🥉JUARA 3 YAAW Season 10🏆2023
EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Takdir membawaku dalam keadaan ini. Lahir sebagai putri tunggal seorang Perwira Tinggi Polri (Pati) sangat tidak mudah. Terlebih sejak lahir seakan hidup sendiri tanpa kasih sayang dari sang Ayah. Walaupun Ayahnya masih hidup dan tinggal satu atap bersamanya.
Suatu hari, Bening Putri Prasetyo sejujurnya tak ingin menghadiri pesta kelulusan sekolahnya. Namun olokan dan sindiran teman-temannya, terutama dari Della Wijaya yakni gadis terpopuler di sekolahnya membuatnya terpaksa hadir. Pesta yang membawa petaka baginya. Kehilangan kesuciannya dan hamil di luar nikah oleh pria yang satu profesi dengan sang Ayah.
Akankah hidup Bening yang keruh akan menjadi bening kembali, sebening namanya?
Simak kisahnya💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Nuchal Cord
Setibanya Bening di stasiun Lempuyangan, menunjukkan pukul satu dini hari. Stasiun yang kondisinya sudah sangat sepi hanya tersisa beberapa orang yang tengah tertidur di kursi-kursi ruang tunggu.
Bening melihat rute perjalanan kereta api. Dirinya sempat dilanda kebingungan pergi ke mana kota tujuannya. Akhirnya ia menemukan ide ke kota Semarang. Dan kereta paling awal, akan berangkat pukul tujuh pagi waktu setempat.
Akhirnya ia memutuskan untuk tidur-tiduran juga di selasar kursi ruang tunggu stasiun. Loket penjualan tiket pun sudah tutup dan pagi hari baru buka kembali.
Ia memanfaatkan momen tersebut dengan istirahat sejenak seraya menunggu datangnya fajar.
"Maaf ya Nak. Mama ngajak kamu jalan jauh jadi agak capek ya? Kamu lagi apa sayang? Lagi bobo ya? Tumben gerakmu sedikit hari ini. Biasanya aktif main bola di dalam. Sampai-sampai tendangan kamu bikin Mama ngilu," cicit Bening tersenyum kecil seraya mengelus perutnya yang sudah membuncit.
Dirinya melihat ke kanan dan ke kiri, warung sekitar juga sudah pada tutup. Di luar stasiun juga sudah tidak ada pedagang yang lewat. Ia pun menghela nafas dalam.
Kemudian dengan terpaksa ia pergi ke toilet guna meminum sedikit air keran. Dikarenakan ia merasa sedikit dehidrasi dan kepayahan setelah berlarian hingga berakhir di stasiun Lempuyangan ini.
Hari yang betul menegangkan dan melelahkan baginya. Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya.
Setelah dari toilet, dirinya duduk kembali. Ia pun mengelus perutnya dan mencoba berbicara dengan sang jabang bayi.
"Nak, maafin Mama ya. Kalau Mama belum siap untuk kamu bertemu keluarga dari Ayahmu. Semoga kamu enggak marah ke Mama," cicit Bening sembari mengelus perutnya dan ia merasakan sedikit gerakan dari jabang bayinya lalu hilang gerakan tersebut.
"Kamu ngantuk ya? Hari ini gak seagresif biasanya sayang. Ya sudah bobo saja kalau ngantuk. Semoga esok pagi menjadi hari yang menyenangkan untuk kita dan tak terlupakan," ucap Bening lembut seraya menguap.
Akhirnya Bening memejamkan matanya dan tidur di kursi ruang tunggu yang berada di area pojok. Sebab ia khawatir jika kesiangan, para calon penumpang lainnya yang sudah berdatangan maka bisa menempati tempat duduk yang lain. Yang lebih dekat ke arah pintu masuk pengecekan tiket.
Dirinya tidak mau mengganggu kenyamanan pengunjung stasiun yang lain saat ia tertidur pulas.
☘️☘️
Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Kondisi stasiun Lempuyangan sudah cukup ramai orang berlalu lalang. Baik itu untuk berangkat bekerja maupun berwisata yang membutuhkan mode transportasi kereta api.
Terlebih stasiun Lempuyangan dominan berisi kereta api kelas ekonomi yang harganya cukup terjangkau di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Banyak pedagang yang siap berjualan menjajakan dagangannya di sekitar area stasiun. Hiruk pikuk sudah mulai tampak cukup padat namun hal itu belum membuat Bening terbangun.
Barulah tak lama kemudian, ketika ada panggilan persiapan penumpang pada kereta pagi yang keluar dari pengeras suara oleh pihak stasiun, membuat Bening terlonjak kaget. Ia pun segera bangun dan duduk secara normal di kursi tunggu yang ia tempati semalam.
Setelah itu ia menata rambut dan pakaiannya yang agak berantakan.
"Wah sudah pagi sayang. Mama agak kesiangan bangunnya. Nah itu sudah banyak yang jualan. Kita bersih-bersih sebentar terus sarapan. Kamu pasti lapar ya? Maafin Mama ya sayang."
Bening diam sejenak. Tangannya yang tengah mengelus perutnya pun mendadak berhenti. Ia berusaha menepis jauh-jauh segala pikiran negatif yang berkecamuk. Ia berusaha tersenyum kembali dan melanjutkan mengelus sang buah hati.
"Hmm, tumben anak Mama belum bangun. Biasanya jam segini kamu sudah olah raga pagi di perut Mama. Apa semalam kamu kelelahan ya, jadi sekarang bobonya nyenyak banget?" cicit Bening seraya terus mengelus perutnya dan berusaha mencari pergerakan sang jabang bayi. Namun ia tak kunjung menemukan pergerakan apapun.
Bening masih berusaha berpikiran positif bahwa calon anaknya sedang tertidur pulas sehingga tidak ada pergerakan yang kini ia rasakan. Hamil di usia belia dan masih minim pengalaman. Terlebih ini kehamilan pertamanya akibat hal yang tidak diduga sebelumnya, membuat Bening kurang mencari hal-hal mengenai seputar kehamilan.
Apalagi tidak ada pendampingan dari orang yang lebih dewasa darinya selama Bening hamil beberapa bulan ini terutama oleh orang yang memiliki pengalaman hamil. Pemeriksaan juga dilakukan seadanya dan alat terbatas di bidan desa terpencil.
Tak ada alat USG (ultrasonografi) untuk memonitoring kondisi jabang bayinya yang berada di dalam rahimnya selama ini.
Setelah berbicara sejenak dengan calon bayinya yang belum juga menunjukkan tanda pergerakan, Bening memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya. Lalu berjalan menuju toilet wanita guna membasuh wajah dan buang air kecil sejenak.
Saat ia berdiri dan berjalan baru beberapa langkah dari tempat duduknya, mendadak kepalanya pusing. Lalu tak lama pandangannya menggelap seketika. Pingsan.
Tubuh Bening yang hampir jatuh di lantai stasiun beruntung masih bisa ditahan oleh beberapa pengunjung lainnya yang kebetulan berada di samping Bening. Seketika ia dilarikan di rumah sakit terdekat.
Rumah Sakit
Selang tiga puluh menit, Bening akhirnya siuman. Namun sebuah kenyataan pahit menerpanya yang harus ia hadapi saat dirinya terbangun.
Nuchal Cord. Salah satu komplikasi persalinan yang kerap terjadi. Kondisi ini tidak boleh disepelekan karena dalam beberapa kasus, leher bayi bisa tercekik tali pusarnya sendiri.
Ya, calon bayi Bening dinyatakan meninggal dalam kandungan karena terlilit tali pusarnya.
Dunia Bening runtuh untuk kedua kalinya. Harapan yang ia gantungkan pada sang jabang bayi untuk melanjutkan hidup berdua saja dengan bayinya, kini sudah hilang lenyap tak bersisa.
Kebahagiaan atas sebuah penantian bahwa dirinya akan segera menimang seorang bayi mungil yang kelak memanggilnya Mama, menjadi pelita di hidupnya yang gelap gulita, hal itu kini terenggut darinya secara paksa karena sebuah takdir yang belum berpihak padanya.
Sedih. Jangan ditanya perasaan seorang Bening bagaimana saat ini.
Ketika kecil ia acapkali menerima kemarahan sang Papa baik secara fisik maupun psikis. Dan berbagai tekanan hidup terutama dari Papanya sendiri sehingga membuatnya sering terpuruk dalam kesendirian serta mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan banyak orang.
Kala takdir membuatnya kehilangan kesuciannya dan gagal melanjutkan kuliah di kampus yang ia mau dengan cita-cita yang diinginkan oleh sang Papa pupus sudah, ia berusaha menegarkan dirinya untuk ikhlas menerima takdir itu.
Menerima kondisinya yang hamil di luar nikah. Menerima keadaan yang membuatnya harus dipaksa mandiri oleh keadaan untuk menjalani kehidupan di luar sana yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dan menerima sang buah hati hadir dalam rahimnya dari benih lelaki yang ia sendiri tak tahu apa ada cinta saat membuahinya atau tidak.
Semua bertumpuk menjadi satu saat ini menimpa jiwa dan raga seorang Bening. Kewarasannya tengah diuji. Seakan semua ini mimpi atau kenyataan?
Tak ada tangis yang keluar dari matanya kala sang dokter menjelaskan dengan hati-hati pada dirinya. Hanya ada pandangan kosong dari sorot matanya yang sayu tak terbaca dengan wajah yang pucat pasi menatap sebuah layar USG di depannya.
Terdapat kondisi bayinya ada. Namun diam dan tidak bergerak sama sekali dengan kondisi leher bayinya yang terlilit tali pusar.
"Denyut jantungnya tak terdeteksi. Maaf Nyonya, kami selaku tim dokter turut berbela sungkawa. Harus segera dilakukan tindakan cepat mengeluarkan bayi Anda sebelum terjadi infeksi lebih lanjut," tutur sang dokter.
Deg...
🍁🍁🍁
smoga husnul khotimah...
yaAllah...
ikutan sedih
btw, abis Bening apalagi lg lanjutan nya?
sblm ke Bening udah baca dr.Heni dan Seno
issshhh...
🤣🤣🤣
percakapan dikit banget