Antara Cinta Dan Pernikahan

Semua orang sudah berkumpul untuk sarapan hanya pasutri itu yabg tak hadir di meja makan tersebut. Bu sophi melihat ke arah anak bungsunya yang tengah menikmati roti panggangnya.

" Jes bangun kan abangmu suruh dia sarapan sekalian bilang mamah mau bicara" titah bu sophi pada anak bungsunya itu.

" Biarkan saja tak perlu diganggu" ucap nenek tati protes.

Ibu dan anak itu saling tatap dan bu sophi memberikan kode, agar jesica mendengarkannya dengan menggerakkan kepalanya.

" Iya iya mah!" ucap jesica yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

Wanita yang mengenakan rok mini itu berjalan menuju lift, setelah masuk ia memanyunkan bibirnya sebal.

" Kenapa gak dibiarin aja sih udah pada dewasa juga" gerutu jesica.

Gadis muda itu sudah berada didepan pintu kamar kakaknya. Tanpa mengetuk ia memutar knop pintu.

" Abang ditungguin mamah diba_" teriak jesica sembari melihat ke arah ranjang pasutri itu yang masih bermesraan.

Mata gadis 19 tahun itu membelalak, dengan mulut terbuka melihat posisi abangnya yang berada diatas ijah. Juga melihat abangnya yang tampaknya tak mengenakkan pakaian, hingga bagian atasnya terlihat tanpa busana.

" Iiiih abang! Kalo nina ninu pintunya dikunci dong" teriak jesica yang segera membalikkan tubuhnya, setelah menutup kembali pintu kamar sang abang.

Gadis itu langsung beranjak dari sana dengan menutup mukanya dengan telapak tangan.

Sementara yang ada dikamar saling tatap dan terkejut, lalu melihat ke arah bawah. Sekian detik mereka menyadarinya.

Zahra segera mendong zayn dari tubuhnya dan menutup wajahnya dengan selimut. Didalam wanita muda itu merutuki kebodohannya.

Sedangkan zayn bingung dengan keadaan yang tiba-tiba. kepalanya celingak-celinguk entah apa yang harus ia lakukan.

Namun zayn melihat ke arah ijah yang menutupi wajahnya dengan selimut. Lelaki itu menarik selimut itu dengan fikiran nakal.

" Untuk apa kamu sembunyi?" tanya zayn menatap wajah zahra yang merona dibagian pipi.

" Cepat mandi duluan tuan" titah zahra menarik kembali selimutnya untuk menyembunyikan wajahnya.

" Cantik! Mandi bareng aja yuk! " ajak zayn dengan mengedipkan matanya.

" Jangan aneh-aneh tuan!" tolak zahra yang langsung mendorong kuat zayn hingga terjatuh ke bawah ranjang.

" Za! Kamu jahat banget main dorong-dorong" ujar zayn tak suka dan langsung berdiri berkacak pinggang.

Zahra membuka selimutnya dan menatap zayn yang berdiri, namun netranya malah fokus pada bagian tengah bawah pusar. Wanita muda itu melotot melihat bagian tersebut.

" Aaaaahhhh!" teriak wanita itu yang kembali menutupi wajahnya dengan selimut.

Zayn melihat kearah bawah tubuhnya dan menyadari kecerobohannya. Lelaki itu langsung berusaha menutupinya dan berlari ke arah kamar mandi.

Setelah terdengar suara kamar mandi tertutup. Zahra membuka selimutnya, dengan wajah miris wanita itu menggelengkan kepalanya sembari memejamkan matanya.

" Bisa-bisanya aku meihat itu" ujarnya menggerutu.

...****************...

Jesica kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang tertutup dengan kedua telapak tangannya. Bu sophi yang melihatnya pun menatap anak bungsunya yang aneh begitu pun yang lain.

" Kenapa kamu jes ?" tanya ibunya jesi mengerutkan keningnya.

" Jangan tanya mamah! Aku lagi berusaha ngelupain tingkah abang" sahut jesi membuat semuanya semakin menatapnya aneh.

" Emang abang kamu ngelakuin apa ?" tanya nenek tati dengan wajah penasaran melupakan koran yang dipegang kedua tangannya.

" Itu nek! Abang sama ijah lagi nina ninu dikamar, pintunya gak dikunci lagi" jawab jesi dengan lantang.

Erik dan jeni yang tengah menikmati sarapannya langsung tersedak, bahkan erik memuncratkan makanan yang ada dalam mulutnya.

jeni segera meminum air putih disamping piringnya sampai tandas, sedangkan erik terbatuk batuk.

Bu sophi menganga mendengarnya. Berbeda dengan sang tetua keluarga tersebut yang hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, lalu melanjutkan kegiatan membacanya.

" Ngilu aku ngelihatnya mah!" ujar jesi lagi sambil menutup wajahnya berusaha agar tak mengingat apa yang dilihatnya tadi.

...****************...

Dikamar zayn sudah mandi dan berbalut kaos polo berwarna putih dengan rapi. Ia melihat wajahnya dan memakai pelembab wajah khusus pria.

Namun saat melihat bagian lehernya, ia tersenyum. Masih teringat jelas bayang-bayang malam pertamanya dengan ijah, yang membuatnya ingin mengulang kembali.

Ia melihat kembali, sangat jelas tanda merah bekas semalam.

" Sungguh maha karya yang indah " ucapnya, lalu meraih sisir dan merapikan rambutnya didepan cermin.

Ia mendengar gemericik air dikamar mandi yang sudah pasti istrinya tengah membersihkan diri. Saat ia melewati ranjang, matanya tak sengaja melihat noda merah yang menempel disprei.

Lagi-lagi ia mengingat kenangan semalam. Bibir lelaki itu berseringai mengingatnya seolah baru sejam lalu kenangan itu terjadi.

" Benar, semalam dia menangis sepertinya aku terlalu gagah menggaulinya" narsis lelaki itu sambil senyuman yang masih menghiasi wajahnya.

Zayn keluar dari kamarnya untuk mengisi tenaga yang terkuras semalam. Ia turun menggunakan lift, lalu berbelok ke ruang makan.

Terlihat hanya sang nenek yang duduk diujung meja makan tersebut. Ia mendekat, lalu duduk di kursi sebelah kanan sang nenek.

" Pagi nek!" sapa zayn sembari mencium kening sang tetua tersebut.

" Pagi juga!" sahut nenek tati tersenyum.

" Kemana yang lain kok nenek sendirian?" tanya zayn sambil mengambil roti dan selai strawberry.

" Sudah pada sarapan, mungkin sudah pada sibuk" jawab nenek tati, namun sedetik kemudian wanita tua itu mengingat sesuatu.

" Apa semalam sukses zayn?" tanya nenek tati menatap zayn dengan mata menyelidik.

Zayn diam tak menjawab, tapi tangan kanannya memamerkan tanda merah dilehernya.

" Wow! Apa itu artinya sukses?" tanya wanita yang sudah beruban sepenuhnya itu dengan begitu antusias.

Zayn hanya mengangguk sembari tersenyum, lalu menikmati sarapannya. Hening sejenak nenek dan cucu itu larut dalam pikiran masing-masing.

" Ngomong-ngomong nenek memilihmu untuk melanjutkan perusahaan" ucap nenek tati.

" Nenek ingin segera pensiun, kau fokus juga lah pada perusahaan kakekmu jangan buat film terus" tambahnya lagi.

" Berikan saja pada erik atau jeny, aku tak mau" ucap zayn menolak keinginan sang tetua.

" Ayolah zayn jeny suka bulak-balik luar kota bahkan luar negri. Kalo erik dia masih muda belum punya pengalaman yang mumpuni, tapi kau cucu nenek yang paling sukses. Lihatlah! Perusahaanmu bersinar tanpa bantuan nenek, jadi nenek percaya padamu" bujuk wanita tua tersebut.

" Ajari saja erik, aku yakin dia bisa memimpin perusahaan. Bukankah ia lulusan paman syam" ucap zayn keukeuh menolak bujukan sang nenek.

" Dia butuh waktu untuk mencari pengalaman. Perusahaan orang tuanya saja belum bisa ia handle bagaimana dengan perusahaan kakekmu. Ayolah zayn datang ke perusahaan minggu depan, ok!" ucap sang tetua itu tak mau kalah.

" Aku tak bisa janji, tapi aku lihat jadwalku dulu" ucap zayn akhirnya dan nenek tati pun mengangguk setuju.

Tanpa mereka sadari erik mendengar perbincangan tersebut, jika zahra harus diberikan pada zayn setidaknya perusahaan kakeknya tidak diberikan pada abangnya juga.

" Ini tidak adil" gumam lelaki tampan itu.

...****************...

Zayn membawa nampan kekamarnya. Setelah masuk ia melihat zahra yang memeluk lututnya di atas sofa panjang sambil terisak. Dengan kening berkerut lelaki itu mendekatinya.

Zayn duduk disamping ijah sambil menaruh nampan yang berisi susu dan beberapa potong roti yang sudah ia olesi dengan selai kacang kesukaan istrinya.

" Kamu kenapa menangis?" tanya zayn mengusap puncak kepala zahra dengan lembut.

" Aku sudah gak gadis hiks" jawab zahra membuat zayn memutar bola matanya malas.

" Aku harus memilih antara cinta dan pernikahan tak mungkin aku memilih keduanya" ucap wanita itu lagi.

" Cinta! Apa maksud kamu itu nathan?" tanya zayn dengan suara yang naik 3 oktaf.

Tangan lelaki itu terkepal, lalu memalingkan wajahnya yang mulai kesal. Sementara zahra hanya diam dan menoleh ke arah zayn.