Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanggung jawab
"Oia sampai lupa, kita belum kenalan ya pacar." Gadis itu merapihkan kaos yang ia kenakan lalu sedikit menyisipkan rambut dengan jarinya.
"Halo aku Calista Almaira, bisa di panggil Caca, tata atau sayang kalau Epan mau, aku anak Fapet (Fakultas peternakan) semester3 menjelang semester 4, pacar Epan Galenio. Salam kenal," ucapnya dengan nada riang.
Evan mengeryit menatap lalu memijit pangkal hidupnya. Banyak gadis yang mengejar Evan, tapi gadis bernama Calista ini yang paling aneh menurut Evan, segala pake acara menyatakan diri jika dia adalah pacar Evan. Padahal Evan baru pertama kali bertemu gadis ini.
"Gue nggak kenal Lo, dan Lo bukan pacar gue!" Tegas Evan, ia pun melangkah hendak pergi dri tempat itu.
Namun langkah kaki Evan terhenti saat tangan kecil Calista menahan tangannya. Evan menoleh, tatapannya sinis mengarah ke tangan Calista yag dengan lancang menyentuhnya.
"Lepaskan!" Calista menggeleng cepat.
"Lepaskan kataku!"
"Kataku enggak," sahut Calista santai.
Mata Evan melotot tapi sama sekali tidak membuat takut Calista. Laki-laki jangkung itu berdecak, merapatkan rahang berusaha menahan emosi, jika saja makhluk ini bergender laki-laki mungkin sudah sejak tadi Evan menghadiahi dia dengan bogem mentah, tapi sayangnya dia seorang perempuan.
"Apa mau Lo sebenernya heh!" Teriak Evan sembari menghentakkan tangan, tangan kecil Calista pun seketika terlepas dari Evan.
"Jadi pacar Epan," jawab Calista enteng.
Evan mengusap wajahnya kasar, dia sungguh tidak mengerti dengan manusia tidak tahu mau satu ini. Calista berjalan pelan dengan sedikit mengoyangkan badannya.
"Kamis malam tanggal dua puluh enam oktober, jam delapan malam Epan ada dimana?" Tanya Calista tiba-tiba, Evan mengerutkan kening mendengar pertanyaan Calista yag terdengar serius.
Tanggal dua puluh enam, itu berarti seminggu yang lalu.
"Kenapa Lo tanya-tanya?" Ketus Evan, langkah kecil Calista seketika berhenti. Gadis berwarna manis itu menatap Evan dengan tajam.
"Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macem-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu," tukas Calista nyalang.
Mata bening wanita itu mulai berkaca-kaca, menujukan kesedihan yang mulai merambah semakin memuncah mengingat malam dimana dia harus kehilangan salah satu mahluk yang sangat ia sayangi.
"Kamu!"
Telunjuk Calista menegang kearah wajah Evan yang masih bingung dengan tuduhan Calista.
"Kamu pembunuh! Kamu tega, jahat!" Pekiknya dengan air mata yang mulai berjatuhan.
Dengan kasar Calista mengusap pipinya yang basah. Evan melangkah mendekat tapi Calista juga turut memundurkan langkah, hingga hari mereka masih tetap sama.
Evan tersenyum miring sambil melempar tatapan sinis. Sepertinya ini modus baru untuk mendekatinya, menuduhnya pembunuh dan meminta pertanggung jawaban. Hah, lelah sekali menghadapi wanita-wanita obses seperti ini, menjual air mata demi keinginan yang tidak akan mungkin menjadi nyata. Karena Evan sama sekali tidak berniat menjalin hubungan dengan siapapun, bagi Evan wanita adalah makhluk yang ribet dan dia belum siap untuk keribetan itu.
"Udah jual sedihnya? Ingusmu udah meler sepanjang itu, apa nggak takut gue jijik liatnya," tutur Evan, Calista langsung mengusap ujung lubang hidung dimana sumber ingus bening itu mengalir dengan ujung lengan bajunya.
"Aku nggak sembarangan jual sedih ya Epan Galenio!" Tegas Calista yang sibuk dengan ingus dan air mata.
Evan berdecih melipat tangan di dada dan menatap remeh wanita yang ada di hadapannya. Ia sedikit membungkuk agar bisa menatap waja sembab yang masih menatapnya dengan marah dan kesal.
"Lo pikir gue nggak tau apa rencana busuk yang ada di otak kecil Lo itu, Lu mau jual sedih, bicara omong kosong dengan tuduhan nggak berdasar dan meminta pertanggung jawaban gue. Lo mau gue tanggung jawab apa? Jadi pacar Lo, nikahin Lo, sebutin apa mau Lo, munafik."
Calista sedikit memiringkan kepala, manik bening wanita itu menyiratkan kebingungan mendengar ucapan Evan. Evan tertawa mengejek, sepertinya apa yang ia pikiran benar. Gadis ini dengan sengaja merusak pagi yang indah saat dia memulainya dengan memakan bubur ayam bang haji mahmud.
"Munafik ya, oke kalau begitu coba sebutin tanggung jawab macam apa yang bisa kamu kasih ke aku setelah kamu nabrak Joni. Kompensasi macam apa yang bakal kamu kasih buat ganti rasa kehilangan aku, apa kamu bisa lagi hidupin Joni? Kamu bisa bikin dia ngomong lagi? Kamu bisa ngomong sama Jono kalau teman makan tulang ayamnya udah kamu bunuh dan nggak bakal bisa pulang. Kamu tau bagaimana si Jono terus ngeong cariin si Joni."
Evan tertegun, lebih tepatnya dia diam dan mencoba mencerna semua kata-kata yag Calista ucapkan dengan cepat tanpa jeda itu.
"Kenapa diem? Kamu pikir dengan diem kayak gini aku bisa maafin kamu? Oh, lupa. Kamu bahkan nggak minta maaf sama sekali sama aku, setelah kamu menghilangkan nyawa kucing aku. Jahat tau nggak!"
Calista jatuh berjongkok, dia menangis dengan wajah yang ia tenggelamkan di atas lutut yang tertekuk. Tangannya juga melipat menutupi wajahnya. Tangisan Calista kali ini sangat nyaring berbeda dengan di awal tadi.
Rahang pria itu mengeras mengumpat lantang dirinya sendiri. Jadi korban yang tanpa sengaja ia tabrak di malam gerimis kala itu adalah si Joni alias kucing milik wanita ini.
Evan turut berjongkok di depan Calista, ia menatap wanita yang tertunduk degan rambut panjang terurai yang ternyata memiliki warna pink di sela hitam warna asli rambutnya itu dengan penuh rasa bersalah.
"Jadi itu kucing Lo? Tapi dia nggak pake kalung pengenal?"
"Joni nggak suka pake kalung!"
"Tapi kucing item itu bukan kucing Ras?"
"Kucing peliharaan nggak harus Ras!"
Evan menghela nafas dalam.
"Maaf, gue nggak tau kalo kucing itu milik Lu," ucap Evan dengan suara rendah dan penuh rasa bersalah.
"Basi!" Teriak Calista dengan mendongak cepat lalu kembali menunduk.
Evan meringis mengusap tengkuknya, dia tidak biasa dengan perempuan. Dia tidak tahu bagaimana menenangkan perempuan yag sedang sedih dan itu juga karena kesalahannya.
"Gue minta maaf, gue bakal tanggung jawab. Gue bakal gantiin rasa kehilangan lo, gue bakal ngomong sama kucing Lo yang satunya kalau gue nggak sengaja nabrak temennya. Lo mau apa? Gue bakal usahain apapun biar lu nggak sedih dan maafin gue," tutur Evan dengan serius.
Mungkin menabrak kucing hal sepele bagi orang lain, tapi bagi Evan itu tetap sebuah kesalahan karena keteledorannya. Apalagi kucing itu punya pemilik yang pasti sedih saat kehilangan dia, dan Evan sebagai calon penegak hukum harus bertanggung jawab atas kesalahannya.
Perlahan isak tangis Calista mereda, gadis itu mulai mengangkat wajahnya, menatap Evan dengan wajah sembab penuh air mata dan ingus.
"Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
"Kalau gitu jadiin aku pacar Epan selama tiga bulan," ucap Calista, mata basahnya berkedip kedip penuh pengharapan.
Laki-laki itu terdiam sejenak. Pacar, hal yang paling anti ia lakukan untuk saat ini. Tapi dia juga harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan walaupun itu tidak sengaja.
"Nggak bisa juga ya?" Lirih gadis itu dengan kepala yang perlahan menuduk kecewa.
"Ok, kita pacaran. Sejak hari ini Lu jadi pacar Evan Galenio, ok," Evan berkata dengan tegas, dia adalah laki-laki berprinsip dan selalu berusaha bertanggung jawab dengan perbuatannya.
Lagi pula ini hanya dua bulan dan setelah itu mereka akan putus. daripada dia harus jadi tukang sulap dan membangunkan kucing yang sudah mati.
"Beneran?!" Teriak Calista tidak percaya.
"Iya, lap dulu tuh ingus Lu." Evan menyodorkan tisu yang ia keluarkan dari kantong celana
Calista menyengir menerima tisu pemberian Evan. Dengan cepat ia membersihkan ingus dan air mata yang membasahi pipinya. Raut ceria sudah kembali di wajah manis Calista. Evan mengulurkan tangan mengajak Calista untuk bangkit bersama.
"Karena Epan udah jadi pacar aku, Epan panggil aku Caca aja."
Evan mengangguk kecil. Calista mengambil nafas dalam lalu tersenyum.
"Aku harus pergi, ada kelas soalnya. Bye-bye pacar, aku pulang jam 3 sore, jangan lupa tunggu aku di parkiran ya," ucap Calista kemudian melangkah pergi melewati Evan begitu saja.
Evan menggeleng kecil melihat tingkah Calista alias Caca ini, moodnya bisa berubah dalam sekejap saja. Yang tadinya nangis bombay langsung sumringah berjalan sambil melompat kecil seperti kelinci.
Rian dan Bobby rubuh seketika saat Calista menarik pintu besi yang tadi Evan tutup menarik paksa Calista ke rooftop. Calista tersenyum lebar pada dua manusia yang kikuk karena kepergok menguping.
"Halo teman pacar, aku pergi dulu. Bye-bye!" Seru Calista riang dengan mengerakkan kelima jarinya sembari menuruni tangga.
"Bye-bye Calista," sahut Bobby dan Rian berjamaah.
Kini keduanya menelan ludah menatap Evan yang berjalan kearah mereka dengan wajah kesal.
lalu paman nya Calista mna knpa gk ada yg belain Calista
kasian km cal Malang sekali nasib km udah mah kurang tidur blum LG harus kuliah semoga km sehat selalu ya cal
kan jadinya kehilangan jejaknya Caca
fix sih Evan sama Calista gaakan cuma hubungan sementara 2bulan tapi lanjooot terus wkwk