NovelToon NovelToon
Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Istri ideal
Popularitas:7.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Mentari merupakan seorang perempuan yang baik hati, lembut, dan penuh perhatian. Ia juga begitu mencintai sang suami yang telah mendampinginya selama 5 tahun ini. Biarpun kerap mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari mertua maupun iparnya , Mentari tetap bersikap baik dan tak pernah membalas setiap perlakuan buruk mereka.

Mertuanya juga menganggap dirinya tak lebih dari benalu yang hanya bisa menempel dan mengambil keuntungan dari anak lelakinya. Tapi Mentari tetap bersabar. Berharap kesabarannya berbuah manis dan keluarga sang suami perlahan menerimanya dengan tangan terbuka.

Hingga satu kejadian membuka matanya bahwa baik suami maupun mertuanya dan iparnya sama saja. Sang suami kedapatan selingkuh di belakangnya. Hanya karena pendidikannya tak tinggi dan belum juga dikaruniai seorang anak, mereka pun menusuknya dari belakang.

Tak terima perlakuan mereka, Mentari pun bertindak. Ia pun membungkam mulut mereka semua dan menunjukkan siapakah benalu sebenarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH LIMA

"Sayang," panggil Shandi pada sang istri yang sejak tadi sibuk bermain dengan ponselnya saja. Shandi sudah mencoba memanggil Erna berkali-kali, tapi Erna tak menggubrisnya sama sekali. Erna justru sibuk bermain ponsel dan berbalas pesan entah dengan siapa sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Erna, kamu itu dengerin mas atau tidak sih? Kamu sebenarnya chat-chattan sama siapa sih? Atau ... kamu selingkuh?" tuding Shandi langsung karena kesal Erna seperti sengaja tak mempedulikan dirinya sama sekali.

"Mas kenapa sih? Gangguin orang aja. Jangan bilang kamu mau pinjam uang buat bayar tagihan cicilan rumah mama ya! Aku nggak ada," putus Erna. Sebenarnya ia sudah bisa menebak apa yang ingin dibicarakan suaminya itu, tapi ia enggan meresponnya sama sekali.

"Kamu kok gitu sih, sayang? Bagaimana pun mama itu mertuamu lho! Kalau mas ada uangnya, mas nggak akan pinjam sama kamu, jadi tolong ya sayang! Tolong pinjamkan mas uang untuk bayar cicilan rumah mama! Nanti kalau mas udah ada uangnya, pasti mas ganti kok!" melas Shandi. Ia memegang lengan Erna dengan tatapan mengiba.

Bukannya tersentuh, Erna justru mengibaskan tangan Shandi sehingga terlepas.

"Nggak, nggak ada. Enak aja, aku udah capek-capek kerja eh malah dipakai buat memenuhi kebutuhan kalian. Kamu itu mas ya, bukannya memenuhi kebutuhan aku, malah sibuk mikirin keluarga kamu aja. Lagian kemarin kan aku udah kasih kalian uang, 9 juta lho, masa' sekarang mau minta lagi. Emangnya aku ini mesin pencetak uang apa!" sergah Erna dengan wajah bersungut-sungut. Selama menikah saja, Shandi baru memberikannya uang 2 kali dengan total 2 juta, tapi sekarang justru mereka mau meminta dengan jumlah yang lebih besar lagi.

"Erna, mas mohon, tolong ... "

"Stop!" sergah Erna sambil berkacak pinggang. "Aku mau tidur, capek. Jangan ganggu aku!" cetus Erna yang sudah berdiri dan menjauhi Shandi yang tampak begitu frustasi. Ia mengacak rambutnya kesal campur bingung, bagaimana mendapatkan uang untuk membayar cicilan rumah mamanya. Selain itu, ia juga bingung, bagaimana cara membayar cicilan untuk ke depannya sebab tempo pembayaran cicilan rumah itu masih harus berlangsung selama 6 tahun lagi.

"Aku bisa gila bila terus-terusan begini!" gumam Shandi frustasi. "Kenapa nasibku gini amat sih setelah menceraikan Tari? Kenapa kehidupanku dan keluarga ku jadi makin sulit? Padahal selama ini Tari terlihat santai-santai aja dengan segala beban keuangan keluarga kami, tapi kenapa baru 2 bulan dia pergi, semuanya jadi sangat kacau? Sebenarnya bagaimana cara Tari mengatur keuangan? Dari mana dia uang sebanyak itu untuk menutupi segala kebutuhan dan berbagai tagihan yang nominalnya sungguh tak terduga seperti ini? Aaargh ... Semua ini gara-gara Tari, coba dia mau menerima pernikahanku, pasti semua akan baik-baik saja. Belagu amat jadi perempuan, sok nggak mau dimadu. Padahal apa susahnya menerima toh dengan begitu dia jadi bisa ikutan merasakan punya anak," geram Shandi yang justru menyalahkan Mentari atas segala kesulitan yang terjadi dalam keluarganya.

...***...

"Mama mau minum?" tanya Septi yang duduk di kursi sebelah brankar Rohani.

Rohani menggeleng, "gimana? Apa kakakmu mau ngasi uang untuk bayar tagihan cicilan rumah kita?" tanya Rohani.

Septi menghela nafas, "nggak ma, Kak Shandi nggak punya uang segitu katanya. Mau pinjam ke mbak Erna katanya juga nggak ada," ucap Septi sambil tertunduk lesu.

Rohani menghembuskan nafas lelah, "jadi kita harus bagaimana, Sep?"

"Mama tunggu di sini sebentar. Septi mau hubungi temen Septi dulu. Mau coba pinjam, kalo aja dia bisa bantu," tukas Septi sambil menekan salah satu kontak yang ia simpan di ponselnya.

10 menit kemudian, Septi telah masuk kembali ke ruangan Rohani.

"Bagaimana? Temen kamu mau bantu?"

"Iya, ma. Dia bersedia kasih pinjaman sekaligus kerjaan juga. Tapi ... "

"Tapi apa?" tanya Rohani bingung.

"Kemungkinan Septi bakal jarang pulang karena kerjaannya itu sering di luar kota. Tapi gajinya sih gede, ma. Emmm ... gimana ma, boleh kan Septi kerja?" tanya Septi hati-hati.

"Kalau gajinya gede kenapa nggak Sep? Biar kita bisa bungkam si mandul sialan itu. Gara-gara dia hidup kita jadi susah kayak gini. Dasar perempuan sialan. Sudah pergi saja masih saja menyusahkan," desisnya dengan api kebencian yang membara di matanya.

Lagi, lagi, dan lagi, Rohani menyalahkan Mentari atas apa yang menimpanya. Bukannya menyadari kesalahan mereka, mereka justru mengkambinghitamkan segala kesulitan yang mereka terima pada Mentari.

"Iya, ma. Pasti dia sengaja mempersulit kita. Kita akan buktikan sama dia kalau kita bisa hidup baik-baik saja meski tanpa dirinya."

"Kamu benar, Sep."

...***...

Karena mulai Senin depan Mentari sudah mulai akan bekerja, mengisi jabatannya yang selama ini kosong dan tak pernah ia tempati, Mentari pun berniat membeli beberapa setelan kerja untuk menunjang penampilannya. Bukankah kata orang penampilan adalah dasar dari penilaian seseorang. Apalagi ia adalah seorang pemimpin perusahaan, tentu ia harus menjaga penampilannya sebaik mungkin untuk menciptakan citra positif di mata karyawannya nanti.

Kini Mentari sedang dalam perjalanan menuju Angkasa Mall. Di sana terdapat banyak toko pakaian yang bagus dan juga butik-butik ternama jadi ia tak perlu bersusah payah pergi dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk membeli perlengkapannya untuk dipakainya saat bekerja nanti.

Setibanya di sana, Mentari segera turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk Angkasa Mall. Karena foto-fotonya yang sempat viral tempo hari, membuat setiap gerak-gerik Mentari seolah tak lepas dari tatap penasaran oleh orang-orang membuat Mentari merasa kurang nyaman. Tapi sebisa mungkin ia bersikap biasa saja.

Saat sedang berjalan, tiba-tiba saja ponselnya yang berada dalam tas berdering. Mentari pun merogoh ke dalam tasnya. Karena Mentari yang sedang menunduk fokus ke arah tasnya, Mentari sampai tak sengaja menabrak seseorang membuat Mentari hampir saja terjatuh kalau tidak ada sepasang lengan yang menahan tubuhnya.

"Aaargh ... " pekik Mentari terkejut saat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

Happp ...

"Kau tidak apa-apa?" tanya suara seseorang yang baru saja menahan tubuh Mentari itu.

"ah, ti- Jerva?" seru Mentari saat kepalanya mendongak menatap seseorang yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Riri?" seru laki-laki yang lengannya masih bertengger di pinggang Mentari.

Mentari yang merasa tidak nyaman dengan lengan Jervario yang masih memegang pinggangnya lantas meminta Jervario segera menurunkan tangannya.

"Jer, tanganmu ... "

"Ah, emmm .... maaf," ucap Jervario salah tingkah.

"Kau dari mana?" tanya Mentari basa-basi.

"Aku tadi ada urusan di atas. Sekarang mau pulang, kau?" tanyanya balik.

"Aku mau belanja pakaian."

"Pakaian apa? Pesta, pergi, kerja, atau ... mungkin aku bisa bantu."

"Aku mau beli pakaian kerja sih. Tapi aku bisa sendiri. Kalau kau mau pulang, silahkan. Aku mau lihat-lihat dulu."

"Biar aku temani "

"Hah!"

"Biar aku temani, Ri. Aku tau beberapa toko di sini yang jual setelan kerja."

"Ah, nggak, nggak usah repot-repot. Aku bisa sendiri."

"Ayo!" ajak Jervario masa bodoh dengan penolakan Mentari.

"Heh, triplek dilaminating, aku bilang aku bisa sendiri, kok ngeyel sih!"

Bukannya menanggapi, Jervario justru mendorong pundak Mentari ke depan hingga mereka tampak seperti pasangan yang sedang jalan-jalan bersama.

"Jerva, aku bilang aku bisa ..."

"Aku tahu. Tapi aku juga sekalian mau belanja jadi kenapa tidak barengan aja. Aku juga mau minta bantuan kamu untuk memilihkan pakaian yang cocok denganku," jawab Jervario acuh tak acuh.

"Kamu kan bisa sendiri." Mentari berdecak namun mereka tetap melangkah bersama.

"Aku nggak pandai memilih. Biasanya Jea yang selalu membelikanku pakaian."

"Nggak mungkin. Kamu pasti bohong."

"Ngapain aku bohong sama kamu? Apa kamu pikir aku sengaja ingin jalan sama kamu? Huh, kepedean!" Jervario mencibir dengan bila mata mendelik.

"Kamu itu emang nyebelin banget sih, Jer! Udah ah, mending aku pergi sendirian aja." Mentari menekuk wajahnya dengan bibir mengerucut. Ia benar-benar merasa sebal dengan saudara kembar sahabatnya itu.

Baru saja Mentari hendak membalikkan badannya, tapi Jervario justru merangkul bahunya dan mendorong tubuh perempuan itu ke salah satu store pakaian.

"Eh eh eh, enak banget tangan ini nangkring sembarangan di pundak orang!" Protes Mentari.

"Memangnya kenapa? Takut ada yang salah paham?"

"Iya, kenapa? Entar pacar kamu salah paham gimana? Kenapa nggak ajak pacar kamu aja sih? Malas banget aku liat kamu. Muka lempeng banget. Senyum kek, pelit banget."

"Aku nggak ada pacar. Kalau kamu mau, aku masih buka lowongan kok."

"Astaga, dasar gila! Masa' cari pacar kayak cari karyawan aja," omel Mentari.

"Oh ya, kamu mau lihat aku senyum ya? Memangnya berani bayar berapa mau lihat senyum aku?"

"Bisa makin gila aku ngomong sama orang kayak kamu, Jer. Mau lihat senyum aja pake bayar."

"Harus dong. Senyum aku mahal."

"Mau gratis aja aku nggak minat," ketus Mentari sambil melirik sebal.

"Serius?"

"Bukan serius lagi tapi sepuluh rius," ketus Mentari.

"Bagaimana kalau kamu malah jatuh hati sama senyum aku?"

"Impossible," cetus Mentari cepat yang justru tanpa sadar membuat Jervario terkekeh. Sedari tadi ia menahan diri agar tidak tertawa karena merasa menyenangkan mengusili Mentari. Bahkan omelan-omelan Mentari terdengar begitu menyenangkan di telinganya. Entah sudah berapa lama ia tidak tertawa seperti ini. Bahkan untuk menarik sudut bibirnya saja ia kadang kesulitan. Tapi hari ini, padahal hanya dengan berdebat sesuatu yang unfaedah tapi justru terasa begitu menyenangkan.

Mentari sampai melongo melihat Jervario tertawa untuk pertama kalinya sejak pertemuan pertamanya di cafe beberapa bulan yang lalu.

"Tutup mulutmu sebelum lalat memasukinya!" bisik Jervario tepat di depan wajah Mentari membuat perempuan itu tersentak dengan semburat merah di pipinya yang lagi-lagi membuat Jervario terkekeh.

Mentari mencebikkan bibirnya sebal dengan tangan yang sibuk memilah beberapa pakaian yang akan digunakannya untuk bekerja nanti. Tak lupa, Jervario juga meminta Mentari memilihkan beberapa setelan pakaian untuknya yang sebenarnya hanya sebagai alasan untuk bersama janda muda tersebut.

"Hmmm ... pilihanmu memang bagus-bagus. Kamu memang contoh calon istri idaman. Tahu cara melayani seorang suami," celetuk Jervario tiba-tiba.

"Hanya contoh, bukan yang diidamkan. Kalau aku benar-benar idaman, aku nggak mungkin diselingkuhi." Tiba-tiba saja mood Mentari ambyar mengingat rumah tangganya yang kandas.

"Itu bukan karena kesalahanmu. Tapi laki-laki itu saja yang kurang bersyukur," cetus Jervario.

"Eh tunggu, tunggu, apa maksud kamu tadi ... Tahu cara melayani seorang apa?" Mentari baru menyadari ada kata-kata ambigu yang diucapkan Jervario. Jervario yang tidak mau menjelaskan justru berjalan tergesa menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

...***...

Shandi yang sedang sibuk bekerja, tiba-tiba dihampiri oleh salah seorang staf dari divisinya.

"Shan, ada titipan buat Lo!"

"Apa?"

Seseorang itu mengedikkan bahunya, "nggak tahu. Cuma ini tertulis pengadilan agama. Loe cerai sama bini loe?"

"Kepo aja urusan orang. Sini!" Shandi pun segera meraih amplop yang disodorkan salah satu rekannya tersebut. Kemudian Shandi membuka amplop itu dengan tergesa dan matanya seketika terbelalak. Ternyata isinya merupakan akta cerai antara dirinya dan Mentari.

"Wow, loe udah jadi duda aja ternyata! Ck ck ck ... masih muda udah jadi duda. Kasihan!" ejek rekannya tersebut.

"Sialan loe! Siapa juga yang jadi duda. Ingat bro, mati satu tumbuh seribu..Yang satu emang pergi, tapi gue udah punya bini baru lagi," ujar Shandi bangga.

"Ck ... gitu aja bangga. Ingat bro, rejeki istri pertama dan kedua itu berbeda. Jangan-jangan loe turun jabatan gini karena udah nyakitin bini loe dengan nikah lagi!" cetus rekannya tersebut membuat Shandi mematung di tempatnya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Jack dani Jack dani
kok bisa bisanya dasar ular
Jack dani Jack dani
mertua mandang harta
Jack dani Jack dani
/Grin/
echa purin
/Smile/
Ahsin
sikat beri efek jera.. suami bangke
pelangi
luar biasa
Ayunda Marbun
org tuanya biadab
Firda
jelek sih rehainanya
Rossi Valentina
Luar biasa
Tatari Ana
sepertinya mobil merk itu terlalu berlebihan,
Rita Sari
Luar biasa
Yuni Ngsih
ceritranya good Thor.....mantap lanjut d/ certra yg lain ...ok...👍👍👍💪💪💪
neng ade
koq aneh hidup selama 5 thn berumah tangga pada ga tau klo Mentari itu lulusan sarjana ..
neng ade
diihh .. dasar ulet bulu .. perempuan gatel
neng ade
kalian akan menyesal suatu saat nanti jika tau jati diri nya Mentari ..
neng ade
kemarin aja kue nya ngapain juga dengerin ocehan si ibu mertua
neng ade: lemparin aja tuh kue nya ngapain juga dengerin ocehan si ibu mertua
total 1 replies
neng ade
aku ga bakal tahan hidup kaya gitu .. mending keluar deh mau cerai juga ya silahkan dari pada batin terus2 an disiksa sm suami dan keluarga nya
neng ade
kurang ajar amat sih sikap nya ga ada akhlak nya .. berani banget masuk kamar terus acak2 lemari nyari duit .. diihh .. aku mah langsung keluar aja deh dari rumah itu .. bodo amat sm ibu mertua dan adik ipar yg ga tau sopan santun
Capricorn 🦄
j
Rinda
visualnya org indonesia aja knp, kan banyak jg artis dan aktor indonesia yg cantik2 n ganteng2 , kok keseringan asal visual org luar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!