Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 : Bertamu ke Kediaman Fang
Malam Hari
Mo Lian duduk bersila dengan mata terpejam di atas kasur. Ia sedang mencoba untuk menerobos ke Ranah Inti Perak, agar memudahkannya berhadapan dengan seluruh anggota dari Pasukan Taring Naga. Meski dapat membunuh mereka semua dengan tingkat yang sekarang, namun tentunya karena mereka adalah pasukan militer, mereka pasti memiliki senjata berat.
Ketika Mo Lian membuka matanya, hari sudah memasuki tengah malam dengan bulan berada diposisi puncaknya. Ia beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju lemari baju untuk mengambil pakaian serba hitam, dengan topi serta penutup wajah.
Hari ini ia berencana untuk membunuh orang yang memang pantas untuk dibunuh. Setelah selesai berganti pakaian, ia membuka jendela kamarnya dengan perlahan, kemudian melompat keluar lalu terbang menuju Kediaman Fang.
Kediaman Fang bukan berada di Real Estate Emei, melainkan di Real Estate lainnya yang jaraknya cukup jauh karena berlawanan arah. Mo Lian membutuhkan waktu lebih dari satu jam lamanya dengan kecepatannya yang sekarang.
Saat berada di wilayah perkotaan, Mo Lian memutuskan untuk melompat antar gedung, dengan harap tidak terlalu menarik perhatian orang. Bagaimanapun Kota Chengdu di malam hari selalu terang benderang, berbeda dengan Kota Hanzhong yang berada di tepi Provinsi.
Saat telah tiba di Kediaman Fang, Mo Lian bersembunyi di atas pohon yang cukup rindang, ia memejamkan mata untuk mengedarkan kesadarannya. "Ada sekitar 50 penjaga, 20 diantaranya memegang senjata api."
Dengan perlahan, Mo Lian turun dari atas pohon, ia mengendap-endap mendekati dinding kediaman. Berjalan menyamping hingga mencapai ruangan yang terdapat seorang pemuda tengah tertidur pulas.
Mo Lian menolehkan kepalanya secara perlahan melihat melalui dinding kaca. Terlihat pemuda yang tengah tertidur dengan beberapa kabel menempel di tubuhnya, serta satu selang infus di pergelangan tangan. Pemuda itu tidak sendirian, ia di temani beberapa dokter serta pengawal yang berjaga.
Senyum masam terlihat di wajah Mo Lian saat melihat ini, akan sangat menyulitkan untuknya membunuh Fang Tian yang sedang tertidur jika dijaga oleh beberapa pengawal. Jika ia membunuh salah satu dari mereka, tentunya yang lain akan berteriak, yang mana ini dapat menimbulkan kepanikan dan kemudian mengundang lebih banyak orang.
Mo Lian terdiam sejenak dengan kepala tertunduk, beberapa saat kemudian ia mendongakkan kepalanya kembali. Ia melihat semak-semak dengan beberapa bunga di depannya, yang kebetulan menghadap ke arah dinding kaca.
Ia menggerakkan sedikit kakinya, dan secara tiba-tiba telah muncul di balik semak-semak. Mo Lian mengalirkan sejumlah besar energi spiritual ke ujung jari telunjuk, kemudian mengarahkan jari itu pada dinding kaca, lebih tepatnya ke arah kepala Fang Tian.
Wush! Crack!
Energi spiritual melesat secepat kilat menembus dinding kaca, kemudian menembus kepala Fang Tian begitu saja. Darah mulai merembes keluar dari kedua sisi kepala Fang Tian dan membasahi bantal yang dikenakan.
Setelah kematian Fang Tian, Pantient Monitor berbunyi dengan suara panjang, menandakan bahwa pasien yang dirawat telah kehilangan nyawa.
Mendengar itu, dengan sigap pengawal maupun dokter mengecek keadaan Fang Tian. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat kepala dari Fang Tian telah tertembus seperti terkena peluru, keributan besar pun terjadi di dalam ruangan.
"Kalian! Cepat cari pembunuh Tuan Muda! Apa yang harus kita katakan pada Tuan jika melihat anaknya telah tewas, lalu kita tidak dapat menemukan pembunuh ini!"
Dengan panik mereka semua keluar dari ruangan.
Mo Lian yang melihat ini hanya diam dengan seringai lebar. Untuk saat ini ia hanya membunuh Fang Tian, tapi tidak menutup kemungkinan ia akan membunuh seluruh anggota mereka.
Setelah selesai melaksanakan tugasnya, ia keluar dari Kediaman Fang dengan cepat namun pasti dan menghindari sorotan dari CCTV. Ia tidak langsung pulang ke rumah, ia memutuskan untuk pergi ke gunung belakang sekolah.
Puluhan menit terlewat, Mo Lian telah tiba di gunung belakang gedung sekolah. Ia melepaskan seluruh pakaian hitam yang dikenakannya, membuang topi maupun kain penutup wajah.
Mo Lian menumpuk semua pakaiannya. Kemudian, dengan jentikkan jari, pakaian itu terbakar begitu saja dan menjadi abu.
"Untungnya aku memakai pakaian dua lapis." Mo Lian berbalik menuruni gunung.
Kali ini pakaiannya tidak lagi berwana hitam, ia memakai kaus berwarna merah dengan celana berwarna putih, dengan sweater berwana biru tua dengan corak garis-garis halus berwarna putih di lengannya.
Meski telah melepaskan penyamaran, Mo Lian tetap berjalan dengan menghindari sorotan CCTV. Bagaimanapun yang diketahui orang-orang dari kepolisian, bahwa Mo Lian masih berada di Real Estate Emei jika melihat dari rekaman CCTV, bukan berada di luar.
Dua jam kemudian, Mo Lian telah tiba di Mansion Bai Long. Ia membutuhkan waktu selama ini untuk berjalan kaki, menghindari kerumunan maupun fasilitas umum yang dapat membeberkan keberadaannya.
Mo Lian melompat ke tempat tidur dengan posisi tengkurap. "Ah! Sepertinya besok akan ada berita menarik," gumamnya kemudian menutup mata.
***
Mo Lian membuka matanya, ia sedikit merangkak di atas tempat tidur dengan tangan kanan direntangkan mencoba untuk meraih telepon genggamnya yang berada di atas meja. Ketika ia menyalakan telepon genggam, terpampang berita tentang kematian Tuan Muda Keluarga Fang, sekaligus pewaris dari Fang Corporation.
"Baru berselang beberapa jam, namun berita tentang kematiannya telah tersebar luas. Seharusnya keluarga besar seperti mereka dapat merahasiakan tentang kematian ... sepertinya di sana ada yang melaporkannya pada jurnalis maupun polisi, sehingga dengan cepat beritanya tersebar."
Mo Lian terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya, "Dengan ini satu orang telah menghilang. Sekarang di Kota Chengdu tinggal seluruh Keluarga Long. Tapi penjagaan Keluarga Long lebih ketat dari Keluarga Fang, terlebih lagi mereka dapat menyewa anggota Pasukan Taring Naga, tentunya keluarga mereka juga dilindungi oleh Pejuang."
Mo Lian berpikiran jika Keluarga Mo yang berada di Kota Chongqing juga memiliki seorang Pejuang, bagaimanapun di sana merupakan kota yang diatur langsung oleh Pemerintah Pusat. Dan mengingat fakta tentang keluarga mereka yang merupakan keluarga militer, tentunya mereka juga mengetahui tentang Pasukan Taring Naga serta Pejuang.
"Sudahlah, tidak usah memikirkan itu dulu. Untuk saat ini lebih baik aku fokus meningkatkan kekuatan dan bersekolah." Mo Lian menggelengkan kepalanya, ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Setelah selesai memberikan diri, berganti pakaian serta menyantap sarapan. Ia berangkat sekolah, pertama mengantar Mo Fefei, kemudian pergi ke sekolahnya.
Mo Lian turun dari mobil, berpamitan pada Lee Dong kemudian berjalan menuju gerbang. Namun saat ia hendak masuk, ia diberhentikan oleh seorang pria dewasa berseragam kepolisian dengan rambut berwarna biru tua.
Mo Lian menaikkan sebelah alisnya saat melihat pemuda itu. "Pejuang?" gumamnya pelan hampir tak terdengar.
Pria itu mengeluarkan tanda pengenalnya dan memperlihatkannya pada Mo Lian. "Kami dari kepolisian, tolong kerjasamanya dengan mengikuti kami dan jangan melawan," ucapnya dengan nada sedikit ancaman.
"Maaf. Aku harus bersekolah, apakah kau tidak mendengarnya? Bel pertama telah berbunyi." Mo Lian melewati petugas itu tanpa menoleh ke samping maupun belakang.
"Tunggu!" Polisi itu menahan Mo Lian dengan mencengkeram erat pundaknya.
Mo Lian menghentikan langkah kakinya. "Ada apa? Begini 'kah cara kepolisian meminta kerjasama?" tanya Mo Lian tanpa menolehkan kepalanya.
Polisi itu menggertakkan giginya, kemudian menjawab pertanyaan itu dengan suara berat, "Ikuti aku sekarang! Atau kau akan menerima akibatnya!"
Mo Lian terdiam sejenak, kemudian senyum lebar bisa terlihat menghiasi wajahnya, ia berbalik menatap wajah polisi itu. "Baiklah. Tapi bagaimana dengan sekolahku?"
"Kau tidak perlu khawatir ..." jawab polisi itu. Ia berbalik, kemudian melanjutkan perkataannya seraya berjalan menuju mobil polisi, "Pihak kami telah meminta izin kepada pihak sekolah. Kau ikuti aku masuk ke dalam mobil!"
Mo Lian hanya mengangguk kecil, kemudian berjalan mengikuti pria itu. Ia membuka pintu mobil, terlihat dua orang wanita cantik berseragam, yang satunya tersenyum pada Mo Lian, dan satunya menatap tajam padanya.
Melihat ini, Mo Lian hanya terdiam dan duduk di kursi depan sebelah pria dewasa. Ia sendiri tidak merasa kaget saat melihat wanita itu, pasalnya ia telah merasakan kehadiran Pejuang saat ia datang ke sekolah. Ketiga orang ini berada di Fase Mendalam tahap Awal, Menengah dan Akhir, atau Wu-Zong.
Setelah Mo Lian masuk, mobil melaju dengan kecepatan stabil. Beberapa puluh menit berlalu, mobil telah tiba di tempat yang sangat sepi, dipenuhi pepohonan rindang dengan gemericik air mengalir.
"Keluar!" Pria dewasa itu membentak Mo Lian dengan keras, kemudian keluar dari mobil.
Mo Lian mengangguk kecil mengikuti perkataan itu.
"Bisa kau suruh orang-orangmu yang bersembunyi dibalik pohon untuk keluar?"
Ketiga orang di depan Mo Lian terdiam dengan mulut terbuka lebar, mereka bertiga tak berharap jika penyamaran anggota mereka dapat diketahui. Namun meski begitu pria dewasa itu menyeringai lebar, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha! Hebat! Kau bisa mengetahui keberadaan mereka. Kalian semua, keluar!" Pria dewasa itu berteriak memberi perintah.
Seketika dari balik pohon maupun semak-semak, keluar pria serta wanita yang jumlahnya lebih dari 30 orang, orang-orang itu memandang pada satu arah, Mo Lian.
"Kau mungkin berbakat karena dapat mengalahkan Hong! Namun karena kau mematahkan anggota tubuhnya. Maka kau menyingung seluruh Pasukan Taring Naga!"
"Apakah Pasukan Taring Naga bekerja dengan Keluarga Long? Bagaimana bisa anggota dari pasukan elit menjadi suruhan dari keluarga untuk mencelakai orang?" tanya Mo Lian dengan wajah datar.
Pria yang tak diketahui namanya itu menggertakkan giginya, wajahnya mengeras dengan urat terlihat di leher. "Kau! Menghina Pasukan Taring Naga! Kau mungkin merasa hebat karena dapat mengalahkan Wu-Zun. Tapi di sini ada tiga Wu-Zong, dengan puluhan orang ditingkat Wu-Zun! Hari ini, kau akan mati!" ucapnya penuh penekanan dengan aura Wu-Zong tingkat Akhir keluar dari dalam tubuhnya.
"Serang!"
...
***
*Bersambung...