Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Satria menghentikan motor hitam kesayangan didepan salah satu gedung yang sering dia kunjungi bersama teman-temannya. Tempat yang didalamnya hanya ada banyak kemaksiatan.
Tapi tidak tahu kenapa masih saja banyak orang yang mengunjungi tempat ini.
Aneh.
Tapi itu nyata.
Dan tempat ini adalah club malam.
Satria standarkan motor, melepas helm full face dan sarung tangannya lalu menaruh benda itu diatas tangki motor.
Satria merogoh hape yang ada disaku jaketnya. Dia mengotak-atik benda itu lalu menempelkannya dikuping.
"Gue udah nyampe"
Seru Satria ketika panggilannya sudah direspon.
"Masuk aja gue ada dimeja paling pojok"
"Hm"
Satria mematikan panggilan dan menyimpan hape disaku jaket lagi.
Satria turun dari motor dan dengan santainya Satria masuk kedalam club. Ingin menemui seseorang yang sengaja ia ajak bertemu.
Begitu sudah ada didalam bau alkohol seketika menyeruak dan suara dentuman musik terdengar begitu memekakan telinga.
Satria menatap sekitar sejenak dan kedua matanya langsung bertemu dengan kedua mata cewek yang ada ditelfon barusan.
Dimeja paling pojok.
Seperti apa yang dia katakan di telfon tadi.
Satria tersenyum manis saat cewek itu melambai tangan kearahnya. Cewek yang tak lain adalah Lika. Cewek yang dia tahu adalah cewek baik-baik.
Dengan kedua tangan yang dimasukan ke saku jaket Satria berjalan menghampiri dia.
"Sendirian?"
Tanya Satria sambil duduk disofa yang sama dengan Lika.
Tapi tetap berjarak.
"Sama temen. Tapi mereka lagi ke toilet"
Bibir Lika sejak tadi tidak berhenti tersenyum.
Karena apa?
Karena Satria.
Cowok yang sejak lama ia suka ngajakin ketemu dan itu cukup membuatnya bahagia.
"Oh"
Satria mengambil hape disaku, mengotak-atik benda itu lalu menaruhnya dimeja tepat dihadapan Lika.
"Bisa kasih tahu siapa yang foto-in kita?"
Tanya Satria dengan santai.
Lalu mengambil satu butir kacang atom yang ada dimeja dan dia makan.
Lika melotot melihat foto yang ada dilayar hape Satria.
"Sat gue--"
"Tidak usah berkelit. Gue tahu kok kalau elo yang kirim foto itu ke Eria"
Satria menyela perkataan Lika.
Mengingat waktu dimana Eria yang menjauhinya membuat Satria kesal, jengkel dan marah.
Ingin sekali memukul Lika tapi dia cewek. Satria masih tahu batasan kalau Lika bukan tandingannya.
"Satria kok lo ngomong gitu. Lo nuduh gue?!"
Lika menatap Satria, berkata dengan nada yang sedikit tinggi.
Satria tersenyum sinis. Menatap Lika dengan tajam.
"Itu faktanya bukan nuduh. Cara elo itu ndeso banget Lik, mudah ke baca!"
Lika melengos dadanya naik turun karena marah bercampur malu.
Kenapa Satria bisa tahu? bukannya waktu itu dia mabuk ya?
Satria mendekatkan wajahnya ditelinga Lika.
"Ada masalah apa sama gue? Lo sengaja mau bikin Eria benci sama gue. Gitu?"
Satria meraih dagu Lika dengan kasar. Wajah Lika pun seketika menatap kearahnya.
"Satria ini sakit. Lo kasar banget sih?"
Lika meraih lengan Satria mencoba melepas dari wajahnya.
Tapi susah.
"Sakit?"
Satria tersenyum sinis menatap Lika lebih dekat.
"Sakitan mana sama perasaan Eria? Lo bisa bayangin nggak kalo elo yang ada diposisi dia?"
Lika meringis saat Satria mencengkram wajahnya semakin kuat.
"Satria gue cinta sama elo. Gue nggak terima ada cewek lain yang deket sama lo selain gue dan gue terpaksa ngelakuin itu"
"Apa? Cinta?"
Satria menatap kedua mata Lika lekat-lekat.
Lika mengangguk berharap jika Satria mau menerima cintanya.
"Cinta lo busuk!"
Satria mengibas wajah Lika dengan kasar. Lalu mengambil hapenya lagi menyimpannya disaku jaket.
Diperlakukan seperti ini tentu Lika tidak terima. Justru rasa bencinya ke Eria semakin besar. Gara-gara dia Satria jadi kasar padanya.
"Sat, lo tega ya nyakitin gue cuma gara-gara Eria. Apa hebatnya dia sih?"
Lika menatap Satria penuh amarah.
"Eria nggak hebat. Tapi gue cinta sama dia. Dan cinta tidak butuh alasan"
Satria berdiri dari duduknya menatap Lika dengan tajam.
"Jadi percuma aja lo mau merusak hubungan gue sama dia. Karena gue dan Eria saling percaya gue sama Eria saling mencintai. Yang ada lo bakalan stres karena selalu gagal buat hancurin hubungan gue sama dia"
Setelah mengatakan itu Satria pergi, keluar dari club.
"Arghhh! Sialan!"
Lika menghentak satu kaki sambil menatap punggung Satria yang hilang dibalik pintu keluar.
Lika menyibak rambut panjangnya ke belakang. Mengambil segelas air diatas meja dan meneguknya hingga habis.
.....
Setelah memberi peringatan kecil pada Lika sekarang Satria ada disini.
Di cafe Mawar.
Dia berkumpul dengan teman-temannya.
"Gimana Proposalnya udah dikerjain belum?"
Tanya Vario menatap Satria yang terlihat murung.
"Udah"
Jawab Satria.
Mendengar pertanyaan Vario dan mendengar jawaban Satria. Wasa menatap Satria dan Vario bergantian.
"Bro itu kan tugas kelompok kalian lupa apa gimana? Setahu gue nih ya kalau tugas kelompok tuh ngerjainnya bareng-bareng nggak sendiri-sendiri"
Satria tersenyum sinis mendengar perkataan Wasa.
"Kita kerjain sendiri-sendiri aja. Yang dikumpulin ke dosen hasil kita yang paling bagus. Gitu kok repot"
"Itu namanya curang"
Celetuk Suzu yang mendengar jawaban Satria.
Supra yang sejak tadi asik main game dihapenya berdecak mendengar obrolan keempat temannya.
Gara-gara perbincangan mereka fokus nge-gamenya jadi buyar.
"Ini tugas menyangkut masa depan kita jadi kita harus jujur kalau disuruh kelompok ya kelompok jangan ngi-de sendiri"
Kesal Supra menatap keempat temannya bergantian.
Satria yang memang sejak tadi moodnya kurang baik merasa jengah dengan obrolan ini.
Satria beranjak dari duduknya angkat tangan. Tanda pamit pada teman-temannya lalu keluar dari Cafe.
Teman-teman yang melihat kepergian Satria saling pandang tentu heran dengan sikap Satria yang tidak seperti biasanya.
"Satria ngambek? yang bener?"
Supra menatap punggung Satria cengo.
"Elo sih"
"Lah kok gue?"
Supra tidak terima Wasa menyalahkan dirinya.
Suzu menggeleng kepala melihat kelakuan Wasa dan Supra. Memilih beranjak dan keluar dari Cafe.
Supra dan Wasa mendelik melihat Suzu yang juga ikutan pergi.
"Heh kok malah ikutan pergi. Zu woi!"
Panggil Supra sedikit teriak.
Vega yang sejak tadi anteng. Diam. Tanpa menyimak obrolan teman-temannya mengalihkan pandangan dari layar hp-nya.
Vega menatap Supra yang tadi sedikit meninggikan suaranya.
"Kenapa sih teriak-teriak ini di cafe bukan dihutan. Lho? Yang lain mana?"
Tanya Vega saat menyadari jika teman-temannya sudah tidak lengkap.
"Bubar"
Jawab Supra dan Wasa bersamaan.
Lalu keduanya pun beranjak ikut pergi juga, tanpa mengajak Vega.
Melihat temannya pergi semua Vega melotot karena ditinggal.
"Woi tungguin woi!"
"Kenapa sih teriak-teriak ini dicafe bukan dihutan"
Sahut Supra dan Wasa bersamaan.
semangat.
semangat selalu
dan
10 iklan untuk authornya./Smirk/
semangat othor...