Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fiko vs Eva
Setelah melakukan penyelidikan Polisi menemukan dokumen palsu yang digunakan Joni dan Eva untuk mengambil alih kebunnya. Polisi terus mencari tahu keberadaan Eva.
Sedangkan Fiko mulai terbebani oleh Eva. Selain suka berbelanja barang-barang mahal, Eva juga banyak mengeluarkan uang untuk membayar para anak buahnya membunuh Hasan.
“Kita tidak bisa begini terus Eva... Aku sudah banyak kehilangan uang karena membantumu. Harusnya kau bisa berhemat. Biar tidak banyak pengeluaraan. Kamu kan gampang, kamu tinggal minta. Sedangkan aku harus berkerja keras mencari uang.” jelas fiko.
Eva mengeryitkan keningnya.
“Kok kamu hitung-hitungan sekarang sih? Kan aku sudah menuruti semua keinginanmu. Sebagai imbalannya, kau turuti juga keinginanku."
“Pengeluaraan uangku sudah lewat batas... kita putus saja. Aku tidak mau berhubungan dengan buronan sepertimu. Keluar dari rumahku!” Ujar Fiko mengusir Eva dari rumahnya.
Eva nampak kesal, dia terkejut Fiko tega mengusirnya. “Apa kamu bercanda? Kita kan saling cinta. Masa kamu mau mengusirku. Jadi aku mau tinggal dimana lagi. Aku rela meninggalkan suamiku demi bersamamu. Tapi ini balasanmu kepadaku, kau kejam Fik.” Ujar Eva menangis.
Fiko tersenyum dingin. “Saling cinta?” tanya Fiko memastikan kata-kata yang dia dengar itu tidak salah.
“Aku tahu, kau hanya memanfaatkanku demi uang. Kau tidak cinta padaku. Bukankah sudah dari awal, kau tahu hubungan ini tanpa didasari oleh cinta. Hubungan ini berjalan hanya karena hasrat, bukan cinta... Jadi jelas, saat aku bosan padamu, kau harus bersedia pergi...” jelas Fiko dingin. Lalu mendorong Eva keluar dari dalam rumah.
Eva nampak marah,“Kau pasti menyesal telah melakukan ini padaku.”Dia melangkah meninggalkan rumah Fiko.
Saat Eva pergi, Riko duduk dikursinya dan meneguk tuak kesukaannya.
Sementara disisi lain, Eva melangkah dengan amarah dan dendam. Dia mengeluarkan ponselnya. Dia menelpon anak buahnya.
“Aku butuh kamu sekarang, Kita bertemu sekarang.” Ujarnya. Eva dan anak buahnya bertemu disuatu tempat.
“Aku tahu kau sudah tidak bersama pacarmu lagi dan otomatis dia tidak memberimu uang dan sudah dipastikan kau tidak memiliki uang kan.” sang anak buah membuka percakapan.
“Baiklah, aku tidak butuh uang, Tapi, kau harus bersedia aku pake saat aku menginginkanmu.” Jelasnya. Eva nampak terkejut.
“Jangan kurang ajar ya. Aku itu masih bosmu.” bentak Eva. Lelaki itu tersenyum sinis.
“Jadi bos jika kau bisa mengajiku. Jika tidak bisa, kau bukan lagi bosku. Bagaimana, apa kau tidak mau menyetujui permintaanku?” tanya lelaki itu, Eva nampak berpikir.
Jika dia menolak, tidak akan ada yang membantunya lagi. Akhirnya Eva menganguk menyetujui permintaan lelaki itu.
“Baiklah, karena kita sudah sepakat. Apa rencanamu bos?” tanya tersenyum.
“Aku mau kau bunuh Fiko...” ujarnya dengan tegas.
“Baiklah. Tapi dengan syarat, malam ini kau harus menemani aku... paginya akan aku lakukan rencananya.” Eva hanya menganguk perlahan.
“Tapi aku nggak punya tempat tinggal.” ujarnya perlahan. Lelaki itu tersenyum.
“Kau bisa tinggal bersamaku dan kita percepat waktu untuk kita tidur besama.” bisik lelaki itu. Sedangkan dirumah Fiko, Fiko mendapat sms dari orang yang tidak dikenal. Dia tertekun saat membaca sms itu.
“Kau pikir kau bisa tenang setelah mengusir Eva... Kau salah! Kau akan mendapatkan balasan setimpal karena telah menyakitinya.” tulis sms itu.
Fiko nampak kesal. Dia segera melapor polisi dengan bukti sms ancaman itu. Polisi segera memproses dan mencari tahu tentang Eva yang dicurigai yang mengirim sms itu.
“Sebenarnya saya tidak tahu siapa yang mengirimnya. Tapi yang saya curigai adalah, mantan pacar saya. Kami baru saja tadi putus pak.” jelas Fiko.
Nampak di wajahnya seperti orang ketakutan dengan ancaman itu.
“Baik, kami akan segera menyelidiki kasus ini. Bisa kamu ceritakan kenapa kalian berpisah dan menjadi alasan mantanmu itu mengancammu?”
Fiko nampak ragu-ragu menceritakannya. Dia menarik napas dalam-dalam.
“Saya tidak menyangka dia melakuka itu pada saya setelah kami putus.” Fiko menghela napas panjang.
“Kami baru saja pacara. Tapi aku melihatnya dia selingku, Jadi saya memutuskan untuk berpisah dengannya, dan uang belanja yang biasa saya berikan semasa pacaran saya stop. Semenjak itu sms ancaman itu selalu datang kepadaku.” jelasnya dengan nada sedih.
Polisi menatap Fiko diam. “Kami akan segera menemui Eva. Sms itu bisa jadi bukti bahwa dia mungkin saja terlibat dalam masalah ini.” jelas sang polisi. Fiko mengangguk dan menyerahkan bukti sms itu.
Setelah mencari tahu keberadaan Eva selama beberapa hari. Sang polisi segera mendatangi rumah Eva. Sang polisi mengetuk pintu rumah Eva.
“Kami pelu bicara.” jelas sang polisi saat pintunya sudah dibuka. Eva nampak gugup melihat ada tiga polisi didepannya. Namun dia berusaha normal untuk tidak terlihat mencurigakan.
“Ada apa ya pak?” tanya Eva berusaha tenang. Lelaki yang bersama Eva sedang menjalankan rencananya untuk membunuh Fiko.
“Kami menerima pengaduan dari saudara Fiko, bahwa kamu dicurigai mengirim sms ancaman padanya, Apakah itu benar?” tanya sang polisi.
Eva nampak geram. Fiko selangkah lebih maju dari dirinya. Dia menghela napas pelan.
“Saya tidak tahu apa yang bapak bicarakan. Sms ancaman? Saya tidak pernah mengirimnya.” jawab Eva gugup.
Dia takut polisi ini tahu kasusnya didesa Pasir. Itu akan membuatnya akan tersudutkan dan kasus dia lari dari penjara.
“Pesan ini dari ponsel anda.” Eva mengelengkan kepalanya pelan.
“Itu bukan nomorku. Dia memfitnahku... Percayalah pak, saya di fitnah.” jelas Eva pelan.
Polisi itu terus mengintrogasinya. Eva akhirnya dibawa kekantor polisi untuk di introgasi lebih lanjut. Eva tidak bisa menolak. Jika dia menolak. Dia takut sang polisi akan mencurigainya.
Dia harus tenang dan memikirkan bagaimana dia akan keluar dari masalah itu, namun saat berusaha berpikir keras, seorang pria mendatangi mereka. Pria itu menyerahkan kartu namanya pada sang polisi. Dia adalah seorang pengacara.
“Eva tidak bersalah. Dia hanya di fitnah.” jelasnya dengan tegas.
“Tapi kami memiliki bukti sms ancaman itu. Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa ibu Eva difitnah?” tanya polisi dengan dingin.
Fiki hanya tersenyum.“Bukti itu bisa saja dipalsukan."
Eva menghela napas lega ada yang membantunya. “Aku tidak tahu dengan masalah ini pak. Aku hanya difitnah.” ujarnya dengan nada sedih.
Polisi memutuskan untuk membiarkan Eva pulang. Eva pulang bersama Fiki. Saat dijalan. Fiki menghentikan motornya.
“Aku tahu kau tidak bisa membayarkanku dengan uang. Jadi aku mau kau bayar dengan tubuhmu.” ujarnya tiba-tiba membuat Eva terkejut.
“Sial... Ternyata laki-laki yang baru saja menolongnya sama saja, dia hanya peduli dengan selangkangan.” gumam Eva dihatinya.
Namun dia tidak memiliki pilihan selain menurut apa yang diinginkan Fiki. Keduanya pergi kerumah Fiki dan disana melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh manusia yang punya akal dan rasa malu.
Fiko yang menguntit polisi yang membawa Eva dikantor polisi, merekam pembicaran keduanya. Dia juga mengikuti kemana keduanya pergi. Fiko senang dapat bukti untuk membalas Eva.
Saat sudah melakukan hal yang tabu. Eva segera kekamar mandi dan membersihkan diri.
“Aku mau kau bantu aku untuk keluar dari kota ini. Aku takut polisi itu dan polisi lainnya menemukanku..." ujar Eva.
“Oke. Sangat mudah untuk dilakukan. Tapi syaratnya, sekali melakukan pekerjaan, sekali juga kau serahkan tubuhmu itu...” ucapnya smirk. Eva hanya mengangguk.
Sebelum Eva pergi, keduanya terlebih dahulu makan disebuah rumah makan. Fiko yang mengawasi keduanya, pun menguntit Eva dan Fiki ke rumah makan. Dia menguntit dengan menyamar sebagai pelayan terkejut mendengar rencana keduanya hendak membawa pergi Eva keluar dari Bagan dan rencana-rencana lain untuk membunuhnya.
Fiko tidak lupa merekam percakapan mereka. Setelah mendapatkan informasi dengan cukup. Fiko berencana menelpon sang polisi. Namun dia ketahuan oleh Fiki yang mencurigai gerak-geriknya.
“Eva, dia adalah mata-mata.” Ujar Fiki nampak marah.
Eva terkejut melihat Fiko setelah membuka penyamarannya.
“Fiko, apa yang kau lakukan disini?” ujar Eva nampak kesal dan menampar wajah Fiko.
“Dasar iblis. Kau telah memfitnahku, dasar pria tidak berguna...” ujarnya menendang Fiko.