Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Malam ini Elang duduk di balkon kamar dengan laptop di pangkuannya. Didepannya juga ada secangkir kopi panas buatan Bundanya. Seperti biasa sejak pernikahan ini terjadi, Nadia selalu memaksa Elang untuk membawa Bella ke rumahnya. Tapi Elang belum melihat mobil Bella belum terparkir di depan rumah, itu tandanya Bella belum kembali dari butiknya.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di depan. Elang melihat dari kejauhan masih dengan posisi duduknya. Dahi Elang mengerut saat melihat mobil Rayan berhenti di depan rumah Bella.
"Rayan?" Gumam Elang saat melihat sahabatnya keluar daro mobil di ikuti Bella yang keluar dari sisi lainnya.
Elang memperhatikan setiap interaksi yang mereka lakukan. Rayan tampak akrab dengan Bella bahkan Elang bisa melihat beberapa kali sahabatnya itu tertawa senang kepada Bella.
Bella melangkahkan kakinya setelah mobil Rayan hilang dari pandangannya.
"Apa sekarang Rayan yang menjadi targetmu selanjutnya?" Suara Elang menghentikan kaki Bella. Bella memutar tubuhnya memandang wajah tampan Elang dengan datar.
"Apa tujuanmu selanjutnya hingga kau mendekati Rayan? Apa rencana busuk mu selanjutnya adalah menjebak Rayan seperti yang kau lakukan padaku?" Bella terkekeh pelan terkesan meremehkan Elang. Ia tak menanggapi tuduhan Elang itu, malah melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti.
"Berhenti Bella!!" Tegas Elang. Bella berhenti tanpa memutar tubuhnya seperti tadi.
"Ikut aku pulang sekarang!!"
"Pulang? ini aku sudah pulang!! Kau buta?" Balas Bella dengan sinis.
"Sekarang rumahmu di sana!!" Elang menunjuk rumahnya sendiri.
"Mimpi!!" Gumam Bella namun masih terdengar oleh Elang.
"Kalau bukan karena Bunda aku juga tidak sudi mengajakmu pulang ke rumahku!!" Geram Elang penuh emosi.
"Maka bilang sama Bunda kalau aku tidak mau!!" Bella tidak peduli mau Elang marah, murka atau mengamuk yang jelas Bella tidak suka di atur.
"Bella!!" Bella lemah dengan suara itu, kini suara Nadia yang memanggilnya.
"Iya Bunda" Suara Bella memang tidak ketus jika bicara dengan Bunda tapi masih terdengar dingin di telinga
"Pulanglah ke rumah Bunda. Ikuti suamimu kemanapun dia pergi, karena itu sudah kewajiban seorang istri. Ingat kalian sudah menikah" Suara Nadia yang lembut saat berbicara dengan Bella membuat Elang sangat risih. Bahkan Nadia tau bagaimana sifat Bella tapi Elang heran kenapa Bundanya itu masih saja menyayangi Bella lebih dari dirinya.
"Iya Bunda, Aku hanya mau ganti Baju" Sorot matanya yang datar membuat Elang tidak bisa membaca pikiran istri terpaksanya itu.
"Kalau begitu biar Elang menemanimu. Bunda tunggu di rumah. Kita makan malam sama-sama ya?" Nadia lebih dulu pergi dari hadapan anak dan menantunya.
Elang masih menatap Bella tajam. Tapi Bella juga tidak peduli, wanita berparas cantik itu meninggalkan Elang ke dalam rumah terlebih dahulu. Bella ingin segera mandi dan berganti baju. Karena malam ini mau tidak mau ia harus menuruti Nadia untuk tidur di rumahnya. Lebih tepatnya tidur bersama suaminya.
Setelah selesai dengan acara bersih-bersihnya Bella keluar kamar sudah berganti dengan baju tidur dan membawa tas kecil yang berisi ponsel dompetnya dan dompet milik Elang yang di rampas tadi pagi. Saat menuruni anak tangga Bella menghentikan langkahnya di tengah-tengah, menatap dua manusia yang sedang bermesraan tak tau tempat.
Elang mengangkat kepalanya ke atas saat mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Elang menangkap sosok Bella yang berdiri mematung di sana. Elang menatap tepat di mata Bella. Baru kali ini Elang bisa melihat tatapan aneh dari sorot mata yang biasanya dingin dan datar itu.
Seolah ada yang menyadarkannya Bella kembali melanjutkan langkahnya, berjalan terus hingga mencapai pintu keluar. Bella meninggalkan Elang yang masih digelayuti Marisa dengan Manja.
"Marisa, aku pulang dulu" Elang melepaskan tangan marisa yang sedari tadi di genggamnya.
"Iya Elang, besok aku akan mulai bekerja" Ucap Marisa.
"Baiklah, aku pergi" Elang mengusap pipi Marisa lalu pergi mengejar Bella yang lebih dulu keluar rumah.
Saat Elang tiba di rumahnya, Bella sudah duduk manis di meja makan bersama Nadia.
"Ayo duduk Elang, jangan bengong aja!!" Elang menuruti perintah Nadia tanpa bantahan.
Suasana di meja makan itu juga hening, tidak ada perbincangan hangat seperti keluarga lain. Hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang menemani makan malam mereka.
"Elang, Bella bunda minta hal seperti ini adalah yang terakhir kalinya. Kalian sudah dewasa, tentu sudah tau jika suami istri itu harus tinggal di rumah. Masa harus bunda yang memaksa setiap hari seperti ini. Kamu tinggallah di sini mulai saat ini. Bunda tidak mengizinkan kamu tinggal si rumah orang tua kamu Bella, karena Marisa juga tinggal di sana. Itu tidak baik untuk rumah tangga kalian. Bunda tidak melarang untuk kamu sesekali pulang ke sana tapi di sini dulu lebih baik sebelum mereka pindah" Nadia membuka suaranya saat makanan di piringnya sudah habis.
"Iya Bunda" Jawab Bella datar.
"Ya Elang??" Nadia me
"Iya Bunda" Elang menjawabnya dengan acuh.
"Ya sudah kalian istirahatlah, Bunda juga mau istirahat" Nadia meninggalkan meja makan yang masih berisi dua manusia saling menatap tajam.
"Kembalikan dompetku!!" Ucap Elang setelah ia memasuki kamarnya bersama Bella.
Bella merogoh tas yang di bawanya. Lalu menyerahkan dompet kulit dari salah satu merk terkenal di dunia.
Elang membuka dompetnya yang terlihat berbeda. Sebuah foto yang terselip di dompet itu sudah tidak ada lagi. Foto dirinya yang sedang memeluk Marisa dari bekalang. Serta beberapa kartu kreditnya juga lenyap hanya tersisa kartu identitas dan satu buah kartu debit.
"Apa yang kau lakukan pada dompet ku Bella? Kau lancang sekali, jangan mentang-mentang sudah menjadi istriku kau bisa seenaknya sendiri!!" Elang melempar dompetnya ke ranjang.
Bella sempat tersentak namun bisa menguasai dirinya lagi.
"Untuk apa kau mengambil semua kartu di dompetku?" Tanya Elang.
"Sederhana, itu nafkah ku bukan?" Jawan Bella tanpa beban.
"Nafkah? Kau menuntut nafkah sebanyak itu?" Elang tidak percaya harus menghadapi wanita seperti Bella.
"Tentu saja"
"Hah dasar matre!!" Umpat Elang meninggalkan Bella ke kamar mandi. Di dalam sana Elang terus mengumpat Bella dnegan kata-kata sadisnya tanpa Bella tau.
Bella sama sekali tidak mempedulikan sikap kasar Elang. Ia sudah biasa mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari siapapun.
-
"Terus selidiki tanpa meninggalkan petunjuk apapun. Walaupun hanya kemungkinan kecil siapa tau bisa mengantarkan ke petunjuk selanjutnya. Tetap awasi mereka, jangan sampai lengah. Ingat untuk selalu memberitahuku apapun yang terjadi. Aku tidak akan membiarkan mereka hidup bahagia"
Elang yang ingin keluar dari kamar mandi menghentikan langkahnya saat mendengar Bella berbicara dengan seseorang di ponselnya.
"Apa lagi yang dilalukan wanita kejam ini? Siapa lagi yang akan dia hancurkan hidupnya?" Elang bertanya-tanya dalam hatinya.
-
-
-
-
-
Happy reading 😘