Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Kemudian Prapto dengan ekspresi wajah panik, lari menuju pintu utama dan keluar dari bangunan itu.
"Toloooong !!! Toloooooong !!!" Teriak nya dengan gestur tubuh panik.
Mendengar teriakan itu, semua nara pidana yang sedang kerja bakti menghentikan aktivitas nya sejenak dan semua mata mengarah ke sumber suara tersebut, termasuk para sipir penjara yang sedang berjaga.
Terlihat tiga sipir penjara melangkah cepat ke arah Prapto, masing-masing sipir itu membawa senapan serbu Zastava M90 buatan serbia, dan salah satu sipir tersebut memegang senjata dengan posisi siaga tinggi (senapan di angkat ke dada dengan laras menghadap ke atas).
Prapto yang melihat kedatangan mereka, pura-pura panik dan lari tergesa-gesa menghampiri mereka.
"To tolong pak ! "Ucap Parto dengan gestur tubuh panik.
"Stop !!!" Bentak salah satu sipir yang di tengah sambil menjulurkan telapak tangan nya ke depan, sebagai isyarat supaya Prapto menghentikan langkah nya untuk tidak mendekat kepada mereka.
Ia pun spontan berhenti dengan ekspresi wajah panik.
"Ada apa kau teriak teriak?!!" Tanya nya setengah membentak dengan sepasang mata nya menatap bengis.
"Ada sipir yang di gigit ular cobra pak" jawab Prapto dengan wajah tegang.
"Tunjukkan !!" Suruh nya singkat, sambil mata nya melotot ke arah Prapto.
Dia pun bergegas masuk ke dalam ruangan itu di ikuti tiga sipir yang masing-masing memegang senjata serbu.
"i itu pak di sana !" Ujar nya sambil jari telunjuk kanan nya menunjukkan ke arah ujung sisi sebelah kanan ruangan itu, dengan langkah tergesa-gesa.
Tiga sipir itu pun langsung menghampiri teman nya yang sudah terkapar di atas lantai dengan mata melotot. Salah satu dari sipir itu menurun kan badan nya, mengecek kondisi teman nya itu. mata nya mencari-cari bagian tubuh mana yang di gigit ular.
"Di gigit di bagian leher pak" celetuk Prapto yang dari tadi memperhatikan nya, sebelum sipir itu melemparkan pertanyaan kepada nya.
"Agrrr agrrr agrrr agrrrr !!" sipir yang di sangka oleh Prapto sudah meninggal ternyata belum mati
Ia mencoba berbicara kepada teman nya tapi nafas nya sudah tersengal-sengal dan kedua matanya melotot tajam ke arah Prapto, sedangkan tangan kanan nya mencoba di gerakkan untuk menunjuk ke arah Prapto.
Ketiga sipir itu pun memperhatikan dengan serius. Spontan detik itu, dalam diri Prapto panik nya luar biasa
"Baik nya kita segera bawa ke ruang kesehatan untuk pertolongan pertama, mumpung dia masih nafas pak !" Celetuk Prapto di tengah-tengah keseriusan mereka memperhatikan teman nya tersebut yang sedang sakaratul maut.
Dengan sigap, tangan Prapto mengangkat tangan kanan sipir yang sedang sekarat itu, padahal hampir saja tangan kanan nya akan menunjuk ke arah Prapto. Tanpa curiga, sipir yang tadi memeriksa kondisi nya ikut mengangkat tangan kiri nya dan memapah nya keluar dari ruangan tersebut.
Padahal itu hanya akting nya Prapto supaya tidak ketahuan. Ia tahu, hanya butuh mengulur waktu beberapa detik saja untuk memastikan dia mati.
Dan benar saja, baru sampai di pintu utama ruangan itu, sipir tersebut sudah benar-benar mati. Saat itu pula dalam dirinya Prapto sudah bisa bernafas dengan lega, karena hampir saja aksinya ketahuan.
"Sepertinya sudah tak bernyawa pak, nadinya berhenti" ucap Prapto yang dari tadi tangan kanan nya memegang erat urat nadi tangan kanan sipir sekarat itu, sambil pura-pura menatap sedih sipir yang ikut memapah nya.