Ditinggalkan oleh sang ayah sejak kecil,membuat hidup seorang Galencia Pramudya penuh dengan luka.Hidup serba kekurangan namun tak pernah ia mengeluh.
Hinaan dan bullyan di sekolahnya seolah menjadi makanannya setiap hari,keadaan memaksanya untuk tumbuh menjadi gadis yang kuat.
Dari sekian banyak mimpinya,namun hanya satu yang paling ingin ia raih yaitu sebuah Kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IAB 15
..."Jika bahagia ini nyata,Tuhan tolong jangan pernah rebut kembali "...
...Adrian Arsetya...
...----------------...
Waktu mulai beranjak sore,Cia di bantu sang bunda mengganti bajunya dengan baju tidur.Sudah dua hari badan Cia semakin terasa lemas,toleransi tubuh terhadap rasa sakitnya semakin melemah.Ternyata menurut dokter sudah terlalu lama Cia menahan beban dan rasa sakitnya membuat mental Cia terlihat lelah dan semakin melemah.
Kedua orang tua serta kedua abangnya begitu sedih dan terpukul mendengarnya.Seberat apakah yang Cia dapat hingga berakibat seperti ini.Bunda semakin di liputi rasa bersalah dan penyesalan.
Bunda dengan hati-hati merawat sang anak bungsunya,ada rasa sakit saat kembali mengingat hasil pemeriksaan sang anak.Namun ia tidak boleh menampakan kesedihannya agar sang anak bisa lebih semangat untuk sembuh."Sudah selesai,anak bunda sudah cantik dan wangi "
Cia tersenyum,ia bersyukur mempunyai bunda yang begitu baik dan lemah lembut.Walaupun dulu ia tak punya ayah namun ia tak pernah kekurangan kasih sayang karena sang bunda selalu memberikannya yang terbaik."Mau makan sekarang ?"
"Nanti aja bun nunggu papa,Cia boleh di suapi papa?"
Bolehkah Cia egois sekali saja,ia ingin di manja oleh keluarganya.Ia lelah ,ingin sekali saja menjadi seperti teman-temannya,yang tidak selalu berpura-pura kuat hanya karena ingin bertahan hidup.Ia ingin seperti teman-temannya yang selalu di manja keluarganya dan bersikap layaknya seorang anak gadis bungsu.
Biarkan ia egois sekali saja sebelum esok ia harus kembali berdiri dan menjadi kuat lagi.Dramanya belum selesai,masih ada episode-episode lain di depan sana yang harus ia perankan.Masih ada lawan-lawan antagonis yang menunggu pemeran utamanya hingga kelak bendera kemenangan kah atau bendera kekalahan kah yang akan berkibar di atas panggung sana.
"Boleh,sebentar lagi papa pulang.Nanti langsung makan ya !"
Bukannya senang,bunda malah sedih mendengar ucapan sang anak.Permintaan itu,ialah permintaan pertamanya sang anak.Untuk pertama kalinya sang anak meminta sesuatu kepada dirinya,dan itu ternyata hal yang dulu sulit untuk di kabulkan.Namun sekarang permintaan sang anak bisa ia kabulkan dengan mudah.
Pintu terbuka nampak seorang laki-laki tampan,rambutnya sedikit acak-acakan.Bajunya tak serapi tadi pagi,kedua lengan kemeja nya ia lipat hingga siku.Dasi dan juga jas yang juga entah kemana perginya.Sebelah tangannya nampak menenteng sebuah paperbag berlogo toko sebuah phone store merk terkenal.
Wajahnya terlihat lelah namun senyumnya sama sekali tidak memudar."Wah adek abang kayanya baru selesai mandi nih ". Dirga mencium puncak kepala sang adik setelah sebelumnya mencium tangan sang bunda.
"Baru selesai ganti baju bang,abang dari dari kantor langsung pulang kesini?"
Bunda yakin pasti Dirga akan menolak jika ia menyuruhnya pulang ke rumah.Karena sejak kemarin lusa bunda sudah memintanya untuk istirahat di rumah namun tetap saja menolak dan lebih memilih menunggu cia di rumah sakit.
"Iya,abang gak tenang kalau pulang ke rumah"
"Abang pasti lelah karena setiap malam menjaga Cia.Cia sudah mendingan jadi lebih baik abang pulang dan istirahat di rumah."
Ada rasa tidak enak melihat sang kaka yang harus bolak balik rumah sakit-kantor.Itu pasti melelahkan,belum lagi jika malam Dirga selalu siap siaga jika Cia bangun dan selalu membantu Cia ke kamar mandi ataupun sekedar minum.
"Tidak apa,di rumah pun abang gak akan bisa tidur.Pasti pikirannya kesini "
Dirga duduk di ranjang Cia,ia memeriksa kening sang adik "Masih ada demam bun?"
"Sudah tidak,tapi katanya badannya masih lemas dan pegal-pegal "
"Sudah makan?"
Cia menggeleng lemah membuat Dirga melotot,pantas saja nampan makanan di meja masih utuh.
"Pantas saja badannya lemas,ayo makan dulu terus minum obatnya biar cepat sembuh dek "
Cia menggeleng,ia menatap wajah sang abang yang terlihat dingin walaupun sejak tadi bicaranya lembut tapi tetap saja wajahnya tidak bisa di rubah tetap dingin.
"Kenapa gak mau?Kamu gak mau sembuh ?"
Suara Dirga berubah dingin,ia ingin sang adik cepat sembuh.Ia tidak tega melihat sang adik yang harus terus menerus menerima obat suntikan dari dokter.
"Mau sama papa! "
Cia hanya bisa menunduk,matanya nampak berkaca-kaca.Ia benci dengan dirinya yang menjadi lemah dan manja.Namun entahlah saat ini ia benar-benar ingin bermanja pada keluarganya.
Dirga menghela nafasnya perlahan,ia kira sang adik tidak ingin makan namun ternyata ia sedang ingin bermanja pada sang papa.
"Siapa yang mau sama papa?"
Adrian masuk dan mendengar keinginan anak gadisnya.Badannya terasa lelah namun saat mendengar ucapan Cia seketika lelahnya menghilang.Bunda menyambut Adrian dan mengambil jasnya,Adrian menggulung kedua lengannya kemudian duduk di hadapan sang anak.
"Mau di suapi papa hm ?"
Adrian mencium puncak kepala sang anak dan memeriksa kening dan pipi sang anak "Masih demam gak bun? Terus tadi apa kata dokter ?"
Adrian menerima mangkuk yang di sodorkan sang istri,ia langsung menyendokan buburnya dan siap mengarahkan pada mulut Cia.
"Sudah tidak mas,kata dokter masih butuh istirahat satu atau dua hari lagi "
"Tapi Cia harus segera masuk sekolah bun,Cia sudah terlalu lama absen.Nanti kalau beasiswa Cia di cabut bagaimana"
Dirga di buat terkejut dengan ucapan Cia,sebegitu pentingkah beasiswa itu hingga ia tidak memperdulikan kesehatannya.
Dirga menatap tajam Cia "Sebegitu pentingkah beasiswa itu sampai kamu lebih mementingkan itu daripada kesehatan mu? "
Cia diam tertegun mendengar ucapan Dirga yang terlihat begitu marah,salahkah ucapannya? Bukannya memang betul jika ia terlalu lama tidak masuk sekolah maka sekolah akan mencabut beasiswanya.Terus letak kesalahannya di sebelah mana?
"Bagi Cia beasiswa itu sangat penting bang "
"Tapi kesehatan mu juga lebih penting Cia!"
"Dirga !"
Dirga lepas kontrol,ia membentak Cia di hadapan kedua orangtuanya.Membuat Adrian ikut terkejut dan membentak Dirga balik.Dirga mengusap wajahnya kasar,ia tidak sengaja membentak Cia.Ia hanya marah karena Cia sama sekali tidak memperdulikan kesehatannya.Ia lebih mementingkan beasiswa yang sebenarnya tanpa beasiswa pun Cia masih bisa sekolah di sana.
"Dirga keluar dulu !"
Dirga harus mendinginkan dulu kepalanya,ia tidak ingin mengulang kesalahannya yang bisa membuat Cia malah membencinya.
Cia mulai menangis,ia takut melihat Dirga yang begitu marah padanya.Namun ia bingung kenapa sang kaka harus marah sebegitunya."Pa,abang pasti marah sama Cia "
Andrian memeluk sang anak,ia juga bingung dengan sikap Dirga yang menurutnya terlalu berlebihan apalagi sampai membentak sang adik di depan bundanya sendiri."Abang tidak marah,mungkin abang hanya terbawa emosi saja.Mungkin saja abang sedang ada masalah di kantornya jadi terbawa kesini.Maafkan bang Dirga ya,nanti papa marahi balik abang "
"Gak boleh di marahi pa,kasian abangnya pasti lagi pusing "
Adrian dan bunda tersenyum mendengar ucapan Cia,memang benar hati Cia itu lembut.Dirga sudah membentaknya tapi ia masih membela sang kaka."Papa janji jangan marahi abang,Cia gak apa-apa ko "
Hati Adrian menghangat,kedua anaknya begitu tulus di sayangi.Ia bahagia dengan keluarga barunya.Ia berharap anak-anaknya pun merasakan hal yang sama seperti dirinya.
"Ya sudah Cia jangan nangis lagi,papa cari abang dulu deh takutnya nanti abang kabur keluar negeri lagi, karena ngerasa bersalah sama kamu "
"Papa !"
Adrian gemas,Cia sudah mulai manja dengan dirinya membuat kebahagian Adrian membuncah.Adrian tertawa dan mengacak rambut Cia "Papa becanda,papa cari dulu ya.Bun,mas keluar dulu ya.Sekalian ngeroko dulu bentar "
Bunda tidak melarang,rokok memang salah satu kebiasaan para laki-laki.Almarhum suaminya pun dulu seperti itu,ia tidak mempermasalahkannya selagi masih dalam batas wajar.Adrian pun sama,rokonya bisa di hitung dengan jari dan bahkan tidak setiap hari Adrian merokok.
...🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁...
jangan lama up nya kk /Drool/