NovelToon NovelToon
Tentang Dia

Tentang Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lissaju Liantie

Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_014 Aku paham

Tangan Anand yang hendak membuka pintu mobil miliknya langsung tertahan saat sebuah suara memanggil namanya. Suara itu terdengar begitu dekat dengan dirinya. Yah, Jinan yang memanggil namanya tampak berdiri di depan mobil miliknya yang terparkir di samping mobil Anand.

Mata Anand segera menoleh kearah dimana Jinan masih berdiri menatap kearahnya.

"Mau menemui aku atau Ria?" Tanya Anand saat mendapati langkah Jinan yang perlahan mengikis jarak antara keduanya.

"Kamu!" Jawab Jinan tegas saat posisi keduanya sudah sangat dekat.

Anand melangkah mundur membentang jarak antara ia dan juga Jinan.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Apa ini tentang perceraian ku dan Ria?" Tanya Anand.

"Kenapa menceraikannya? Beri aku satu alasan agar aku tidak menghajar mu!" Tegas Jinan.

"Tidak adala alasan, aku hanya ingin menceraikan Ria, ya udah aku ceraikan." Jawab Anand dengan wajah tengilnya.

'buuuuuk' tinju Jinan mengenai pipi kiri Anand membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Apa masih mau meluapkan amarah? Nih!" Gumam Anand yang bahkan menyodorkan pipi kanannya kearah Jinan.

Tanpa memberi jeda, Jinan kembali meninju pipi kanan Anand.

"Masih belum cukup? Sekalian saja kamu bunuh aku!" Gumam Anand dengan suara lantang.

"Okay! Bila itu perlu, maka akan aku lakukan." Tegas Jinan yang kembali melayangkan tinjunya, namun kali ini sebelum tinju Jinan mendarat di wajah Anand, tangan kiri Anand tekah lebih dulu menepisnya kasar.

"Kenapa mengajukan protes pada ku? Harusnya kamu senang kan jika aku cerai dengan Ria, bukankah ini yang selama ini kamu inginkan? Kamu selalu merasa kalau aku tidak pantas untuk Ria, kamu begitu membenci ku, lalu kenapa sekarang tiba-tiba marah saat aku meninggalkan sahabat mu, harusnya kamu bahagia karena Ria terlepas dari laki-laki yang menurut mu tidak baik ini." Jelas Anand dengan rahang yang mengeras sempurna, kedua matanya juga terlihat begitu memerah karena menahan amarah yang terus bergejolak dalam dirinya.

"Aku memang tidak merestui hubungan kalian berdua, tapi tetap saja aku butuh alasan kenapa kamu memutuskan untuk menceraikan Ria." Jelas Jinan.

"Ayo pulang...!" Deria yang baru tiba di lokasi parkiran segera menarik Jinan agar ikut bersamanya.

"Lepas! Aku ingin memberi pelajaran untuk laki-laki tak bertanggung jawab ini!" Tegas Jinan lalu menarik kasar tangannya dari genggaman Deria.

"Jinan, stop! Udah hentikan!" Tegas Putri yang ikut andil menjauhkan Jinan dari Anand.

"Aku harus tau atas alasan apa dia menyakiti sahabat aku, kenapa dia begitu kejam pada Ria?" Cetus Jinan yang semakin emosi.

"Kejam? Siapa yang lebih kejam? Aku atau kamu?" Tanya Anand yang juga mulai larut terbawa emosi.

"Anand hentikan!" Pinta Putri yang kini beralih untuk menjauhkan Anand dari Jinan.

"Aku kejam karena kamu yang mulai duluan menyakiti Ria." Bela Jinan.

"Aku begini karena..." Penjelasan Anand terhenti seketika, mulutnya bungkam saat matanya melirik kearah Deria.

"Berhenti bertengkar! Jinan yang dia campakkan aku bukan kamu, dan kamu Anand, hubungan kita telah selesai jadi aku mohon jauhi semua sahabatku, kita usai, cukup jangan perpanjang apapun itu lagi. Aku janji aku akan menjaga jarak, jadi tolong jangan lagi bertengkar dengan Jinan ataupun Putri." Pinta Deria dengan ucapan yang terdengar begitu tenang lalu memeluk erat tubuh Jinan ke dalam dekapan hangatnya.

"Cukup Anand, hentikan semuanya, hmmmm, aku mohon!" Pinta Putri dengan suara pelan saat tangannya masih menyentuh lengan kekar milik Anand.

Anand hanya terdiam seribu bahasa lalu segera masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja meninggalkan ketiga sahabat yang tampak saling memeluk erat satu sama lainnya.

~~

"Abang..." Ujar Arman yang sejak tadi menunggu Anand di teras rumah milik Anand.

Sudah sejak dua puluh menit yang lalu Arman menunggu sang abang pulang kerja, dan saat Anand berjalan menuju teras, Arman segera menghampirinya.

"Arman, ada apa? Apa kamu nungguin abang? Kenapa tidak meminta abang untuk pulang?" Tanya Anand yang langsung menyentuh bahu Arman dengan penuh kasih sayang.

" Aku tidak ingin mengganggu waktu kerja abang, ayo kita masuk, ada hal yang harus aku bicarakan dengan abang!" Jelas Arman.

"Besok-besok, langsung telpon abang, jangan menunggu terlalu lama, aku ini abang mu!" Tegas Anand lalu membuka pintu rumahnya.

Keduanya masuk lalu duduk di ruang tamu, Arman sengaja memilih untuk duduk di hadapan Anand agar dia bisa melihat raut wajah sang abang.

"Kemari lah!" Pinta Anand sambil menepuk sopa disebelahnya.

"Apa abang habis berkelahi?" Tanya Arman setelah memandang lama wajah Anand dan mendapati kedua pipinya yang merah.

"Tidak, ini hanya efek karena terlalu banyak kerja aja!" Jawab Anand yang berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan Arman.

"Apa abang fikir aku masih SD? Aku bukan lagi anak kecil yang bisa abang bohongi setiap saat!" Tegas Arman yang mulai kesal.

"Aku baik-baik saja, Arman!" Tegas Anand.

"Baik-baik saja, abang bilang? Aku tau dan merhatiin semuanya bang, semenjak bercerai abang tidak terlihat baik-baik saja. Abang kacau berantakan, jika masih sangat mencintai kak Ria lantas kenapa abang melepaskannya?" Tanya Arman emosi.

"Jangan bahas lagi soal abang, katakan kenapa kamu datang menemui abang?" Anand mencoba mengubah topik pembicaraan keduanya.

"Bunda sudah dua hari sakit di rumah, tidak mau ke rumah sakit, tidak mengizinkan aku untuk mengabari abang, bahkan bunda hanya menangis terus menerus."

"Ayo pulang!" Anand langsung beranjak dari sopa.

"Bunda menangisi pernikahan abang, bunda sedih saat abang memutuskan untuk bercerai, dan kemaren papa datang ke rumah kak Ria..." Jelas Arman.

"Papa ke rumah Ria? Untuk apa? Kenapa tidak menelpon abang lebih dulu?" Keluh Anand.

"Papa datang untuk meminta kak Ria menjenguk bunda sebentar, dan apa abang tau apa yang kak Ria katakan? Dia...dia...!"

"Apa dia menolak permintaan papa?"

"Tidak, dia tidak seperti abang! Kak Ria tidak pernah membuat keputusan sepihak seperti yang abang lakukan terhadapnya. Dia meminta papa agar meminta izin lebih dulu dari abang, kak Ria tidak ingin membuat abang marah karena dia datang ke rumah keluarga abang, dia bahkan terus menangis dihadapan papa dan itu semua cukup membuat papa semakin terluka dan kecewa." Jelas Arman yang terlihat begitu sedih.

"Arman, abang...."

"Aku tau apa yang abang rasakan saat ini, aku tau semuanya!" Penjelasan Arman membuat Anand membulatkan matanya sempurna, dia tidak pernah mengira kalau sang adiknya kini telah tumbuh dewasa dan bahkan menjadi sosok yang begitu memahami keadaannya saat ini.

"Tidak Arman, kamu tidak tau bagaimana rasanya jadi abang..."

"Aku paham bang, aku ngerti! Aku tau rasanya harus melepaskan secara paksa orang yang kita cintai dengan sepenuh hati hanya karena kita harus melindungi dan memberi bahagia untuk hidupnya. Aku paham rasanya harus meninggalkan wanita yang begitu kita sayangi hanya karena bila terus mengikatnya bersama kita, dia akan terluka, hidupnya tidak akan bahagia seperti wanita-wanita lainnya, aku paham bang, aku paham semuanya..." Jelas Arman yang mulai menitikkan air mata.

~~

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!