Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.
Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.
"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANGERAN IBLIS YANG SEBENARNYA
"Tuan muda! Anda di dalam?" Edith mengetuk pintu kamar mandi itu.
Hampir tiga detik dia tidak mendengar jawaban. "Oh! Ya. Aku baik-baik saja. Hanya kepeleset. Bisakah kamu membantuku? Pintunya tidak ku kunci" Ucap Ash dari dalam.
Edith merasa curiga. Dia takut jika Ash melakukan hal mesum lainnya. Tapi, dia khawatir jika Ash sungguh kepeleset. Edith dengan hati-hati, membuka pintu kamar mandi itu.
"As...ta...ga..." Dia melihat Ash yang tergantung. Dengan kondisi pergelangan tangan kanannya yang terikat.
"Tolong bantu aku~Ambilkan kursi itu" Ash meringis lebar dan menunjuk kursi yang terjatuh di bawah kakinya.
Edith segera mengambilkan kursi di bawah kaki Ash. Ash segera menginjakkan kakinya di kursi itu dan membuka tali yang menjerat pergelangan tangan kanannya.
Melihat simpul itu, Edith bisa tau apa yang akan Ash lakukan. Dia menunggu Ash turun dari kursi. Dia meraih pergelangan tangan Ash yang memerah. "Apa yang mau Anda lakukan? Saya bisa mendengarkan apapun cerita Anda" Ucapan Edith merasuk ke dalam hati Ash.
Senyuman lebar di bibir Ash masih terlihat jelas. Namun, mata Ash tidak bisa berbohong. Dia menangis. "GREP!" Dia memeluk Edith dengan erat. "Katakan! Katakan jika aku juga pantas untuk hidup!" Tegas Ash.
Aroma tubuh Ash, tercium seperti rumput subuh yang terkena embun. Aroma menenangkan itu, membuat Edith mengingat kehidupannya yang sebelumnya. Dia membalas pelukan Ash. Dia menepuk dan mengusap punggung Ash dengan lembut. "Siapa yang berani mengatakan hal buruk kepada Anda? Anda juga seorang Manusia. Anda berhak mendapatkan kebahagiaan. Tidak perlu mendengarkan ucapan buruk dari orang-orang di luar sana. Anda adalah Ash. Anda adalah Pangeran Benerick!" Jawab Edith.
Tangisan Ash pecah. Dia memeluk Edith dengan erat. Dia menenggelamkan hidungnya di leher Edith, mencium aroma manis itu. "Edith, kau ingin keluar dari sini kan? Kenapa kau tidak ikut denganku saja, keluar dari Mansion ini? Aku bisa menjamin keselamatanmu" Ucap Ash memejamkan matanya untuk merasakan aroma itu.
Edith merasa bergidik dengan sentuhan yang Ash berikan. Dia mengarahkan tangannya ke arah wajah Ash. Menutup mulut dan hidung Ash yang meraba lehernya. Edith sedikit mendorong Ash. Dorongan itu menyakiti hati Ash. Ash menatap Edith dengan matanya yang berkaca-kaca. "Kau menolaknya? Aku tidak bisa memaksakan itu" Ucap Ash sambil menunjukkan senyuman tipisnya.
Sejujurnya, Edith merasa sedih dengan apa yang Ash alami. Di dalam novel, dia terpaksa menjadi jahat dan terobsesi dengan protagonis wanita demi menahan Iblis itu. Namun, novel ini mengalami banyak perubahan. Mulai dari hilangnya Saint, dan Ash tidak tertarik dengan Saint.
"Jika Ash tidak segera bertemu dengan Saint, Ash tidak bisa menahan beban Iblis itu lebih lama lagi. Namun, jika sebatas hasrat seksual, sebatas kenyamanan Ash, aku masih bisa membantunya. Lagi pula, saat Ash tau tentang apa hubunganku dengan Ibunya, Aku juga pasti akan dia bunuh" Edith menatap mata sayu Ash.
Edith mengusap air mata Ash perlahan. "Tuan Muda, jika Anda menginginkan hubungan sementara dengan saya, saya bisa menerimanya. Saya tidak pernah mengatakan penolakan kepada Anda. Saya hanya menjaga batasan saya sebagai Pelayan Anda" Ucap Edith sambil menunjukkan senyumannya.
Namun, Ash tidak langsung menerima ucapan itu. Dia mengusap tengkuk Edith, "Apa kau merasa kasihan padaku?" Tanya Ash.
"Tidak. Saya juga seorang Manusia. Anda berada jauh di atas saya. Saya begini bukan karena saya mengkasihani Anda, saya hanya ingin memberikan Anda tempat. Saya hanya ingin Anda merasakan sesuatu yang membuat Anda menjadi spesial. Bukankah itu tidak sulit? Anda bisa mengimprintnya sekarang. Dengan begitu, Anda pasti mempercayai ucapan saya" Edith menarik kera pakaiannya di sisi kirinya.
Bahu Edith yang sedikit merah jambu terlihat dengan jelas. Ash menatap Edith seolah dia sedang meyakinkan dirinya. Edith menunjukkan senyumannya. "Anda bisa membujuk Ratu untuk membawa saya ke Mansion Anda di luar Kerajaan Benerick, sebagai pelayan pribadi And" Ucap Edith menarik pakaian Ash hingga membuatnya membungkuk. Dia mengecup pipi Ash perlahan lalu melepaskannya.
Senyuman tulus itu, membuat Ash yakin dengan pilihannya. Dia masih membungkukkan tubuhnya dan menghisap bahu Edith hingga meninggalkan bekas memerah. Edith melihat bercak itu.
"Apa ini imprint?" Tanya Edith.
"Tidak. Itu hanya cupang" Jawab Ash memberikan senyuman nakalnya pada Edith kemudian mencium pipi Edith dengan pelan.
"Cupang? Kenapa hanya memberikan cupang?" Edith mendorong wajah Ash dari pipinya.
Tingkah Edith, terlihat mengemaskan di mata Ash. Dia terkekeh. "Aku khawatir kamu berubah pikiran. Jika kamu sudah terkena Imprint, meski itu sementara, kamu tidak bisa mendekati orang lain yang sejenis denganku. Seperti Hunter yang memiliki pheromon. Pheromon orang lain, akan sangat menganggu orang yang sudah pernah diimprint" Ash merapikan pakaian Edith yang berantakan.
Edith baru mengetahui itu, meski dia sudah membaca dari awal chapter hingga pertengahan chapter novel sebelum dia tewas.
Ash memegang tangan Edith dan membawanya ke kasurnya. Dia menyuruh Edith untuk duduk dan Ash, tiduran di sebelah Edith sambil menggenggam tangannya. "Seminggu ini, aku tidak bisa tidur dengan benar. Tetaplah di sini sampai aku tertidur. Dan tolong, jangan katakan apapun kepada Adler. Dia pasti akan sangat marah padaku" Ash memejamkan matanya perlahan. Di saat yang sama, Edith mengusap kepala Ash dengan lembut untuk menidurkannya.
Di tempat lain, Adler bertemu dengan Crizen. Adler membicarakan tentang kondisi Ash. Namun, kehadiran Adler seolah suatu hal yang buruk bagi Crizen. Crizen enggan menjelaskan kondisi Ash.
"Aku sedang sibuk. Kembalilah ke tempatmu dan kawal Pangeran Ash dengan benar" Crizen mengusir Adler dengan bahasa halusnya.
Adler bukanlah orang yang mudah menuruti ucapan orang lain. Dia tipe orang yang harus mendapatkan apa yang dia inginkan. Meski, dia harus menjadi orang yang paling menjengkelkan.
"Aku tidak akan kembali, sebelum kau menjawabnya" Jawab Alder.
"Terserah kau saja" Ucap Crizen sambil melakukan aktivitasnya memeriksa pasiennya yang kontrol. Adler membuntunti Crizen sepanjang waktu, seolah dia adalah pengawal Pribadinya. Hingga Adler membuat beberapa Pasien Crizen tidak fokus pada waktu kontrol mereka, sangking takutnya dengan perlengkapan yang Adler gunakan.
"Adler...." Crizen merasa frustasi dengan tingkah Adler yang memaksa itu.
"Kenapa kau menggangguku seperti ini" Crizen bertanya kembali setelah menyelesaikan pasiennya. Dia menatap Adler dengan jengkel. Seolah, dia ingin melemparkan barang apa saja yang ada di dekatnya ke wajah Adler.
"Aku ingin tau apa yang terjadi dengan Pangeran" Jawab Adler.
Crizen mengerti kekhawatiran Adler yang sudah mengabdikan dirinya pada Ash sejak usianya 9 tahun itu. Crizen tau bagaimana Ash menolong Adler yang sudah sekarat di tempat yang bersalju. Mengingat masa itu, Crizen menghela napas. "Meski aku mengatakannya, tetap saja. Kau tidak bisa membantunya" Jawab Crizen melepaskan kacamata gantungnya.