"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh dua
Malamnya, pukul delapan, setelah menyelesaikan makan malam. Kini terlihat Dellia tengah mematut dirinya di depan kaca lemari kamar hotelnya, tengah mengamati penampilannya yang begitu menawan namun juga terlihat sexy bersamaan.
"Setelah ini, tidak akan ada lagi alasan untuk kamu menolak aku, Damian. " gumam Dellia dengan otak penuh kelicikan.
'Tok'
'Tok'
'Tok'
Terdengar ketukan pintu kamarnya berbunyi membuat Dellia beranjak dari tempatnya menuju pintu kamarnya.
'Ceklek'
"Nona." sapa seorang laki-laki itu dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Bagaimana, kamu membawa apa yang aku perintahkan? " tanya Dellia sedikit tergesa-gesa.
"Sudah nona, ini. " laki-laki itu menyerahkan segelas kaca putih yang berisikan kopi kepada Dellia.
"Sudah kamu campurkan dengan obat tidur kan, minuman ini? " tanya Dellia memastikan, dia tidak mau rencananya kali ini malah berakhir gagal.
Laki-laki itu yang sebenarnya pekerja karyawan hotel menganggukkan cepat kepalanya, dia sebenarnya khawatir melakukan apa yang diperintahkan Dellia kepadanya, takut bila ini terbongkar dan dirinya akan di pecat dari pekerjaannya.
"Bagus, nanti uang mu akan aku kirimkan. Sana kamu pergi. "
Setelah karyawan kerja hotel sudah pergi berlalu, Dellia menyimpan nampan berisi gelas kopi itu di atas meja, memperbaiki penampilannya terlebih dahulu dan kemudian berlalu keluar untuk menuju kamar hotel milik Damian.
Dellia sudah memastikan bahwa Niko tidak akan ada di sekitar Damian, yang dirinya ketahui bahwa laki-laki itu kini sibuk mengerjakan laporan kerja sama dengan perusahaan di kota mereka berada sekarang.
Didepan pintu kamar Damian, Dellia yang hendak mengetuk pintu tersebut tiba-tiba saja ada seseorang yang membekam mulutnya dengan kain, Dellia memberontak hingga nampan dibawanya langsung jatuh ke bawah lantai.
Hingga beberapa saat kemudian, Dellia tiba-tiba saja pingsan. Pintu kamar Damian terbuka menghampiri Dellia yang berada di pelukan seseorang yang membius wanita itu tadi.
"Terus wanita ini mau kamu apakan, Niko? " tanya Damian pada Niko, pelaku yang membekam mulut Dellia dari belakang hingga pingsan.
"Kita ikuti seperti rencananya, pak. "
"Maksud kamu, rencana yang menjebak saya dengan tidur bersamanya? Kamu gila?! Kalau begitu apa gunanya kita menggagalkan rencana liciknya ini? "
"Bukan begitu maksud saya, pak. Kita ikuti rencananya dengan Dellia bersama karyawan hotel yang membantu Dellia dalam rencananya ini. Dan besoknya, kita akan membuat berita besar dan menggemparkan, dengan begitu pak Damian juga bisa ada alasan untuk bisa memecat Dellia. " beritahu Niko menjelaskan rencananya, takut Damian marah karena salah paham.
"Bagus, sekarang kamu bawa dia ke dalam kamar yang sudah kita siapkan, dan karyawan itu sudah kamu bereskan? "
"Sudah, pak. Dia sudah saya buat pingsan dan kini tengah terbaring di atas kasur. "
Niko menggendong tubuh Dellia dan membawanya di salah satu kamar yang baru booking nya, dengan Damian yang mengikutinya dari belakang. Dia membaringkan tubuh Dellia yang pingsan disamping karyawan laki-laki yang tubuh atasnya sudah tidak mengenakan pakaian apapun, Niko yang melepaskannya tadi, sedangkan bagian bawahnya Niko biarkan masih melekat celana panjang hitam.
"Pak Damian mau keluar atau tetap di sini, dan melihat saya membuka baju Dellia. " ujar Niko pada Damian yang masih berdiri kaku di sampingnya, menatap datar pada tubuh lemah Dellia yang sudah terbaring.
"Kamu mau membuka bajunya? Apa tidak apa-apa? " kaget Damian.
"Pak Damian tenang saja. Walau mata saya nanti akan ternodai karena melihat tubuhnya, tapi bagian dadanya pasti tertutup dengan pakaian dalaman dikenakan Dellia, jadi saya tidak begitu melihat aset-asetnya. "
"Terserah kamu saja lah, kalau begitu saya mau kembali di kamar, mau istirahat. Kamu bereskan semua urusan ini. "
"Siap, pak. Tapi bonus saya jangan lupa ya? " Niko menaik turunkan alisnya menatap Damian dengan senyum merekah yang terpatri di bibirnya.
"Kamu kerjakan dulu urusan ini semua, baru nanti saya cairkan bonus kamu dan tiket liburan di negara xxx selama seminggu. "
"Tiket liburan? Bapak serius mau kasih saya liburan ke luar negeri? " excited Niko kaget dengan ucapan Damian. Kapan lagi kan di kasih libur kerja sama Damian, apalagi dibayarkan tiket liburan hingga keluar negeri.
"Kamu akan mendapatkan tiket liburan setelah mendapatkan asisten pengganti Dellia nanti, dan ingat asisten penggantinya harus laki-laki, saya tidak mau kejadian seperti Dellia ini akan terulang kembali. "
"Baik, pak! " Niko memberikan gestur hormat kepada Damian.
Damian mengangguk sebelum akhirnya pamit pergi untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Sedangkan Niko, laki-laki itu kembali melanjutkan tugasnya untuk membuka pakaian atas dikenakan Dellia dengan mata yang tertutup setengah. "Rata begini juga masih nekat mau godain, pak Damian. Dasar pelakor! " ujar Niko saat matanya tidak sengaja tertuju pada bagian dada Dellia yang tertutup dalaman, dan ukurannya tidak sebesar seperti apa yang di tampakan dari luar.
"Selesai juga akhirnya, semoga mataku tidak bengkak karena melihat hal seperti tadi. " ujarnya, dia mengambil ponselnya dari saku celana dan memfoto Dellia dan karyawan tersebut dari berbagai sisi.
"Selesai!" Niko dengan cepat keluar dari kamar tersebut setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia harus membilas matanya karena sudah melihat bagian tubuh wanita yang di klaimnya sebagai hama perusak hubungan bosnya.
Dan besok rencana selanjutnya akan dia lakukan, kalian tunggu saja musibah apa yang akan menimpa Dellia besok nanti.
••••••••
Sedangkan di tempat lain, Helena. Wanita itu kini tengah membereskan barang-barang milik Damian untuk dia pindahkan ke kamarnya, seperti apa yang di mintai Damian kemarin yang ingin Helena memindahkan barang-barangnya ke kamar Damian. Namun, karena kamar milik Damian kecil dan tidak muat untuk menyimpan barang Helena, maka terpaksa harus barang Damian lah yang harus pindah ke kamarnya.
"Bu, ponsel ibu bergetar, mungkin saja mas Damian yang mengirimkan pesan. " ujar Bi Ayu tiba-tiba yang tengah melipat pakaian santai Damian, mengambil ponsel milik majikannya yang tergeletak di atas kasur dan berikannya kepada Helena yang sibuk menggantung pakaian kerja Damian ke dalam lemari.
"Ini dari nomor tidak di kenal. " kata Helena saat tau bahwa bukan Damian lah yang mengirimkannya pesan melainkan nomor yang tidak di kenalinya.
"Dia mengirimkan foto sebanyak enam? Apa saja yang di kirimkannya? "
Helena dengan rasa penasarannya membuka room pesan tersebut dan mendownload foto yang di kirimkan kepadanya.
'Aakkhhh. " Helena tiba-tiba berteriak sambil melempar ponselnya ke bawah lantai, membuat Bi Ayu yang sibuk melipat pakaian tersentak kaget mendengarnya.
"Yaampun, bu. Ibu Helena kenapa? " Bi Ayu menghampiri Helena yang terduduk di bawah lantai yang menangis histeris sambil menggeleng kuat kepalanya, mulutnya terus bergumam 'tidak' dengan suara bergetar.
"Damian, Bi. Damian selingkuh! "
"Astaga, bu. Mas Damian gak mungkin melakukan hal seperti itu. " sangkal Bi Ayu tidak percaya.
"Dia tidur dengan wanita lain dibelakang saya, Bi. Foto itu, Damian. "
Mendengar kan kata foto, Bi Ayu sontak mengingat pada ponsel Helena yang berdering. Dia mengambil benda pipih yang tergeletak di bawah lantai yang tadi dibuang Helena.
"ASTAGA!! Ini pasti foto hasil editan, mas Damian gak mungkin melakukan hal keji seperti ini. " kaget Bi Ayu saat melihat foto Damian bersama seorang wanita yang tengah tertidur di satu kasur dengan posisi tubuh bagian atas Damian yang polos tidak mengenakan pakaian, sedangkan wanita tersebut badannya tertutup seluruh dengan selimut berwarna putih.
Bi Ayu dengan segera menghampiri Helena yang terlihat begitu berantakan, "Percaya sama bibi, itu pasti hanya foto editan. Bu Helena tau pastikan kalau ada seseorang yang berusaha memfitnah rumah tangga ibu dengan mengirimkan foto-foto seperti ini, mas Damian tidak mungkin melakukan hal seperti itu, ibu harus percaya sama omongan bibi. "
Helena tidak membalas ucapan Bi Ayu, wanita itu terus menangis hingga tiba-tiba Helena mengadu bahwa perutnya tiba-tiba saja terasa begitu sakit.
"Bu, ibu Helena kenapa? " Bi Ayu menepuk pelan pipi Helena yang memerah menahan kesakitan dengan keringat yang membanjiri.
"S-sakit, Bi. P-perut saya sakit sekali, Arkhhhh! " Helena berteriak kencang sambil mencengkram kuat perut bagian bawahnya yang terasa begitu sakit.
Bi Ayu dengan panik melanggar keluar untuk memanggil pak Tarno untuk menggendong Helena dan di bawa ke rumah sakit.
"PAK TARNO!! "
•
•
•
agak dramatis ya, yang bagian Helena. gak tau ini ceritanya bagus apa tidak, karena aku sengaja mau cepatin ada konfliknya terus tamat deh ini cerita.
btw, juga. aku masih ingat pernah ada yang komen di cerita ini katanya gapapa Helena dan Damian balikan yang penting jangan ada yang meninggoy, kayaknya untuk part part selanjutnya bakal ada yang meninggoy nanti untuk menambah konflik antara Helena dan Damian.
kira-kira siapa yang akan meninggoy menurut kalian?