleh Bu Marni. Rasa manis dari jajanan pasar itu sedikit mengalihkan perhatian dari kesibukannya di rumah.

"Makasi ya, Bu, jajanan enaknya. Semoga segala kebaikan ibu ini dibalas berkali-kali lipat oleh Tuhan," kata Tari, sambil tersenyum tulus.

"Ya sama-sama, Tar. Cepat balik sana, keburu mertuamu ngamuk," jawab Bu Marni dengan nada sedikit khawatir, melihat Tari yang tampaknya sudah terlalu lama berada di luar.

Tari mengangguk sambil menyelesaikan makanannya. Ia kemudian berdiri dan meninggalkan warung. Beberapa ibu di sekitar warung mengikutinya dengan pandangan penasaran, namun Tari tetap melanjutkan langkahnya dengan tenang.

Sesampainya di rumah, ia segera menuju dapur untuk memulai pekerjaannya. Balungan ayam yang ia beli tadi pagi siap diolah menjadi sop yang lezat. Tari mencuci dan memotong ayam dengan cekatan, lalu mulai merebusnya dengan bumbu sederhana yang ada di rumah. Kaldu ayam yang terbentuk segera mengisi dapur dengan aroma harum, mengundang selera makan.

Setelah beberapa saat, sop ayamnya pun matang. Tari menatanya di atas meja makan, mencoba memberikan yang terbaik meski tak banyak yang bisa ia banggakan. Setelah selesai, ia menunggu satu per satu anggota keluarganya datang.

Satu per satu mereka mulai berdatangan. Suaminya, Teguh, yang selalu datang dengan ekspresi acuh tak acuh, akhirnya duduk di meja makan. Mertuanya, Bu Ayu, yang tak pernah jauh dari dapur, langsung mendekat dengan wajah masam. Namun, Tari tak peduli. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, setidaknya ia telah berusaha untuk memberikan yang terbaik hari itu.

"Harusnya kamu tuh beli paha atau sayap ayam!" sentak bu Ayu.

"jangan kau korupsi terus uang belanjanya Tari! Lama- lama ibu pecat kamu jadi mantu!" lanjut bu Ayu terus mengomel.

" ya udah pecat aja, Tari juga udah gak betah jadi mantu ibu" sahut Tari dengan entengnya dan sukses membuat mata Teguh membola.

Brak!

"Tari, apa maksud kamu bilang seperti itu!?" Teguh menggebrak meja karena tersulut emosi dengan tanggapan istrinya.

1
Alyana Ra
bisa bisa gue gak tahu kalau ada yang plagiat cerita gue sampai sejauh ini, awas Lo, gua udah laporin elo ya !
Alyana Ra
dasar plagiat Lo ! Lo ye yang plagiat novel gue ? dasar otak dengkul bisanya plagiat karya orang, Gue laporin Lo ya !
Alyana Ra: udah tak laporin kak, 👍
famela driyo: Semangat kak, ayo laporin
total 2 replies
Elok Pratiwi
kecewa .... udah bab 17 tp drama nya gitu2 aja ga ada kemajuan cerita nya hanya ribut yg diputar puter aja ribut nya dipanjang panjangin
mince
lanjut kak
mince
kok belum update kak
Alyana Ra: iya lah jarang update, orang cerita hasil plagiat, bisanya cuma mencuri cerita orang.

gue udah laporin Lo ya, atas plagiat cerita gue, hati hati, Lo bisa kena pasal dan bakal kena denda.
Purnama: mimin lagi turun kkn k, jadi jarang update, sorry yaa
total 2 replies
Sulfia Nuriawati
cm d nikahi siri, mas kawin nya jg minim btl² g ada harganya si rani🤭🤭🤭🤭🙄🙄🙄
mince
laporin aja teguh sama rani
mince
keren mbak tari
Diah Ratna
ckck
hebat tari,mulut Bu ayu perlu dibalas
𓍼
crazy upp thor !!
rojiyah Jiyah
Buruk
rojiyah Jiyah
Kecewa
Sulfia Nuriawati
cowok pelit dih g bnget, mending g pny laki drpd dpt laki pelit
Mundri Astuti
/Facepalm//Facepalm/ amsyoonngg si teguh, tabungannya raib, kan baru niat aja dah kena karma teguh
mince
saldonya yg mengelinding
mince
keren m tari
Mundri Astuti
kena loh teguh
Sulfia Nuriawati
suami pelit bin mefit ssh obatnya, kalo pny kerjaan gpp tp hrs rahasia karna kalo tw istri pny penghasilan sendiri d jamin g bakal d ks nafkah atw d nafkahi seadanya aja, dg alasan kan istri pny penghasilan kebyk kan kyk gt
famela driyo: Jangan dibaca lagi kak, ini plagiat kasian penulis aslinya di alikasi sebelah
total 1 replies
Sulfia Nuriawati
g berbuat tp d tuduh, g enak bnget. wujudkan aja tuduhan mereka, awal cm tepok nyamuk tp jd bonyok kan aneh, jd hajar aja biar nyata tuduhannya g perduli org tua jg, kurang ajar sm hatinya busuk jd ks pelajaran😡😡😡
mince
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!