Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
033 - Hadiah Untuk Jelita
"Hei! Kalau nyebrang, lihat-lihat! Memangnya kau kucing?!"
Milan berseru ke arah penyeberang jalan yang langsung menyeberang begitu saja tanpa peduli dengan keadaan sekitar.
Sungguh orang tersebut telah menguji kesabaran Milan yang setipis tisu dibagi dua.
"Pak Saka, Nyonya, maaf karena berhenti mendadak, ada penyeberang jalan yang menyeberang sembarangan.”
Milan menoleh ke kursi belakang, dua penumpang di kursi belakang itu tiba-tiba saling diam, terlebih Saka yang terlihat salah tingkah dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.
"Pak Saka, Anda baik-baik saja? Kenapa wajah Anda memerah seperti itu? Anda demam?" tanya Milan.
"Ehem, Milan, cepat jalan!" perintah Saka.
"Baik, Pak," sahut Milan.
Mengapa bibirnya terasa tidak asing? Saka membatin gusar sambil melihat pantulan bayangan Jelita dari jendela kaca mobilnya.
...***...
"Hei! Jelek!"
Langkah Jelita menuju ke ruangan pribadinya tertahan saat Saka memanggil.
"Aku harus menegaskan padamu bahwa yang kita alami di mobil tadi bukanlah sebuah ciuman. Bibir kita hanya bertabrakan secara tidak sengaja. Jadi, tolong jangan salah mengartikan hal itu," kata Saka.
Jelita masih memasang ekspresi datar.
"Aku bahkan tidak memikirkan hal itu," sahut Jelita.
"Oh, ah, ya, memang harusnya seperti itu!" tandas Saka.
Entah mengapa Saka merasa salah tingkah dan kesal karena hanya ia yang jadi berpikiran berlebihan sendiri.
"Oh ya, satu hal lagi," kata Saka kembali menahan Jelita.
Apa lagi? batin Jelita kesal.
"Karena kau sudah melakukan tugasmu dengan baik maka aku akan memberimu hadiah," kata Saka.
Jelita masih memasang ekspresi skeptis.
"Aku memberimu hadiah tempat tidur yang nyaman dan juga pendingin udara yang sejuk, agar kau bisa tidur dengan nyaman," kata Saka.
"Oh, benarkah?" Jelita terkejut.
"Tentu saja! Aku adalah pria yang pantang menarik kata-kataku," sahut Saka dengan nada bangga.
Jelita merasa senang dengan hadiah itu karena ia kesal hanya tidur beralaskan selimut yang membuat badannya jadi sakit semua. Belum lagi tidak ada pendingin udara yang membuat Jelita merasakan pengap dan gerah.
"Jadi, kapan aku bisa mendapatkan hadiahku?" tanya Jelita.
"Sekarang juga bisa," sahut Saka.
"Benarkah?"
Lagi-lagi Jelita terkejut senang.
Saka menunjuk ke arah tempat tidurnya.
"Aku mengizinkanmu untuk tidur di tempat tidurku.”
Jelita langsung merengut begitu tahu bahwa hadiah yang diberikan Saka tidak sesuai dengan ekspektasinya.
"Hei, bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau tidak nyaman tidur di lemari pakaianku? Jadi kuizinkan kau berada di kamarku ini."
"Lagipula bukankah akan lebih mudah bagiku saat menyuruhmu? Daripada aku harus berteriak-teriak seperti orang gila hanya untuk memanggilmu."
Lagi-lagi Saka berbicara dengan nada sangat bangga seakan ia sedang melakukan pidato kemenangan saat menerima penghargaan bergengsi.
Ekspresi Jelita benar-benar terlihat makin masam dan itu membuat Saka bisa langsung menebak apa yang sedang dipikirkan wanita itu.
"Aku tidak akan menarik perkataanku, sehingga kau tidak punya hak untuk menolak hadiah yang sudah kuberikan padamu," kata Saka.
Dasar pria ini! batin Jelita.
Ingin rasanya Jelita menjambak-jambak rambut pria itu hingga botak.
"Kalau begitu, aku mau mandi dulu," kata Saka sambil tersenyum penuh kemenangan.
Jelita dengan segera membantu membuka pakaian pria itu. Jelita tentu saja melakukannya dari belakang sesuai perintah Saka.
Hal tersebut dikarenakan Saka tak mau melihat penampilan Jelita di depan matanya yang menurutnya membuatnya depresi.
Jelita cepat-cepat menepis hasrat yang tiba-tiba menyusup masuk dalam dirinya setiap kali melihat punggung Saka yang terbuka. Terlebih jika mengingat malam-malam panas yang pernah mereka habiskan bersama ketika Jelita berperan sebagai Pretty.
Jelita sungguh tidak menyangka bahwa ia memiliki sisi yang begitu liar lantaran ia belum pernah bereksplorasi dan mengeksploitasi sisi itu sebelumnya.
Yah, wajar saja, pria mana yang bisa menyentuhnya karena ia tak pernah membiarkan pria lain menyentuhnya.
"Ehem, Saka, kapan kedua tanganmu ini benar-benar pulih?" tanya Jelita.
"Untuk apa kau bertanya?" Saka balik bertanya.
"Tentu saja agar aku tidak perlu lagi menjadi tanganmu," jawab Jelita.
Saka memutar tubuhnya, di hadapan Jelita kini dada bidang dengan otot-otot perut yang terbentuk itu langsung terpampang jelas.
Seketika Jelita menunduk agar tidak melihat tubuh Saka karena ia takut tak bisa mengendalikan hasrat Pretty pada pria itu.
"Apa kau lupa bahwa tanganku sampai cedera begini karena ulahmu?"
"I-iya," jawab Jelita.
"Apa sudah jelas?" tanya Saka.
"I-iya," jawab Jelita tergugup.
...***...
"Hei! Jelek! Jelita Si Jelek Tiada Tara!"
Jelita merasa luar biasa kesal karena ia baru saja membersihkan semua riasan di wajahnya, namun Saka justru memanggil.
Biasanya jam segini Saka sudah tidur lebih dulu, dan di saat itulah Jelita membersihkan riasan wajahnya.
Namun sungguh mengesalkan sekali karena pria itu justru memanggilnya.
"Hei! Apa kau tidak mendengarku?!" teriak Saka.
"Sebentar!" sahut Jelita.
Jelita mengambil jaket bertudung dan mengikat tali tudung dengan kuat. Ia juga memakai masker wajah bertipe clay mask berwarna hitam untuk menutupi wajah tanpa riasannya.
"Ada apa?"
Jelita menghampiri Saka yang sudah berbaring di tempat tidur.
Saka menepuk-nepuk sisi tempat tidurnya yang kosong.
"Kemari dan tidurlah di sini," kata Saka.
Lagi-lagi pria itu memberinya perintah tak terbantahkan.
"Sebentar, aku masih harus melakukan perawatan wajah," Jelita beralasan.
"Hei, apa kau sungguh berpikir wajahmu akan berubah dengan memakai kotoran seperti itu?" tanya Saka dengan nada mengejek.
Jelita hanya diam saja.
"Bersihkan wajahmu segera! Aku tidak mau kotoran yang kau pakai itu menempel di tempat tidurku!" perintah Saka.
"Kalau begitu lebih baik aku tidur di lemari saja," kata Jelita.
"Apa kau tidak mendengar kata-kataku?" tanya Saka mengintimidasi.
Jelita hanya menunduk diam.
"Dan satu hal lagi, aku tidak suka kau naik dan turun dari tempat tidur di saat aku hendak tidur! Jadi, pastikan kau sudah naik ke tempat tidur sebelum aku tidur!"
Jelita ingin mendelik gusar, namun ia tahu, Saka akan sangat marah jika ia mendelik di depan pria itu.
Saka segera berbaring di atas tumpukan bantalnya sementara Jelita harus membersihkan wajah.
Jelita berpikir keras, apa yang harus dilakukannya untuk menutupi wajahnya?
Sungguh tidak lucu jika Saka sampai mengetahui wajah aslinya sebelum rencana yang disusun Jelita berhasil terlaksana semua.
Jelita mengambil jaket lain dari dalam kopernya, menggunting tudung jaket membentuk pola lubang mata, hidung, dan mulut.
Kemudian ia memakai jaket tersebut sebagai lapisan kedua. Dengan begitu Jelita bisa membuat topeng dari jaketnya.
Saat Jelita keluar dari ruangannya, Saka terkejut melihat penampilan Jelita.
"Apa-apaan kau?! Kenapa kau terlihat seperti maling ayam begitu?!" komentar Saka.
"Aku hanya tidak mau sampai mengotori tempat tidurmu dengan air liurku," sahut Jelita.
Jelita segera naik ke tempat tidur Saka, Saka masih melemparkan tatapan skeptis ke arah Jelita.
"Ehem, ingat ya, ini adalah batas zona wilayahmu, jangan sampai kau melanggar batas zona ini! Apa kau mengerti?"
Saka menepuk-nepuk sisi tempat tidur yang menjadi batas antara mereka berdua.
"Lalu, jangan pernah berpikir untuk menyentuhku saat aku sedang tidur! Aku tidak suka tidurku diganggu!" tandas Saka.
Jelita hanya diam namun hatinya tertawa terbahak-bahak, menertawakan Saka yang berlagak sok suci.
Kau bahkan tidak bersedia tidur saat bersama Pretty!
Jelita meletakkan kepalanya di atas bantal, dan tubuhnya terasa sangat nyaman karena tempat tidur Saka benar-benar sangat nyaman hingga dalam sekejap menutup matanya, Jelita sudah terbawa ke alam mimpi.
Sementara itu, Saka berusaha membuka gawai cerdasnya, memeriksa apakah ada pesan terbaru dari Pretty.
Saka sungguh bertanya-tanya, mengapa wanita itu hanya muncul di saat ia membutuhkan Saka saja?
Saka merasa dirinya sudah seperti pria panggilan. Hanya saja tidak masalah baginya karena ia memang tergila-gila pada Pretty.
Namun yang menjadi pertanyaan Saka, apakah Pretty juga merasakan hal yang sama?
Saka mengetik pesan dengan cepat dan mengirimkannya pada Pretty.
Pretty..
Aku sudah merasa sangat pulih.
Aku sangat merindukanmu.
Besok mari kita bertemu.
Saka mengulas senyumnya, membiarkan bayangan Pretty menari-nari dalam benaknya, menemani khayalannya sebelum ia tertidur.
Pria itu sungguh tidak tahu bahwa Pretty sejatinya sudah terlelap di dalam satu selimut dengannya dan berada tepat di sampingnya.
...----------------...