Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curahan Hati
Else begitu gelisah, dia ingin tahu kabar tentang bayi Laura.
Dari tadi dia terus saja mondar-mandir tidak jelas.
"Aku keluar saja," gumam Else seraya membuka pintu kamarnya.
Perempuan itu tidak mendapati siapapun kecuali para pelayan.
Tak lama Else melihat si kembar yang baru saja pulang ke mansion.
Mark dan Marvel langsung mendatangi Else di sana.
"Terima kasih kakak ipar untuk gantungan kunci sapinya," ucap mereka dengan kompak.
Jujur saja ini adalah interaksi pertama Else dengan si kembar.
"Sama-sama," balas Else. Dia melirik ke arah tas si kembar.
Ternyata mereka langsung memakai gantungan kunci sapi pemberiannya.
"Cepatlah mandi dan makan malam, hari ini semua orang pergi ke rumah sakit," ucap Else.
Si kembar sudah tahu tapi tidak tahu secara detailnya.
Seperti biasa mereka tidak banyak bicara dan pergi ke kamar mereka masing-masing.
Tertinggal Else sendirian lagi yang menunggu kabar.
Beberapa menit kemudian nyonya Claudia pulang sendirian tanpa Hugo. Padahal saat berangkat mereka bersama-sama.
"Ibu..." panggil Else.
Atensi nyonya Claudia langsung ke arah sang menantu palsu.
"Panggilkan Butler!" pintanya.
Dia ingin memanggil kepala pelayan mansion keluarga Duke.
Namun, Else tidak memanggil pelayan itu karena ingin melayani ibu mertuanya sendiri.
"Apa yang ibu butuhkan?" tanya Else.
"Ambilkan sampanye di gudang penyimpanan!" pinta Nyonya Claudia.
Dengan cepat Else berjalan ke arah gudang dan mengambil satu botol sampanye seperti yang nyonya Claudia inginkan.
"Sepertinya suasana hati ibu sedang buruk," gumam Else.
Dia cepat kembali dan ternyata nyonya Claudia sedang menunggunya di ruang keluarga di mana perapian di sana sudah dinyalakan.
"Apa ibu menyalakan perapian itu sendiri?" tanya Else.
"Kadang aku melakukan semua sendirian," balas nyonya Claudia seraya mengulurkan satu tangannya. Dia ingin meminta sampanye yang berada di tangan sang menantu.
Else tidak langsung memberikan sampanye itu tapi menuangkannya di gelas lalu memberikannya pada nyonya Claudia.
"Silahkan, ibu!"
Nyonya Claudia tampak mengukir senyumnya, dari awal dia sudah merasa kalau Else memang benar-benar berbeda.
"Kau pasti sudah tahu tentang kehamilan Laura, bukan?" tanyanya kemudian.
"Itu..." Else kebingungan menjawabnya.
"Aku merasa sangat kecewa sekali hari ini pada anak-anakku, ternyata mempunyai anak banyak tidak serta merta membuat tenang," ucap nyonya Claudia.
Perempuan yang sudah tidak muda lagi itu menatap ruang keluarga Duke.
"Dulu ketika suamiku masih hidup, kami sering menghabiskan waktu di tempat ini dan membesarkan anak kami bersama tapi setelah suamiku meninggal, semua jadi berubah," lanjutnya.
Else hanya bisa mendengarkan tanpa mau menyela satu katapun.
"Sekarang mereka semua sudah dewasa jadi bisa mengambil keputusan tanpa melibatkan aku," ucap nyonya Claudia lagi.
Untuk kali ini Else ingin mengungkapkan apa yang ada di kepalanya.
"Bukan seperti itu, Ibu. Lebih tepatnya mereka tidak mau menyeret ibu dalam masalah mereka karena justru menghargai perasaan ibu, selama ini ibu sudah kehilangan suami dan hidup sendirian jadi mereka hanya tidak mau menjadi beban," ungkap Else dengan asumsinya.
"Kalau aku punya orang tua pasti setiap ada masalah aku tidak mau gegabah mengeluh pada mereka, aku akan mengatakannya jika masalahnya sudah selesai jadi tidak akan membuat mereka kepikiran, aku hanya ingin orang tuaku bisa menikmati hidupnya dengan tenang!"
Nyonya Claudia menatap Else dengan intens, dia mencerna setiap kalimat yang dilontarkan oleh sang menantu itu.
"Aku berpikir kalau aku gagal menjadi seorang ibu, aku dari tadi bertanya-tanya apa kesalahan yang sudah aku buat selama ini," ucap nyonya Claudia.
Else menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Setiap orang pasti mempunyai kesalahan ibu tapi jangan berpikir kalau ibu sudah gagal menjadi seorang ibu!"
"Buktinya si kembar yang tidak banyak bicara mengucapkan terima kasih padaku hanya untuk sebuah gantungan kunci, kalau bukan dari didikan ibu pasti mereka tidak akan melakukan itu, bukan?"
Memang membesarkan anak laki-laki tidak sama seperti anak perempuan.
Jujur saja, setelah berbicara dengan Else malam ini, nyonya Claudia mulai merasa tenang.
*
*
Hugo kembali ke mansion dan melihat Else tengah menyelimuti sang ibu di ruang keluarga.
Perempuan itu melihat Hugo dan memberi kode supaya tidak menimbulkan suara apapun.
Kemudian Else mendekati sang suami palsu dan menggandeng tangannya menjauh.
"Ibu baru saja tidur setelah menghabiskan setengah botol sampanye," bisik Else.
Hugo masih diam tapi setelah sampai kamar mereka, dia ingin tahu keadaan nyonya Claudia.
"Benar hanya setengah botol saja? Biasanya kalau pikiran ibu tidak baik-baik saja, dia akan mabuk berat dan menghabiskan beberapa botol alkohol," ucap Hugo.
"Aku sudah bersusah payah untuk menghentikan ibu jadi aku rasa ibu tidak akan mengalami hangover besok," balas Else.
Senyum terukir di wajah Hugo karena Else yang mampu menjinakkan hati ibunya.
Tidak sembarang orang bisa membuat nyonya Claudia menurut seperti itu.
"Aku merasa bersalah hari ini pada ibu," ungkap Hugo kemudian.
Else menghela nafasnya kasar lalu memukul pelan dada lelaki itu. "Kau yang membuat semuanya rumit!"
"Seharusnya dari awal jangan menyeretku untuk masuk kemari, kau bisa langsung menikahi Kara dan tidak perlu bersandiwara seperti ini!"
"Kalau aku melakukan itu artinya sekarang kau masih dalam jeruji besi dan merasakan dinginnya tempat itu," balas Hugo.
Dia melepas bajunya dan memperlihatkan dada bidangnya.
"Kau tidak akan bisa merasakan kehangatan tubuh ini!"
Astaga, lelaki itu sungguh percaya diri tapi Else menyukainya.
Else mendekat dan langsung memeluk Hugo, otomatis suhu tubuh mereka saling menyatu.
"Minta maaflah besok pada ibu supaya kalian tidak saling menyalahkan satu sama lain," ucap Else mencoba memberi solusi.
"Sekarang kau sudah berani memerintahku, ya?" Hugo menunduk dan mencium Else di sana.
"Mau melakukan sesuatu yang sakit tapi enak lagi?"
lalu kenapa else sebagai orang luar merasakan manis,apa sekarang else mengandung keturunan duke 🤔 .