Kehilangan mengajarkan mereka apa arti cinta yang sesungguhnya.
Ketika kehilangan datang menghampiri, mereka menyadari bahwa cinta yang sesungguhnya bukan hanya tentang memiliki, melainkan tentang pengorbanan, keikhlasan, dan bertahan di tengah luka yang mendalam. Akankah takdir memberikan mereka kesempatan kedua, atau justru memisahkan mereka untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(7) Bayang-bayang Luka
Kaluna duduk di tepi tempat tidur setelah ia kembali dari ruang pemeriksaan. Pandangan nya mengarah ke arah jendela. Diluar hujan sedang turun dengan derasnya. Kilat petir mulai terdengar dari cahaya yang dipantulkan dari jendela. Kaca jendela mulai terkena tampias dari air hujan yang menciptakan pola tak beraturan.
Pintu kamarnya terbuka pelan, terdengar langkah kaki seseorang yang mulai mendekat. Kaluna menolehkan kepalanya dan melihat wanita yang ikut bersama nya ke ruang pemeriksaan tadi. Alreisha, ternyata namanya Alreisha. Nama yang cantik, seperti orang nya. Alreisha berjalan mendekat ke arah Kaluna sambil tersenyum.
Kaluna juga melirik paper bag yang dibawa Alreisha ditangan kanannya. Alreisha mulai meletakkan paper bag tersebut diatas meja kecil disamping tempat tidur Kaluna. Ia seperti menyiapkan sesuatu, Kaluna juga tidak tahu apa isinya.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh Alreisha tidak luput dari perhatian Kaluna. Alreisha yang sibuk mencuci buah di wastafel. Alreisha yang sibuk mengupas dan memotong buahnya. Semuanya Kaluna perhatikan. Alreisha sepertinya wanita yang tidak suka berdiam diri. Itu terlihat bagaimana sibuknya dia sejak memasuki kamar Kaluna.
"Eonnie sudah minum obat?", tanya lembut Alreisha tanpa menoleh kearah Kaluna. Dirinya masih sibuk memindahkan cheese cake keatas piring kecil. Kaluna yang mendengar pertanyaan Alreisha menjawab nya pelan.
"Sudah", jawabnya singkat. Bukannya Kaluna ingin bersikap sombong dengan tidak ingin mengajak Alreisha berbicara, hanya saja ia bingung untuk mencari topik yang menarik. Dan Alreisha, Kaluna tidak tahu dia siapa.
Alreisha menoleh kearah Kaluna sambil tersenyum. Ia menarik meja kecil disisi ranjang. "Eonnie makanlah, tadi Kun Ge membelikan ini untuk Eonnie", ucap Alreisha ramah. Anak ini begitu perhatian, pikir Kaluna.
"Kun Ge?", tanya Kaluna bingung. Ia tidak tahu siapa yang dimaksud oleh wanita dihadapannya ini. Alreisha tersenyum tipis mendengar nya. "Kun Ge itu Qian Kun. Pria yang ikut mengantar Eonnie keruang pemeriksaan tadi. Biasa dipanggil Kun, tapi aku memanggil nya Kun Ge", jelas Alreisha.
"Kenapa dipanggil Kun Ge?", tanya Kaluna lagi. "Ge singkatan dari Gege. Karena Kun Ge orang China, makanya aku panggil Ge. Sama seperti di Korea, Oppa artinya kakak laki-laki", jelas Alreisha sabar.
"Ah begitu", ucap Kaluna sambil mengangguk. Ia paham sekarang. Kaluna menatap Alreisha, senyum tipis mulai terukir di wajah pucat nya. "Apa dia kekasihmu?", tanya Kaluna. Alreisha yang mendengarnya tersenyum malu. Pipi nya mulai memerah.
"Iya, dia kekasihku", jawab Alreisha dengan wajah yang memerah. Anak ini begitu lucu pikirnya. "Kalian sangat cocok", ucap Kaluna tulus. Ia menatap wajah Alreisha yang begitu teduh. Sama sekali tidak bosan untuk menatapnya.
"Terima kasih, Eonnie", ucap Alreisha tulus. Obrolan demi obrolan dibahas oleh dua orang wanita ini. Topik random pun juga tak luput dari perhatian mereka. Terkadang tawa kecil keluar dari mulut Kaluna. Alreisha ternyata teman bicara yang cukup seru juga.
Melihat Kaluna yang sudah mau tertawa, Alreisha merasa lega. Melihat Kaluna yang sudah mau ceria kembali membuat Alreisha bersyukur. Wajah murung Kaluna yang dia lihat beberapa waktu lalu telah cerah kembali.
Walaupun tawa Kaluna masih terkesan kaku, setidaknya itu lebih baik dari pada Kaluna terus berdiam diri kan? Bagi Alreisha, ini adalah permulaan yang cukup bagus.
"Nanti kalau Kaluna Eonnie sudah dibolehkan pulang, kita cari perlengkapan bayi sama-sama ya? Terus-", ucapan itu terpotong ketika Kaluna menyentuh tangan Alreisha.
"Alreisha. Saya tidak menginginkan bayi ini", ucap Kaluna pelan. Alreisha yang mendengarnya sangat terkejut. Ia menatap Kaluna tidak percaya.
"Eonnie...", Alreisha bingung harus menjawab apa. Pikirannya langsung blank seketika. Alreisha meremas ujung bajunya pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat ditengah kebingungan nya.
"Alreisha, maaf. Tapi saya benar-benar belum siap untuk menjadi seorang ibu", ucap Kaluna mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Ia seperti menghindari tatapan Alreisha.
Alreisha yang mendengarnya menggigit bibirnya, ada rasa sesak ketika mendengar pernyataan Kaluna barusan. Ada perasaan yang menggantung di hati nya. Ia menyentuh tangan Kaluna dan mengusapnya lembut.
"Eonnie... Ada aku disini. Eonnie tidak sendirian sekarang. Jika Eonnie tidak menginginkan bayi ini", Alreisha tidak meneruskan perkataannya, ia semakin menggigit bibirnya kuat. Bingung harus mengambil keputusan seperti apa.
Tatapan matanya tertuju kearah jendela didekat pintu. Ada Qian Kun disana yang sedang menerima telepon. Ia menatap prianya lekat. Tatapannya begitu sulit untuk diartikan.
Qian Kun yang menyadari ada yang sedang menatapnya, menatap kearah jendela kecil. Ia melihat Alreisha yang sedang menatap nya. Senyum tipis terbit di wajahnya. Tangannya menunjuk bahwa ia sedang menelpon seseorang. Alreisha yang melihatnya hanya mengangguk.
Keputusan nya sudah bulat. Ia menatap Kaluna yang kini sedang menatap nya. "Jika Eonnie tidak menginginkan bayi ini, biar aku yang merawatnya", ucap Alreisha tegas.
DEGH!
Kaluna yang mendengarnya membelalakkan matanya. Ia terkejut dengan pernyataan Alreisha barusan. Bagaimana bisa Alreisha berpikiran akan merawat anaknya?
"Aku akan menjaga dan merawat mereka seperti anakku sendiri. Eonnie... Jika sudah berubah pikiran boleh mengambil mereka kembali", ucap Alreisha pelan.
Kaluna yang mendengarnya menggelengkan kepalanya. Tanda ia menolak dan tidak setuju dengan saran Alreisha barusan. "Anak ini seharusnya tidak pernah hadir. Ia hadir di saat yang tidak tepat. Dia adalah salah satu dari sumber luka yang aku rasakan", ucap Kaluna lirih. Suaranya mulai terdengar bergetar.
CKLEK!
Qian Kun memasuki kamar tersebut. Ia melihat Kaluna dan Alreisha seperti membahas sesuatu yang penting. Terlihat jelas dari ekspresi gadisnya yang sedang meremat ujung pakaiannya. Salah satu kebiasaan Alreisha jika ia sedang serius.
"Kalau begitu berikan padaku, aku akan merawatnya", ucap Alreisha dengan suara yang mulai bergetar, mata nya mulai memerah.
"Kamu tidak bisa merawatnya, Alreisha", ucap Kaluna menolak.
"WAE?! Kenapa tidak bisa hah?! Apa Eonnie takut Orion Oppa akan merebutnya suatu hari nanti?!", ucap Alreisha sambil menaikkan suaranya. Kun yang mendengarnya langsung bergegas menarik Alreisha menjauh.
Gadis itu mulai mengatur nafasnya. Air matanya mulai berjatuhan. "Mine, tenanglah. Kamu kenapa? Kenapa teriak-teriak begitu?", tanya Kun lembut. Ia membawa Alreisha ke pelukannya. Mengusap punggungnya lembut.
Kun benar-benar bingung sekarang. Apa yang sedang dibahas oleh mereka berdua. Kenapa jadi emosi begini?
"Hiks! Kun Ge, ayo kita menikah sekarang!", ucap Alreisha secara spontan. Kun yang mendengarnya begitu terkejut. Bagaimana kekasih nya ini bisa blak-blakan seperti ini. Biasanya Alreisha nya akan sangat malu jika Kun membahas hal yang berbau serius. Sekarang kenapa-
"Bungsu! Kamu sudah udah gila hah?", ucap Rayyan dari belakang. Tatapannya begitu tajam menatap adiknya yang sedang dipeluk oleh Kun sekarang.
"Qian Kun! Lo apain adek gua hah?!", tanya Rayyan emosi. Kun yang mendengarnya menggeleng panik.
"Gua ngga tahu apa-apa. Sumpah!"