Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Misterius
Renata dilarikan ke UGD untuk segera ditangani.
Alvaro dan Sanaya menghampiri Tuan J yang sedang menunggu di luar.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Alvaro pada Tuan J.
Pria bermata kelam itu menatap Alvaro tanpa ekspresi, lalu menatap Sanaya yang sedang menangis sesenggukan.
"Kenapa kamu ke sini? Kamu sudah menyelidik restauran yang membuat Nona Angelica seperti itu?" Tuan J justru bertanya balik.
"Aku..." Alvaro tidak bisa melanjutkan perkataannya.
"Kenapa kamu selalu tidak becus dalam melakukan sesuatu, Alvaro?"
Alvaro mengepalkan tangan, bukannya tidak ingin menyelidiki restauran itu, tapi dia sudah tahu siapa pelakunya. Namun, dia memilih untuk bungkam.
Ada satu hal yang membuatnya mau tidak mau menutupi itu. Kini, dia hanya berharap agar Renata baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu pada Renata, dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Kemudian Tuan J memanggil Bodyguardnya dengan isyarat tangan.
"Ada apa, Tuan?"
"Tutup restauran itu, selidiki apakah kejadian ini disengaja atau tidak," perintah Tuan J.
"Baik, Tuan."
Bersama itu pula Sanaya mencengkram kemeja belakang Alvaro. Wanita itu terlihat panik.
Sedang Alvaro memasang raut wajah yang begitu kusut.
Cklek
Pintu UGD terbuka menampakan pria dengan memakai scrub suits dan stetoskop yang dikalungkan di leher.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Alvaro yang langsung menghampiri Dokter itu.
"Alergi yang dideritanya tidak mengarah pada dampak yang serius, beruntung karena dia mendapatkan pertolongan pertama dan segera di bawa ke rumah sakit," jawab sang Dokter.
Sepertinya pertolongan pertama yang dilakukan Tuan J cukup membantu Renata.
"Ah, syukurlah," Alvaro menghela napas lega.
"Dia alergi apa, Dok?" tanya Tuan J kemudian.
"Alergi stroberi. Ketika dia mengonsumsi stroberi imun tubuhnya bisa menghasilkan reaksi buruk terhadap protein tertentu yang ada di dalam stroberi."
Tuan J terdiam untuk memikirkan perkataan Dokter. Dia ingat sekali jika makanan yang dimakan Renata tidak mengandung buah stroberi. Namun, kenapa itu bisa terjadi?
"Tenang saja, dia sudah mendapatkan penanganan medis dan suntikan untuk mengatasi reaksi alergi. Kalau alergi, lebih utama adalah mengenali dan mencegah. Karena alergi tidak bisa disembuhkan kecuali hilang sendiri seiring usia atau desensitisasi," sambung Dokter.
Tuan J mengangguk.
"Terima kasih, Dok," ucap Alvaro.
Dokter pun berlalu, Tuan J memasuki UGD diikuti Alvaro. Namun, lengan Alvaro segera ditahan Sanaya.
"Apa?" tanya Alvaro dingin.
"Alvaro, kamu harus melindungi aku. Ingat aku sedang mengandung. Kamu tidak akan membiarkan aku dan anakmu masuk penjara, bukan?" ucap Sanaya berkaca-kaca.
Itulah alasan yang membuat Alvaro bungkam. Istrinya sedang mengandung. Dia juga kaget dengan kenyataan itu. Sanaya baru memberitahunya. Senang, tentu saja dia senang, tapi disaat bersamaan perbuatan Sanaya membuat perasaan menjadi rumit.
"Kamu tenang saja."
"Kalau begitu, ayo kita pergi, bukankah Kak Angel sudah baik-baik saja?" ujar Sanaya seraya menarik-narik lengah Alvaro.
"Kamu saja yang pergi!" sentak Alvaro dengan menerima tangan Sanaya kasar.
"Hiks, kenapa kamu kasar padaku? Tidak seharusnya kamu kasar kepada wanita hamil."
Air mata. Ya, itulah yang selalu menjadi kartu As Sanaya.
Alvaro menarik napas kasar, "Baiklah."
Sebaiknya memang Alvaro mengantar Sanaya pulang dulu. Setelah itu, dia bisa kembali ke rumah sakit.
**
Di dalam ruang UGD.
Tuan J berdiri di samping brankar pasien.
Terlihat Renata sedang menutup matanya, wajahnya terlihat memerah, sudah dipastikan itu pasti sangat gatal. Ada alat bantu pernapasan di hidung serta sebuah infus yang tertancap di punggung tangan.
Gadis yang biasanya melawan, kini benar-benar lemah saat ini.
Dipegangnya tangan milik Renata untuk digenggam dengan lembut.
"Cepatlah sembuh, ini adalah perintah."
**
Renata mengernyit, lalu membuka matanya.
Hal pertama yang dilihat adalah langit berwarna biru dengan sedikit awan. Kemudian bangkit dan melihat hamparan bunga tulip yang tertata dengan rapi.
Renata tertegun karena keindahan bunga-bunga tulip dengan berbagai macam jenis, hamparan bunga yang luas dengan background bukit yang megah, serta terdapat area yang tertutup salju.
"Di mana ini?" tanya Renata pada dirinya sendiri.
Tidak ada satu orangpun di sini, kecuali dirinya.
Kemudian Renata berjalan, menyusuri hamparan bunga tulip yang terlihat tanpa ada ujungnya itu. Angin sepoi-sepoi membuat wangi semerbak dari bunga yang menghantarkan rasa nyaman.
Bukannya tadi dia berada di restauran dan mendadak terserang alergi? Lalu...
Wajah Renata merona ketika mengingat apa yang dilakukan Tuan J. Kemudian Renata menggeleng. Tidak, ini bukan saatnya memikirkan itu, yang terpenting sekarang adalah mencari tahu ada di mana dirinya sekarang.
Sayup terdengar alunan biola, bergema dengan irama lemah lembut. Renata menghentikan langkah sejenak, melihat sekeliling untuk mencari keberadaan orang yang bermain biola.
Di tengah-tengah hamparan bunga tulip terlihat seorang wanita dengan gaun serba putih, berambut panjang, berdiri dengan posisi punggung lurus, serta sedang bermain biola yang berada di antara tulang bahu dan leher.
Alunan merdu mesra biola semakin terdengar jelas ketika Renata melangkah mendekat menghampiri wanita itu, dan terdengar pula iringan suara nyanyian yang menggetarkan jiwa.
Siapa wanita misterius itu?
Srek
Wanita itu membuka mata ketika mendengar suara langkah yang mendekat, menunjukkan bola mata berwarna hitamnya malam.
"Kamu datang?" wanita itu tersenyum pada Renata.
Renata berkedip beberapa kali, dirinya merasa familiar dengan wanita itu.
"Namaku Aruna."
Mata Renata terbelalak, terlihat tidak percaya.
Ya, Renata mengingatnya sekarang.
Wanita itu adalah Ibu dari suaminya, Aruna Verlyta. Sosok wanita yang hanya pernah dilihatnya dari pigura foto.
Aruna tersenyum lembut dan menggeleng, seakan tahu apa yang tengah dipikirkan Renata, "Bukan, aku Aruna Tjong."
"Ibu Jefra Tjong?" ucap Renata agak ragu.
"Ya."
Kenapa Renata bertemu dengan Ibu dari Tuan J? Memangnya di mana dirinya sekarang?
"Apa kamu sekarang merasa bingung?" tanya Aruna tertawa pelan.
Renata mengangguk, tentu saja dia merasa bingung.
"Itu wajar, karena semua orang pasti merasa bingung ketika menemukan dirinya masuk ke dalam novel dan berakhir ditempat misterius seperti ini."
"Kamu tahu soal aku yang masuk ke dalam novel?" Renata menunjukkan raut wajah terkejut.
"Ya," jawab Aruna membenarkan, "Kamu dan Jefra memiliki masalah yang belum terselesaikan, karena itu Tuhan mengabulkan permintaan terakhirmu untuk bisa bertemu dengannya lagi."
"A-apa maksudmu?"
"Suamimu juga masuk ke dalam novel. Jefra Tjong, dia adalah suamimu."
Deg
Jantung Renata terpompa tidak menentu, "Ja-jadi dia benar-benar Jefra-ku?"
"Ya, ingatannya terkunci karena masa lalu yang begitu kelam dari tubuh yang ditempatinya."
Kristal bening menetes dari pelupuk mata Renata. Ternyata, tanpa diketahui dirinya sudah dipertemukan dengan sang suami.
"Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" tanya Aruna kemudian.
"A-apa?" tanya Renata balik.
"Tolong selesaikan masalah dari tubuh yang kamu tempati dan hiduplah bahagia bersama Jefra setelahnya. Aku titipkan putraku padamu."
_To Be Continued_