Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.
"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.
Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.
"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.
*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.
Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.
Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.
"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"
"Aaggh!"
"Adios!"
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Because
Kala Ryu tengah bertarung dengan dua orang pria. Dan Gledo hanya tertegun menatapnya.
Maka kala itu tidak ada yang menyadari apa yang dilakukan oleh Eric.
Memanjangkan tongkat kejut listriknya. Menyeret ujungnya bagaikan ini sebuah katana.
Kala itu lima orang maju sekaligus hendak menyerangnya.
Srak!
Satu serangan kala tongkatnya terayun. Mengenai bagian punggung salah satu orang yang menyerangnya. Bukan katana, hanya alat kejut listrik. Jika katana, luka seperti apa yang tercipta.
Sedikit sinar aliran listrik terlihat. Bergerak begitu cepat, menebas bagaikan ini adalah katana. Tidak mempedulikan mengenai area leher atau bagian tubuh manapun.
Srak!
Dor!
Salah satu dari mereka menggunakan senjata api dengan alat peredam suara.
"Paman mau berpura-pura menjadi coboy?" Tanya Eric tersenyum, peluru yang tidak tepat sasaran. Akibat menembak sasaran bergerak.
Namun, ini cukup untuk memancing insting membunuhnya. Mengambil pisau lepar miliknya. Bersamaan dengan ditembakkan peluru berikutnya Eric menghindar, bukan karena kecepatan. Tapi lebih karena, insting mengetahui kemana peluru akan tertuju.
Sedangkan pisau milik Eric kini menancap di pergelangan tangan sang pria. Membuatnya menjatuhkan senjata api.
Kala hendak meraihnya, Eric menginjak pergelangan tangan sang pria yang tengah berlumuran darah.
"Agghh!" Teriaknya, tapi dengan cepat Eric menyumpal mulutnya dengan kain."Paman jangan berisik. Keponakanku tersayang sedang belajar..." bisiknya.
Mata pria yang tangannya telah diinjak Eric itu menelisik. Perkelahian masih terjadi antara Ryu Dean dengan dua orang rekannya.
Sedangkan empat orang lainnya yang menyerang Eric telah lumpuh terkena alat kejut listrik."Astaga paman...mari kita bermain dokter-dokteran." Ucapnya menancapkan pisau ke kaki pria itu.
Jeritan yang tertahan, orang ini sudah gila. Bahkan tersenyum kala cipratan darah mengenai pipinya.
Begitulah, mereka semua diikat, mulutnya di lakban. Kakinya diciderai agar tidak kabur. Bagi yang tiba-tiba sadar, diberikan suntikan obat bius.
Menyenangkan bermain dengan paman-paman ini. Mungkin itulah yang ada dalam benak Eric. Kala menyeret tubuh mereka, untuk diletakkan di semak belukar.
Sedangkan Gledo yang hanya melihat adegan Eric menyeret mereka satu persatu dalam keadaan terikat dan kaki terluka hanya dapat menghela napasnya. Benar-benar anak T-rex sejati.
Kala Eric melangkah kembali, dengan cepat menghapus darah yang terciprat ke wajahnya menggunakan tissue basah. Kemudian tersenyum ke arah Gledo.
"Setan itu menatap ke arahku!" Batinnya ingin menangis rasanya.
Namun, hanya sejenak. Segalanya berubah kala Eric mendekat."Kamu tidak apa-apa." Tanya khawatir, hendak membantu Gledo bangkit.
Tapi dengan cepat Gledo merangkak menghindar."Jangan sentuh aku!" Teriaknya ketakutan.
Bersamaan dengan itu Ryu Dean yang telah bertarung mati-matian berhasil membuat dua orang pria itu terkapar. Pemuda yang melangkah mendekat."Paman, apa ini teman paman yang mengalami pembullyan oleh Alex."
"Iya...dia sepertinya mengalami trauma." Ucap Eric iba.
"Jangan mendekat!" Teriak Gledo kembali. Sama sekali tidak berani menatap ke arah sosok Eric. Pria yang terlihat ramah bak malaikat, ternyata lebih mengeringkan daripada Alex.
"Gledo, aku ingin bertanya padamu kita teman atau musuh?" Tanya Eric pelan.
Gledo menelan ludahnya. Tidak mungkin dirinya bermusuhan dengan hewan buas ini. Orang ini... seperti jelmaan T-rex. Apa siluman t-rex berwujud pria rupawan?
"Kita teman..." Ucapnya menyerah. Memangnya siapa yang ingin bermusuhan dengan T-rex.
"Bagus!" Eric memeluknya."Jangan takut..." ucapnya.
Namun tubuh Gledo semakin gemetar. Ingin menangis rasanya."Selama kita menjadi teman bermain. Gledo tidak akan terluka." Bisik Eric, ancaman pembunuhan yang nyata.
Sedangkan Ryu Dean hanya dapat menghela napasnya. Bagaimana bisa ada orang sebaik pamannya. Begitu lugu, begitu baik, begitu menyayangi sahabat-sahabatnya.
Seorang keponakan yang tidak menyadari ada tumpukan lima orang yang terikat di semak-semak. Dengan mulut di lakban. Pamannya memang benar-benar orang baik bukan?
*
Eric mengobati luka Ryu, sedangkan Luna yang datang khusus mengobati luka Gledo.
"Terimakasih cantik, aku akan menyelamatkanmu dari cengkraman iblis (Eric) itu, kemudian kita akan melarikan diri bersama-sama." Ucap Gledo yang memang play boy pada Luna.
"Iblis apa? Dia guardian Angel-ku (malaikat pelindung). Dasar cumi-cumi!" Komat-kamit mulut Luna mengomel, dengan sengaja menekan luka Gledo hingga pria itu menjerit.
"Aggh!" teriaknya.
Luna bangkit tidak peduli, mendekat ke arah Eric."Tuan sayang tidak terluka?" Tanyanya menelisik.
"Tidak, yang terluka Ryu. Kamu obati dia, kemudian jadilah kekasihnya. Itu akan sangat membantu hidupku." Eric tersenyum pada Luna.
"Dia? Phitecanthropus Erectus (manusia purba) ini!?" Hina Luna menatap ke arah Ryu.
"Kalau aku manusia purba, maka kamu kuntilanak!" Bentak Ryu Dean.
"Apa itu kuntilanak?" Tanya Luna.
Ryu sedikit berfikir, menipiskan bibir menahan tawanya."Kuntilanak itu, pemenang kontes ratu kecantikan di negara kami. Semacam gelar." Dustanya.
"Aku memang cocok menjadi kuntilanak." Gumam Luna mengambil handphone mencari tahu di google informasi tentang kuntilanak.
Tapi, foto dan video horor terlihat. Membuat dirinya memukuli Ryu Dean."Dasar mammoth (Gajah purba)!"
Sedangkan Ryu hanya tertawa. Hal yang tidak mereka sadari, dua orang yang tidak mengetahui. Eric melangkah pergi di tengah perdebatan mereka.
Pemuda yang menutup pintu kamar, tempat Luna mengobati Gledo.
Kala itulah Gledo yang tengah berbaring menoleh. Menelan ludahnya gugup. Apa maunya orang gila ini? Sudah pasti sesuatu yang tidak logis seperti Gledo.
Eric melangkah mendekat tanpa ekspresi. Membawa sebuah koper, entah apa isinya.
Sedangkan Gledo beringsut mundur di atas tempat tidur. Apa isi koper? Dapat dibayangkan olehnya, mungkin pisau bedah? Gergaji listrik? Tidak bukan! Apa palu?
Namun, Eric duduk di tepi tempat tidur menunjukkan senyuman tidak bersalah."Aku kemari sebagai bos mu. Karena kamu berkata bersedia menjadi temanku."
"Bos?" Gledo menelan ludah.
"Benar kamu menjadi karyawanku! Sudah aku katakan sebelumnya, aku tertarik untuk membuat perusahaan yang mengembangkan produk Frozen food. Semua ide mu, membuat diriku benar-benar tertarik." Ucap Eric antusias.
"Hah?" Gledo mengernyitkan keningnya. Dirinya mendapatkan misi untuk menghancurkan restauran orang ini. Tapi kenapa malah direkrut menjadi karyawan.
"Benar! Pengembangan bisnis di bidang kuliner cukup menjanjikan. Berikan ide lebih banyak tentang restauran. Ini kontrak kerja mu." Kembali hanya keramahan bagaikan seorang pria polos terlihat.
Dirinya terdiam sejenak, melirik ke arah Eric."Kenapa tidak membuka Kasino atau bisnis ilegal saja. Itu mendatangkan keuntungan dengan waktu singkat."
"Istriku mati bunuh diri, mungkin karena aku menumpahkan semua makanan buatannya. Karena itu, aku ingin lebih menghargai makanan kali ini." Sebuah jawaban dari pemuda yang masih tersenyum, membuat Gledo tertegun.
"Hanya karena itu?" Tanya Gledo.
Hanya anggukan dari pemuda yang sudah merasakan bagaimana heningnya kesendirian. Bagaimana dirinya membuat ribuan kesalahan pada kakak dan istrinya.
Dua orang yang tenggelam dalam kematian karena dirinya.
*
Sementara itu di negara lain_
Wanita cantik yang kini memiliki profesi sampingan sebagai sales parfum menunjukkan senyuman kariernya. Menatap seorang remaja SMU yang menelan ludah.
"Kak, boleh minta diskon. Ini titipan temanku." Pinta sang remaja SMU.
"Tidak, bayar sesuai harga yang tertera ya?" Pinta Foline.
"Kakak benar-benar pelit." Gerutu remaja yang mungkin hanya memiliki selisih usia dua tahun darinya, membayar menggunakan uang pas."Aku sumpahi, kamu menikah dengan Psikopat!"
Foline yang menerima uang membulatkan matanya."Dasar bocah kematian! Aku sumpahi kamu masuk ke dalam keluarga psikopat!"
Fiona (orang yang membantu Eric merencanakan pembunuhan Ryu Dean sebelum waktu terulang) menjulurkan lidahnya. Remaja SMU yang melangkah keluar dari toko parfum.
"Dasar anak-anak jaman sekarang." Gerutu Foline.