Kehidupan rumah tangga Chatlea dan Hendra sangatlah harmonis apalagi setelah mereka di karuniai dua anak kembar. Namun saat memasuki tahun ke lima, bencana rumah tangganya mulai menerjang.
Suami yang selama ini dia sayangi dan cintai ternyata menyimpan wanita lain di belakangnya.
"Aku ingin menikah lagi. Kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra.
Dunianya seakan runtuh saat itu juga mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.
Hatinya menjerit ingin berteriak sekencang-kencangnya namun lidahnya keluh.
Air matanya terus mengalir tanpa henti menunjukkan betapa sakit, perih, dan kecewa yang teramat dalam yang ia rasakan.
Setelah suaminya menikah, dia malah dijadikan pembantu dan baby sitter di rumahnya sendiri.
Mampukah Chatlea bertahan tinggal seatap dengan madunya?
Ataukah Cathlea memilih mundur dari pernikahan yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Menikah
*** Hai sahabat author ***
Baca juga karya aku sebelumnya ya? "Terpaksa Menikahimu" Ceritanya bikin baper, nggak percaya? Coba aja buktikan 👍👍
#######
Yang baper dengan cerita ini siapkan tissue terlebih dulu ya?
Author juga ikut nangis menulisnya 😭😭😭
Mudah-mudahan yang baca ini, tidak mengalami kehidupan yang seperti Cathlea.
***Happy reading ****
.
.
.
"Aku ingin menikah lagi, kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra saat mereka berada di dalam kamar.
"Deg"
Cathlea tertegun antara percaya dan tidak percaya.
Dunianya seakan runtuh, hatinya sakit, perih kecewa dan luka yang teramat dalam namun tidak berdarah.
Bagaimana mungkin suami yang ia sayang dan cintai selama bertahun-tahun ingin menikah dengan wanita lain.
"Hikss.. hikss.. hikss.."
Cathlea menangis, air matanya terus mengalir tanpa henti.
Cathlea gadis berparas cantik, putih, hidung mancung, rambut lurus, berhati baik, periang, suka menolong, dan pintar. Umur 23 tahun menikah dengan Hendra saat umur 18 tahun.
"Kenapa kamu diam saja? Kamu tidak masalah kan? aku menikah lagi." Tegas Hendra.
Hendra Atmajaya seorang CEO perusahaan Properti, Tampan, tinggi, dan kaya, dan smart, umur 26 tahun. Karena kepintarannya, dia dipercayakan memegang salah satu perusahaan milik KN group, karena pemilik dan sekaligus sahabatnya sedang mendirikan perusahaan baru di Jepang.
"Aku nggak mau mas, aku nggak mau berbagi suami. Aku masih sehat, masih bisa mengurus mu dan anak-anak." Tolak Cathlea.
"Kalau kamu nggak mau, itu gampang, kamu ke pengadilan agama aja urus perceraian kita." Ucap Hendra.
"Mas! aku nggak mau cerai dari mas, bagaimana dengan anak-anak kita?" Tanya Cathlea.
"Itu urusan kamu, aku nggak mau urus anak-anak kamu." Ucap Hendra.
"Kamu tega mas, hiks.. mereka anak-anak kita dan masih sangat kecil mas. Jangan egois, pikirkan masa depan mereka jika kita bercerai. Mereka butuh kasih sayang dari kedua orang tuanya." Cathlea menghapus air matanya.
"Kalau kamu nggak mau cerai, itu terserah kamu, aku tetap akan menikah." Jelas Hendra.
"Siapa wanita itu mas, kenapa dia nggak punya hati nurani sebagai seorang wanita? kenapa dia begitu tega menghancurkan rumah tangga wanita lain?" Tanya Cathlea.
"Kamu nggak perlu tahu." Sentak Hendra.
"Kenapa, apa kamu takut aku melabrak nya? wanita macam apa yang membuatmu berubah membenciku dan anak-anak?" Tanya Cathlea.
"Dia wanita baik-baik, bahkan jauh lebih baik dari mu, perbedaan kalian seperti langit dan bumi, dia di langit sedangkan kamu di bumi." Teriak Hendra semakin menyakiti hati Cathlea.
"Kalau dia wanita baik-baik dia akan meninggalkan mu saat tahu kamu memiliki istri dan anak. Kenapa kamu begitu membelanya? Apa salahku? hikss... hikss.. aku sudah melakukan kewajiban ku sebagai seorang istri dengan baik, aku juga tidak terlalu banyak menuntut, aku tahu berapa pendapatan mu sebulan, tapi aku sudah bersyukur mesti kau cuma memberiku uang makan saja." Lirih Cathlea dengan isakan tangisnya.
"Salahmu banyak, kamu sudah tua dan tidak menarik lagi, kamu tidak merawat diri dengan baik, tubuhmu sudah mulai gemuk, tanganmu juga kasar, pakaianmu kampungan dan kamu nggak pernah dandan. Aku aja merasa jijik melihat gayamu." Cela Hendra.
"Aku belum tua mas, kamu sendiri yang bilang nggak usah berdandan, karena aku hanya di rumah, bagaimana aku bisa beli pakaian jika uang yang kamu kasi hanya cukup untuk kita makan." Ucap Cathlea.
Hendra mencengkram rahang Chatlea lalu mengarahkannya ke depan cermin.
"Lihat wajahmu di cermin, apa kau merasa pantas hidup denganku? aku kaya dan tampan, penampilanku sempurna sedangkan kau seperti pemulung sampah di jalanan." Ucap Hendra lalu melepaskan cengkeramannya.
"Baik, jika itu maumu, aku akan berubah, aku akan merawat diriku, tapi tinggalkan perempuan itu." Ucap Chatlea dengan lantang.
"Sudah terlambat, aku sudah mengurus pernikahan kami, setelah itu aku akan membawanya ke rumah ini." Ucap Hendra.
"Tidak mas jangan, aku mohon kasihani aku dan anak-anak, aku tidak mau ada wanita lain di rumahku." Mohon Chatlea.
"Rumah mu? apa kamu punya rumah? rumah yang mana? ingat ini rumah ku karena aku yang membelinya. Kamu hanya anak yatim piatu dari panti asuhan. Orang tuamu saja tidak menginginkan kehadiran mu apalagi aku. Kamu tidak punya apa-apa selain bergantung hidup dengan ku." Ucap Hendra.
"Mas, bukankah mas sendiri yang bilang tidak masalah dengan masa lalu ku? menerima aku apa adanya meskipun aku hanya anak yatim?" Ucap Chatlea.
"Itu dulu saat aku salah karena telah jatuh cinta dengan gadis seperti mu, kamu sangat membosankan dan kaku, tidak bergaul seperti seorang istri bos yang lainnya." Ucap Hendra.
"Bagaimana aku bisa bergaul mas, kalo kamu melarang ku keluar rumah." Tegas Chatlea.
"Aku tidak perduli denganmu, yang pasti nya aku akan membawa istri baruku tinggal di rumah ini." Tegas Hendra.
"Tidak Mas, hikss.. hikss.. aku mohon jangan menikah, aku tidak mau, jaga perasaan ku dan anak-anak di sini, bagaimana perasaan mereka jika ada wanita lain di rumah ini." Ucap Chatlea.
"Itu urusan kamu sebagai Mommy nya yang menasihati mereka." Ucap Hendra.
"Kamu juga Daddy nya, kamu bertanggung jawab memberikan contoh yang baik untuk mereka, bukannya memberi contoh yang buruk dengan membawa wanita lain ke rumah ini." Tegas Chatlea.
"Plakkk."
Hendra menampar pipi Chatlea.
"Kamu sudah berani menampar ku mas? kamu sudah melukai hatiku sekarang fisik ku juga?" Chatlea menatap Hendra sambil memegang pipinya yang terasa perih.
"Itu baru awal kalo kamu nggak mau mengikuti kemauan ku." Teriak Hendra.
"Aku akan mengikuti semua kemauan mu, tapi tidak dengan menikahi wanita lain." Chatlea semakin terisak.
"Sayang sekali, sekarang ini aku hanya mau menikah dengan wanita itu, dan kamu harus mengikuti ku." Jelas Hendra.
"Tidak." Teriak Chatlea menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hendra menyunggingkan senyum tipis, lalu berjalan keluar dari kamar, menuju meja makan.
"Prang"
Hendra membanting piring ke lantai.
"Apa cuma makanan yang serti ini yang kamu bisa masak? kenapa menunya itu itu saja?" Teriak Hendra.
Cathlea berlari keluar dari kamar menuju dapur.
"Karena sisa bahan itu yang ada di kulkas, aku sudah tidak punya uang lagi untuk belanja." Ucap Cathlea.
"Apa saja yang kamu beli? apa kau memberikan uang yang aku kasi ke orang lain?" Selidik Hendra.
"Berapa uang yang kau kasi setiap bulannya? hanya satu juta? makan aja tidak cukup, bagaimana mungkin uangnya untuk orang lain." Kesal Cathlea.
"Dasar wanita tidak berguna." Hendra menarik rambut Cathlea ke belakang kemudian menghempaskan tubuh Aulia ke lantai.
"Awww." Cathlea memegang dahinya yang berdarah karena terbentur di sisi meja makan.
"Mommy." Teriak Zidan dan Zarah di depan pintu kamarnya. Mereka berdua berlari memeluk Cathlea.
"Mommy ada darahnya." Ucap Zidan. Zidan dan Zarah berusia empat tahun, mereka anak yang pintar, bahkan kepintarannya hampir seperti orang dewasa lainnya, tapi Hendra tidak mengetahuinya karena tidak pernah memperdulikan keberadaan anak-anaknya.
"Daddy jahat! Kenapa Daddy menyakiti Mommy?" Teriak Zidan.
"Anak kurang ajar, pergi kalian dari hadapanku." Bentak Hendra lalu menyeret keduanya ke kamar dan menguncinya.
"Jangan sakiti mereka, mereka masih kecil." Teriak Cathlea dengan sisa tenaganya.
"Kamu diam saja di situ, urusan kita belum selesai." Bentak Hendra.
"Mommy." Teriak Zidan dan Zarah.
"Hikss.. hikss.. mereka anak-anak kamu mas, kenapa kamu begitu kasar pada mereka?" Teriak Chatlea.
Hendra kembali menghampiri Chatlea lalu menamparnya.
"Plakkk."
Hendra kembali menampar pipi Chatlea.
Cukup mas, kamu keterlaluan. Kamu tidak punya hati dan perasaan, kamu sudah dibutakan cinta perempuan itu. Kami keluargamu, keluarga yang harusnya kamu sayang dan jaga. Keluarga yang seharusnya kamu kasihi dan lindungi, bukan keluarga yang kamu buang setelah mendapat wanita lain." Chatlea menatap Hendra dengan tajam dan dingin lalu beranjak menuju kamar anak-anaknya.
Hendra berjalan menuju kamarnya dan mengeluarkan seluruh barang-barang Chatlea.
Setelah itu mengetuk pintu kamar anaknya.
"Ini pakaian mu, mulai hari ini kamu tidur bersama anak-anak mu, kalo kamu nggak mau, kamu silahkan angkat kaki dari rumah ini." Seru Hendra saat Chatlea membuka pintu kamar.
.
.
.
Bersambung...
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
.