NovelToon NovelToon
Dendam Dibalik Cinta Mu

Dendam Dibalik Cinta Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Miutami Rindu

Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.

Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?

Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertanyaan Gio

Gavin membawa Nadien ke tempat yang lebih sepi, menghempas tangan Nadien dengan kasar.

"Apa paan kamu? Kamu mau bikin aku malu, mau ngerusak nama baik ku di depan semua orang?!" Ucap beruntun dengan ekspresi dingin.

"Maksud kamu apa? Emang apa yang udah aku lakuin?"

Nadien tidak mengerti maksud dari omongan Gavin, bahkan ia tidak tau dimana kesalahan nya.

"Masih nanya apa?" Gavin menghela nafas kasar, ia benar-benar muak melihat wajah polos Nadien.

"Ngapain kamu tadi berduaan sama laki-laki itu, hah?! " Sentak nya menohok.

Nadien merasa tertohok, "Kamu salah paham Gavin, dia itu temen lama ku dan tadi kita cuma saling sapa aja."

"Aku gak peduli. Aku gak suka ya kamu mulai bohongin aku! " Elak Gavin marah.

"Bohong soal apa? Aku gak pernah bohong sama kamu," protes Nadien.

"Kamu tadi bilang mau ke toilet, tapi nyatanya apa kamu malah berduaan sama cowok tadi."

Nadien mendengus lucu, entah kenapa ada rasa senang mendengar tuduhan Gavin kali ini. Nadien seolah merasa kalau Gavin tengah cemburu padanya.

"Aku gak bohong, aku emang pergi ke toilet. Cuma pas aku balik, aku gak sengaja ketemu dia." Berusaha menjelaskan yang terjadi antara ia dan Gio.

"Dengar Nadien ! Aku gak peduli apa yang mau kamu lakukan, tapi kamu harus ingat dimana kita sekarang. Saat ini mereka taunya kamu adalah istriku. Jadi, jaga sikap mu jangan melakukan kesalahan yang membuat nama baik ku tercoreng. Paham !!" Tekan nya menyorot Nadien tajam.

Nadien mengangguk samar, "Maaf.." Ucap Nadien lirih, Nadien tidak mau membuat Gavin semakin marah.Akhirnya Nadien memilih mengalah.

Tanpa menjawab permintaan maaf Nadien, Gavin melengos begitu saja.

Semua orang nampak berkumpul di tengah ruangan yang luas dengan segelas minuman di tangan mereka. Sesekali mereka tertawa bersama, Gavin ikut bergabung.

"Anda darimana saja Tuan Gavin?" Tuan Xander melirik wanita di belakang Gavin.

"Waah.. Sepertinya anda sangat posesif ya," Gavin nampak menyipit tak memahami maksud dari perkataan Tuan Xander.

"Apa anda habis menjemput istri anda dari toilet?" Gurau nya di sambut tawa oleh yang lain.

Nadien yang mendengar itu menjadi sangat malu, "Sepertinya Tuan Gavin sangat mencintai anda Nona Nadien. Sampai-sampai mengkhawatirkan anda ketika anda terlalu lama jauh dari nya," ujarnya lagi menggoda Nadien.

Mereka menatap Nadien dengan senyuman menggoda, Nadien menjadi salah tingkah di buatnya. Pasalnya yang mereka katakan itu tidaklah sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Nyatanya Gavin menemuinya bukan karna khawatir melainkan untuk memarihi nya.

"Pah, Mah.."

Suara seseorang mengalihkan perhatian semua nya, termasuk Nadien. Seorang pria tinggi nan tampan menghampiri sekumpulan orang-orang penting tersebut. Nadien menyerngit melihat Gio ikut bergabung dan menatapnya seraya tersenyum cerah.

"Kemarilah Nak.." Pinta Tuan Xander tersenyum hangat.

"Nak?" Batin Nadien.

"Semuanya.. perkenalkan ini putra saya. Sebenarnya acara makan malam ini saya siapkan untuk menyambut kepulangan putra kami, tapi anak ini malah datang terlambat. " Menepuk pundak Gio, sedang Gio malah menunjukan deretan giginya yang rapi.

"Selamat malam semuanya. Sebelumnya saya minta maaf karna suatu hal saya jadi terlambat," ucap Gio dengan pembawaan nya yang tenang.

"Jadi ini putra anda yang kuliah di luar negri?" Tanya salah satu dari mereka.

"Betul. Anak saya melanjutkan s2 nya di Amerika, sekarang dia sudah selesai dengan pendidikan nya dan akan tinggal kembali di sini untuk bergabung di perusahaan." Terang Tuan Xander merangkul putranya dengan bangga.

"Oya, Gio. Kenalkan mereka semua adalah rekan bisnis Papa, dan beliau itu adalah Tuan Gavin Bagaskara pengusaha muda yang sukses dalam bidang properti." Tuan Xander memperkenalkan Gavin.

"Dan wanita yang di sampingnya itu adalah istrinya." Lanjutnya lagi.

Nadien tersenyum, sedangkan Gavin menatap Gio tanpa ekspresi.

"Senang bertemu dengan anda Tuan Gavin," Gio mengulurkan tangan nya. Jika tadi Gavin tak menanggapi, tapi di hadapan semua orang dengan terpaksa Gavin membalas jabatan tangan putra dari kolega nya itu.

"Seperti nya akan akan banyak belajar dari anda, agar bisa sukses dalam bisnis di usia muda seperti anda." Tukas Gio menatap Gavin kagum.

"Dari pada belajar dengan saya, sepertinya belajar dari Papa anda lebih baik. Karna Tuan Xander lebih berpengalaman dalam bisnis di bandingkan saya." Sahut Gavin datar.

.

.

.

Nadien berdiri di dekat meja yang terdapat banyak minuman dan aneka buah serta kue di atasnya. Gadis itu mengambil segelas minuman non alkohol kemudian meneguknya sedikit.

"Gio anak nya Tuan Xander, kolega nya Gavin? Ya Tuhan.. Kenapa dunia ini sempit sekali ?" Batin Nadien memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

"Ekhem! "

Nadien terhenyak ia menoleh ke samping, "Gio. Kamu ngapain ke sini?" Nadien terkejut refleks ia menjaga jarak dengan Gio.

"Kenapa, gak boleh emang?" Tanya nya santai.

"Hah, e-enggak bukan gitu. Bukan nya tadi kamu lagi bicara sama Papa kamu? " Seraya melihat sekitar takut jika ada yang memperhatikan interaksi di antara ia dan Gio.

"Bosen. Yang mereka bicarain cuma bisnis, pusing aku dengernya. " Timpalnya dengan kedua tangan di masukan ke saku celana nya.

"Lho, bukan nya selama ini kamu belajar sampe ke luar negri itu buat ini ya?" Ujar Nadien.

"Maksudnya?"

"Ya, nerusin bisnis Papa kamu." Jelasnya.

"Iya sih. Tapi, lama-lama bete juga kalo terus-terusan bahas itu-itu aja." Sahut Gio sekena nya.

Nadien mengangguki ucapan Gio dengan senyum tipis, "Oya Nad, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu " Menghadap Nadien, wajahnya seketika berubah serius.

"Apa?" Jawab Nadien ragu-ragu.

"Bisa gak kita ngobrolnya di luar?" Saran Gio.

Nadien terkesiap, "Apa gak bisa di sini aja?" Lirih Nadien mengingat pesan Gavin tadi.

Nadien tidak boleh ceroboh, ia harus mengutamakan nama baik Gavin jangan sampai ia membuat masalah untuk Gavin.

"Kamu takut suami kamu marah ya?"

"Hm," menundukkan wajahnya.

"Yasudah kita bicara di sini saja, " ujar Gio mengalah.

Nadien mengangkat wajahnya kembali menatap Gio. "Baiklah, katakan. Kamu ingin bicara apa?" Tanya Nadien.

"Apa kamu sudah bertemu dengan Sheryl?" Wajah Nadien berubah pucat, "Apa dia datang menemui mu? Jujur, sampai sekarang aku masih mencintainya, aku tidak bisa melupakan Sheryl Nad. Aku sangat merindukan nya, bagaimana keadaan nya sekarang? Kamu pasti tau kabar dia kan, secara kamu sahabat nya." Cerocos pria itu dengan mata berbinar.

Wajah Nadien nampak tegang, namun Nadien tak berekspresi. Nadien hanya diam dengan pandangan tak lepas dari Gio yang tengah bicara panjang lebar. Entah kenapa mendengar Gio bicara membuat hatinya terasa sakit. Bukan karna cemburu melainkan memikirkan bagaimana perasaan Gio jika tau kalau wanita yang ia cinta dan tunggu selama ini sudah meninggal dunia. Matanya mulai berkaca-kaca, rasa nya Nadien tak sanggup memberitahu kebenaran nya.

"Nad, Nadien.."

Nadien memalingkan wajahnya, "Kenapa kamu diam? Aku pergi ke luar negri dan aku juga coba cari Sheryl tapi aku sama sekali tidak menemukan nya. Tolong Nad, kasih tau aku. Aku ingin minta maaf sama Sheryl, aku pengen banget ketemu sama dia.."

Gio begitu antusias, terdapat harapan yang terpancar di mata nya. Sungguh, Gio tak pernah melupakan Sheryl. Banyak yang ingin Gio bicarakan dengan Sheryl, pembicaraan yang belum sempat ia sampaikan dulu.

Gio memang sempat bertanya-tanya tentang keluarga Sheryl, namun Gio tak pernah berpikir meninggalkan Sheryl karna ia sangat mencintai Sheryl. Namun, karna banyak nya gosip dan statement yang mengatakan kalau Gio akan memutuskan Sheryl membuat kesalahpahaman di antara Sheryl dan Gio tak kunjung selesai.

Sheryl selalu berpikir pendek, tanpa mau meluruskan dan mendengarkan penjelasan Gio Sheryl memilih mengikuti pemikiran nya sendiri, hingga menjauhi Gio.

Tak dapat Gio elakkan, saat ia bertemu Nadien Gio merasa seolah di beri kesempatan. Merasa mendapat secercah harapan untuk bisa bertemu Sheryl.

Namun, harapan hanyalah sebuah harapan. Karna nyatanya, jangankan Gio Nadien saja sudah tidak bisa bertemu dengan sahabatnya lagi. Tapi, sekarang apa yang harus Nadien katakan pada Gio. Harus mulai dari mana Nadien menjelaskan nya, pasalnya Nadien juga belum bisa mempercayai kalau Sheryl sudah meninggal.

Gavin hanya mengatakan nya lewat kata tanpa bukti. Bahkan Nadien tidak tau bagaimana Gavin bisa tau kalau Sheryl sudah meninggal dan ada hubungan apa antara Gavin dan Sheryl. Nadien masih berusaha mencari jawaban itu.

"Gio--" Ucap Nadien tertahan.

Alis Gio nampak terangkat, senyumnya nampak begitu cerah, menunggu Nadien melanjutkan ucapan nya.

Air mata yang sedari tadi tertahan, jatuh begitu saja tanpa perintah. Membuat Nadien memalingkan wajahnya, pun Gio seketika merubah ekspresi nya. Entah kenapa tiba-tiba Gio merasa takut?

"Ada apa Nad? A-apa ada yang kamu tutupin dari aku?" Ucapnya ragu-ragu.

"Gio.. Sebaiknya mulai sekarang kamu lupakan Sheryl, hubungan kalian sudah berakhir. Berhenti menunggu seseorang yang tidak akan bisa kamu dapatkan lagu," suara Nadien terdengar bergetar walau sebisa mungkin Nadien terlihat tegar.

"Apa maksud kamu?" Nadien menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

"Jangan bilang kalau Sheryl udah--" Seketika mata Nadien menyorot Gio dengan gemetar, "Menikah?" Sambungnya.

Bahu Nadien merosot lemah, nafas nya hampir tercekat. Merasa lega namun hatinya sangat tidak nyaman sama sekali. Tanpa di duga, Gio memegang kedua bahu Nadien.

"Please, Nadien. Katakan, Sheryl belum menikah kan?" Tekan nya sedikit memaksa.

Nadien yang terkejut dengan reaksi tiba-tiba Gio membuatnya refleks menggelengkan kepalanya. Seketika Gio tersenyum, pria itu sejenak menunduk menghembuskan nafas lega. Giopun melepaskan pegangan nya di bahu Nadien.

"Kamu membuatku hampir mati Nadien," ujarnya diselingi kekehan.

"Sudah cukup becanda nya, sekarang kasih tau aku dimana Sheryl? " Tanya nya lagi.

Nadien tak mengalihkan pandangan nya dari Gio sedikitpun, "Siapa bilang aku lagi becanda?" Ucapan Nadien seketika membuat Gio menatapnya serius.

"Maaf kalau ini menyakitimu. Jujur, sebenarnya aku gak mau membicarakan ini sama kamu. Tapi, sepertinya kamu memang harus tau. " Nadien menjeda ucapan nya beberapa saat, memantapkan hatinya untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Gio, Sheryl--"

"NADIEN !! "

Seketika tatapan keduanya mengarah pada sumber suara yang berasal dari samping mereka. Gavin menatap tajam Nadien dan Gio bergantian. Langkah lebar Gavin mengarah ke arah keduanya dan semakin dekat, tatapan nya begitu tajam membuat Nadien terasa terintimidasi.

Melihat sorot tajam Gavin membuat Nadien ketakutan, baru saja Nadien hendak mundur. Namun, cekalan Gavin di tangan nya menahan pergerakan nya.

"Kita pulang! " Tegasnya aura nya begitu dingin.

Tanpa melihat Gio, Gavin menarik tangan Nadien "Tunggu!" Langkah Gavin tertahan kala seseorang di belakangnya tak lagi bergerak.

Gavin menoleh kebelakang, matanya langsung tertuju pada lengan Nadien yang juga di cekal oleh Gio. Gavin menatap Gio dengan tatapan tak bersahabat,

"Beraninya kamu menyentuh nya! " Desis Gavin penuh penekanan.

"Bisa kasih waktu untuknya sebentar? Ada yang ingin kami bicarakan," pinta Gio dengan tenang.

"Gak bisa, kami harus pergi. Jadi, lepaskan tangan mu dari istriku sekarang ! " Ucapnya dingin.

Nadien yang berada di antara Gavin dan Gio jujur ia takut akan terjadi masalah. Nadien tidak mau sampai terjadi keributan di acara penting ini. Nadien mengarahkan pandangan nya pada Gio, lewat tatapan mata Nadien meminta Gio untuk melepaskan cekalan tangan darinya.

Perlahan Gio pun melepaskan cekalan nya, tatapan nyalang Gavin tak lepas dari pria di depan nya. Bagaikan hewan buas yang siap menerkam mangsanya, Gavin menarik Nadien kearahnya dengan kasar.

"Jaga sikap anda Gio Dianggara. Perlu saya ingatkan kalau dia adalah istri saya ! " Tukas Gavin penuh penekanan.

Gio diam tak mampu mengatakan apapun, jujur tatapan Gavin memang sangat tajam dan mengintimidasi. Membuat Gio tak mampu berkutik karna tatapan pria yang berstatus suami Nadien tersebut.

...****************...

Next..

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, dengan Like, Vote, dan Komen yaa Terimakasih🤗😊

1
Trisna Yati
Oalah....gantung critanya
Trisna Yati
aduuuhh thor critanya bikin penasaran bgt, dn GK bisa di tebak
Miutami Rindu: 🥰
Ikutin terus sampe akhir ya, karna ceritanya akan semakin seru dan menegangkan🤫
total 1 replies
Trisna Yati
critanya menarik dn seru
Trisna Yati
mampir thor,,,dri awal critanya udah menegangkan dn seru
Miutami Rindu: Makasih udah mampir🤗 Semoga bisa terus dukung Author dan ngikutin cerita nya sampe akhir🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!