Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 3
Akita menghela nafas, lalu bicara pada Abe dan juga Ryuu yang jelas juga kaget. Setelah itu..
"Baiklah, katakan padanya akan kami siapkan".
Akita kemudian memanggil beberapa orang karyawannya. 50 porsi bukan hal mudah. Mereka perlu menyiapkan bahan, mengolah dan mengemasnya. Dan semuanya harus selesai dalam dua jam.
Setelah diberitahu tentang kesanggupan mereka untuk menyiapkan pesanannya, wanita itu mengangguk lalu melakukan pembayaran sebelum akhirnya berlalu keluar kedai.
Selama menyiapkan pesanan itu, pikiran Akita terus berputar. Mengapa dia memesan sebanyak itu padanya? Apa karena merasa tidak enak karena akan menjadi saingan? Atau... Ah.. bagaimana kalau dia sedang menguji kemampuan Akita dan teman-temannya dalam mengelola kedai, terutama dalam kepiawaian menyiapkan pesanan dalam jumlah banyak. Tentu saja! Dengan begitu kemampuan dirinya akan mudah terbaca oleh musuhnya. Benar-benar licik!
Tidak, itu tidak benar. Terlalu berlebihan. Yang benar adalah cerdik. Dan Akita sudah merasa kalah satu langkah bahkan sebelum bertanding.
Dua jam hampir berlalu, dan wanita itu kembali mendatangi kedai Akita.
"Sebentar lagi siap, berikan dia beberapa cemilan selama menunggu", perintah Akita pada karyawannya.
Sepiring mochi sudah disodorkan ke hadapan wanita itu. Akita memperhatikan perilaku rivalnya diam-diam. Terlihat wanita itu melihat sajian di hadapannya sebentar. Mengambil satu, kemudian dengan hati-hati menyibak penutup wajahnya untuk menggigit makanannya.
Eh, apa itu di matanya? Sinar takjub kah? Bahkan mata itu kini berkedip-kedip sambil memandang sisa mochi di tangannya. Beberapa detik kemudian, ia kembali menyuap seluruh sisa mochi itu. Apakah dia menyukainya?
Hah.. wajahnya.. Akita jadi tak bisa melihat ekspresi wanita itu. Tapi ia hampir yakin kalau wanita itu memang menyukai cemilannya.
Kini wanita itu berdiri untuk menghampiri satu-satunya karyawan wanita yang sedari awal jadi perantara antara dirinya dan Akita.
Dia berbicara sebentar yang ditanggapi karyawan tersebut dengan anggukan mantap.
"Chef, dia mau memborong seluruh sisa mochi yang ada".
Aha! Dia jelas menyukainya. Siapa yang bisa menolak kelembutan nan manis seperti mochi. Apalagi yang berasal dari kedainya.
"Tentu saja, tolong kau bantu kemas dengan rapi", ujar Akita yang kini merasa langkahnya kembali sejajar dengan saingannya.
********
Di sisi jalan depan kedai seberang telah berjejer beberapa mobil. Sedari tadi yang terlihat keluar dari mobil-mobil itu, memakai pakaian yang hampir sama. Baju tertutup yang dilengkapi penutup kepala. Sebagian bahkan memakai penutup wajah seperti wanita pengelola kedai. Ada juga beberapa yang membawa anak kecil ke sana. Apa ada yang ulang tahun?
Rupanya itulah orang-orang yang akan memakan sushi yang tadi dipesan. Mengapa mereka memesan sushi? Mengapa tidak menyiapkan sendiri makanan mereka, menu Italia misalnya?
Akita sendiri tak habis pikir, tapi kemudian ia memutuskan untuk tak lagi memusingkan hal itu. Pekerjaannya masih banyak dan harus segera diselesaikan.
********
Akita bersandar santai di sofa sembari mengelus seekor kucing berwarna kuning keemasan. Dia mendapatkannya waktu kedainya baru dibuka, saat kucing itu masih kecil. Tora, begitu nama yang dia berikan, selalu singgah di kedainya setiap pagi. Awalnya hanya sebentar, dan itu tidak terlalu mengganggu. Tapi lama kelamaan, ia semakin betah dan tak mau pergi.
Akita meminta Ryuu untuk memeliharanya di lantai dua, tempat dimana Ryuu tinggal. Tapi Ryuu menolak mentah-mentah. Dia mengatakan kalau dia tak suka kucing karena binatang itu bisa menghalangi cakranya. Mengada-ada, dan Akita akhirnya tahu alasan sebenarnya setelah Abe memberitahunya. Ryuu takut kucing! Itu saja.
Terpaksa ia bawa pulang ke apartemennya, dan setiap hari dititipkan pada tetangga seberang yang sangat tidak keberatan. Mereka sudah memiliki tiga kucing, jadi tambah satu lagi juga tak masalah.
Terdengar panggilan dari ponselnya. Ayahnya, Kazuki sedang menghubungi lewat panggilan video.
"Halo ayah, bagaimana kabarmu?", Akita berbasa-basi.
"Ayah merasa hebat, karena punya anak yang bisa diandalkan sepertimu", sindir Kazuki.
Akita melengos..
"Tuan Nakata masih sering menanyakanmu. Aku jadi malu dibuatnya. Apa yang harus kuceritakan tentangmu? Seorang penjual ramen?", sindiran yang sama setiap kali mereka bicara.
"Sampaikan saja salamku padanya. Aku baik-baik saja di sini", sahut Akira, malas menanggapi sindiran ayahnya.
"Ayumi juga menanyakan mu".
Akita menunduk. Apalagi sekarang? Akita mencium sesuatu yang tak mengenakkan dari kalimat itu.
"Kau tahu kalau Tuan Nakata sudah menyerah dengannya. Hanya kau yang bisa ia terima", lanjut Kazuki.
"Gadis itu terlalu dimanja oleh kakeknya, dan terbiasa mendapatkan apa yang dia mau. Ayah tahu sendiri, kalau aku menyetujuinya sama artinya aku kembali ke belakang. Aku tak bisa ayah, hidupku di sini dan aku bahagia dengan ini".
Kazuki mengusap kasar wajahnya.
"Baiklah, akan kucoba menawarkan Heiji. Lagipula dia jauh lebih tampan darimu", Kazuki langsung memutus panggilan.
Akita melotot demi mendengar kalimat terakhir ayahnya. Apa?! Bagaimana bisa dia berkata seperti itu pada anaknya sendiri. Walaupun itu memang benar, tapi tetap saja salah. Akita merasa harga dirinya turun beberapa tingkat, dan itu oleh ayahnya sendiri.
Dilemparnya ponsel itu ke dudukan sofa. Kembali dia menyandarkan tubuhnya untuk melanjutkan kegiatannya tadi. Mengelus Taro sambil menonton anime favoritnya. Ck, apa tadi ceritanya? Dia sudah melewatkan banyak adegan gara-gara panggilan ayahnya.
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!