Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"
"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Wiwin Janda kembang
Pagi itu dirumah juragan Karta,penjaga yang tadi malam berjaga sudah pulang kerumah masing-masing,baru sore nanti mereka datang digantikan dua orang yang bertugas pagi,sementara para pekerja yang akan bekerja diladang dan menjemur padi sudah berdatangan.
Dua anak buah juragan Karta masuk kegudang ingin mengecek padi dan mengeluarkan yang masih basah untuk dijemur,mereka asyik berbincang dan bercanda tanpa mereka ketahui ada mayat teman mereka teronggok dipojok gudang.
"Eh,aku dengar hari ini ada janda pindahan dari desa lain,nanti siang kita pura-pura kebalai desa saja katanya siang ini dia datang,cantik menurut berita yang aku dengar,"kata salah seorang dari mereka sambil menurunkan padi-padi yang akan dijemur.
"Kang ingat anak istri dirumah,ketahuan bisa berabe,"sahut temannya.
"Ah yang penting tidak ketahuan,kan itu mah buat selingan saja,"ujarnya sambil tertawa.
"Terserah Akang saja,saya enggak akan ikut-ikutan,bisa digundulin yang dibawah,"sahut temannya.
"Ah,kamu mah penakut,sudah sana panggil para pekerja buat mengangkut padinya kedepan."
"Iya Kang,"sahut temannya,iapun pergi memanggil para pekerja laki-laki untuk mengangkat padi kedepan.
Ketika mereka akan mengangkut padi-padi yang teronggok dibawah,salah seorang yang tanpa sengaja melihat kepojok terkejut.
"Itu apa Kang,"tubuhnya gemetar sambil menunjuk kearah mayat Parjo dipojok.
Anak buah juragan Karta yang sedang merapikan tumpukan karung melihat kearah yang dituju,begitupun yang lain,mereka terkejut dan berteriak.
"Ma ma mayat,"beberapa shock sambil menujuk dan berteriak.
Dua orang anak buah juragan Karta mendekatinya.
"Ini Parjo Kang?"ujar temannya.
"Iya betul,tapi kenapa yah dia tidak pakai baju,ih kok tubuhnya melepuh semua,"seketika anak buah juragan Karta menjauh ia menatap temannya dan para pekerja yang hendak mengambil padi.
"Kang kita bawa saja keluar dulu,kita laporkan sama juragan Karta,"kata salah seorang pekerja sambil mengajak yang lain untuk memindahkan tubuh Kang Parjo.
"Iya,kalian bawa dia keluar dan tutupi tubuhnya dengan kain,aku akan melapor ke juragan Karta.
Salah seorang anak buah juragan Karta berlari kedalam rumah untuk mengabarkan berita ini,sedangkan para pekerja mengangkat mayat Kang Parjo kedepan depan dan menutupinya.
Didepan mayat Kang Parjo jadi tontonan karena kematian yang aneh,apalagi tanpa memakai baju.
Juragan Karta dan Jamila tiba didepan rumah menyuruh semua orang mundur.
"Awas-awas,mundur,"juragan Karta membuka kain penutup tubuh Kang Parjo.
"Akhhh...,Kang..,"Jamila menjerit ketakutan.
Juragan Karta cepat-cepat menutup kembali kain penutup jasad Kang Parjo,ia kemudian mengajak Jamila menjauh.
"Sudah,sudah jangan dilihat,ayo."
Setelah Jamila bisa ditenangkan Juragan Karta menyuruh mengumpulkan anak buahnya dan para pekerja untuk mengurus jenazah kang Parjo,ia sendiri pergi melapor ketempat pak Kades.
Sesampainya dirumah pak Kades,ia lansung melaporkan kejadian meninggalnya anak buahnya yang bernama Parjo secara tak wajar.
"Gimana pak Kades,apa tindakan pak Kades,masa sebagai kepala desa tidak bisa berbuat apapun."
"Kita sudah mengupayakan yang terbaik juragan,sekarang saja pak Ustadz dan Akhmad sedang ketempat Abah Harun untuk membantu masalah desa kita,"ujar pak kades sambil menahan kesal karena diremehkan juragan Karta.
"Ingat pak Kades,kalau sampai ada kejadian lagi saya akan menyuruh warga membongkar makam Sari,biar dipindahkan keluar desa atau mayatnya dibuang saja kelaut,"sambil marah dan ngomel-ngomel juragan Karta keluar dari rumah pak Kades.
Ketika juragan Karta keluar ia berpapasan sama seorang perempuan cantik,perempuan itu tersenyum pada juragan Karta.
Juragan Karta pun tersenyum matanya tak berkedip menatap kearah perempuan cantik yang kini berada dipintu rumah pak Kades.
"Assalamualaikum...."
Waalaikum salam...,"pak Kades keluar menyambut perempuan itu dan mempersilahkannya masuk,pak Kades menatap juragan Karta yang masih berdiri diteras rumahnya.
"Ada yang mau disampaikan lagi Juragan?"
"Tidak-tidak aku baru mau pergi,ingat pak Kades ucapanku,kalau pak Kades tidak bisa menangani keadaan desa ini,saya yang akan bertidak dan lebih baik pak Kades mundur saja, saya juga sanggup jadi Kades,"ucap juragan Karta sebelum pergi.
Kades Jana hanya diam sambil mengelus dada menahan kesal,kemudian ia masuk dan menemui perempuan tadi.
"Iya Ceu' ada yang bisa dibantu,"ujar Kades Jana setelah duduk.
"Jangan Ceu' atuh pak Kades,kelihatannya tua banget tapi Neng,Neng Wiwin,"perempuan itu tersenyum genit.
"Oh maaf,ya Neng Wiwin ada yang bisa saya bantu?"ujar pak Kades lagi.
"Begini pak Kades,saya Janda kembang,rencana mau tinggal disini saya membeli rumah disini,suami saya meninggal seminggu yang lalu,anak tiri saya mengusir saya,"Neng Wiwin menangis,mendekati pak Kades dan memeluknya.
"Neng janga begini,kalau Neng Wiwin mau tinggal disini silahkan, tinggal Neng Wiwin datang kebalai desa laporan biar didata disana,"Kades Jana menggeser duduknya menjauhi Neng Wiwin.
"Ekhmmmm..."
Tiba-tiba Mumun sudah ada dibelakang mereka dengan raut wajah tidak suka sama Wiwin dan marah sama Kades Jana.
Kades Jana terkejut,ia langsung bangun dan memperkenalkan Mumun pada Neng Wiwin.
"Neng Wiwin,kenalkan istri saya Mumun,dan Mun,ini Neng Wiwin warga baru kita,dia akan tinggal didesa kita,"sahut Kades Jana,ia khawatir Mumun akan ngamuk.
"Oh sudah punya istri,kalau begitu saya permisi,jangan lupa pak Kades kalau ada waktu mampir rumah saya,rumah saya tidak jauh dari tempatnya pak Darso,saya permisi dulu,"dengan senyum sinis pada Mumun,Neng Wiwin keluar dari rumah pak Kades.
Setelah kepergian Wiwin,Mumun menghentakan kakinya dan pergi masuk kamar,sambil membanting pintu kamar.
"Brukkkkk...."
"Astagfirullah...,"Kades Jana memegang dadanya terkejut.
Pak komar dan Emaknya Sari keluar dari kamar mendengar suara hentakan pintu yang sangat kencang.
"Ada apa Jan?"pak Komar bertanya sambil duduk dikursi tamu.
"Enggak apa-apa Mumun lagi ngambek,paling sebentar lagi juga baik lagi pak,cuma salah paham,"ujar Kades Jana sambil duduk didepan mertuanya.
Sementara Emaknya Sari kembali kekamar sambil menggerutu karena kaget.
"Sebenarnya ada apa Jan?"Pak Komar kembali bertanya.
"Itu pak,tadi ada warga baru melapor,dia janda cukup cantik tapi genit,ia coba meluk Jana, taunya ada Mumun dibelakang Jana,ngambek deh Mumunnya,"ujar Kades Jana.
"Awas kalau kamu macam-macam,aku hajar kamu Jan?"
"Enggak berani pak,saya cinta mati sama Mumun pak,"ujar Kades Jana mengkerut.
"Pak,kita ketempat juragan Karta,itu anak buahnya ada yang meninggal,katanya kematiannya aneh."
"Kapan Jan kejadiannya?"pak Komar terkejut.
"Enggak tahu pak,baru ketahuan tadi katanya,tadi juragan Karta datang marah-marah pak,aku bingung harus bagaimana?"
"Sabar Jan,kita cari solusinya sama-sama,mudah-mudahan Ustadz Salim dan Akhmad bisa membawa Abah Harun,bapak juga bigung,sepertinya setiap langkah yang kita ambil selalu gagal,kita berdoa saja mudah-mudahan ada jalan keluar."
Akhirnya merekapun pergi ketempat Juragan Karta untuk melihat mayat Kang Parjo.
Malamnya dirumah Juragan Karta,terlihat Juragan Karta sudah berdandan rapi,Jamila menghampirinya.
"Loh Kang mau kemana?Rapih banget,"Jamila sampai menutup hidung karena parfum yang dipakai juragan Karta tertalu berlebihan.
"Oh,mau tahlil rumahnya Parjo,masa dia kerja disini pas tahlil kematiannya aku tidak datang,iya enggak cantik?"Juragan Karta tersenyum mengoda sambil memainkan alisnya.
"Terserah Akang saja,tapi awas ya,kalau pulangnya mampir ketempat Janda yang baru pindah,aku potong tuh burung sampai habis,"Jamila kemudian meninggalkan kamar.
Juragan Karta kemudian berangkat bersama 2 anak buahnya,tapi ia bukan berangkat ke tempat tahlil tapi ketempat Wiwin Janda kembang yang baru pindah.
Mereka sampai ditempat Wiwin si janda kembang,Juragan Karta disambut ramah dan dipersilahkan masuk.
"Mau minum apa juragan?"
"Apa saja,kalau Neng Wiwin yang memberikan pasti enak,"ujar juragan sambil meraba kotak yang ia simpan dikantongnya.
Sementara kedua anak buahnya disuruh berjaga diluar.
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up