Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4
Yenrou sedikit bingung dengan masalah kontrak yang di maksud oleh ular tersebut.
"Apakah anda mau berkontrak dengan ku?" Ular itu bertanya lagi.
"Aku rasa tidak perlu, jika kamu mau ikut bersama ku, boleh saja... tanpa harus kita berdua melakukan perjanjian kontrak." Dia merasa tidak perlu orang lain terikat dengan dia.
Sedangkan ular tersebut merasa sedikit aneh, karena orang lain akan sangat bersemangat jika ada hewan kontrak yang mereka temukan, maka dengan segala cara mereka ingin berkontrak dengan hewan itu. Marmut sekalipun, mereka masih mau berkontrak.
"Mengapa? Semua orang suka berkontrak dengan hewan spiritual seperti aku ini." Ular itu keheranan dengan perlakuan Yenrou.
"Aku tidak ingin mengikatmu, hewan juga memiliki keinginan untuk bebas bukan?" Yenrou menjelaskan mengapa dia tidak ingin mengikat kontrak dengan hewan melata itu.
"Walau kita berkontrak, aku masih merasa bebas. Hanya saja, jika kita tidak berkontrak dan aku mengikuti mu, mungkin banyak yang akan mengincar hidup saya. Dan saya harus terkurung lagi di dalam goa untuk bersembunyi dari kejaran manusia yang menginginkan berkontrak dengan ku." Dia menjelaskan dengan wajah sedih.
Yenrou tidak tahu bahwa jika hewan kultivasi tidak memiliki tuan. Maka...jika mereka terlihat, maka akan selalu di buru sampai ada yang mendapatkannya.
Dia selama 500 tahun ini hanya bisa bersembunyi di tengah-tengah hutan terlarang. Hibernasi di dalam goa sampai ratusan tahun.
Selama ini, ular besar tersebut bukan tidak mau berkontrak, hanya saja dia memang belum menemukan orang yang cocok dengannya.
Dan kebetulan dia melihat Yenrou yang terluka memanjat sebuah pohon dan mengikat dirinya sendiri. Itu membuat dia penasaran dengan gadis yang di depannya ini.
"Apa se-mengerikan itu kah?" Yenrou tidak menyangka bahwa dia nantinya menjadi objek perburuan.
"Iya, benar sekali.. jadi sebaiknya anda harus berkontrak denganku." Ular itu harus mengambil kesempatan ini, karena kapan lagi dia bisa menemukan orang sepolos gadis ini.
"Baiklah, bagaimana caranya?" Yenrou yang tidak pernah melakukan hal seperti ini, tentu saja akan bertanya bagaimana caranya.
"Aku hanya perlu tetesan darah anda."
"Bukannya kau tadi memelukku? Aku rasa darahku sudah bersentuhan denganmu?"
"Bukan seperti itu caranya. Apakah kau melihat permata di antara belahan kepala saya ini?"
Yenrou mencondongkan dirinya untuk menatap ke atas kepala ular besar itu.
Dan benar saja, di tengah kepalanya ada permata berwarna hijau Jamrud. Sangat indah menurut Yenrou.
"Teteskan darah anda dan jatuhkan di atas permata itu."
Seperti terhipnotis, Yenrou melukai jarinya dan meneteskan darah yang keluar dari luka di jarinya ke atas permata yang ada di kepala ular besar itu.
Pada awal nya belum terlihat reaksi apapun. Tetapi setelah itu cahaya hijau keluar dari permata tersebut dan menyebar keseluruhan tubuh ular itu.
Begitu juga dengan tubuh Yenrou, cahaya hijau juga keluar dari tubuhnya. Mereka berdua terangkat dengan sendirinya ke atas, beberapa meter dari tanah.
Mereka berputar-putar dia atas dengan mata yang terpejam, di kelilingi cahaya hijau keputihan.
Selang beberapa menit, cahaya tersebut mulai redup, dan mereka lambat lain turun ke atas tanah.
Setelah kaki Yenrou mendarat di tanah, dia membuka matanya. Dia memperhatikan kedua tangan dan tubuhnya.
Dia merasa perasaan yang lain masuk kedalam tubuhnya.
Dia mengalihkan pandangannya menatap ular besar di depannya. Dia membelalakkan matanya.
Apa-apa ini...?