Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Kebenaran
Pintu yang Terbuka
Langkah Kael dan Kiran terhenti di depan gerbang besar yang membatasi struktur megah di depan mereka. Gerbang itu dihiasi ukiran-ukiran aneh, menggambarkan makhluk-makhluk yang mereka belum pernah lihat sebelumnya. Prisma biru di tangan Kael kembali berdenyut pelan, seolah-olah menginstruksikan mereka untuk melangkah lebih dekat.
"Ini... terasa seperti undangan," gumam Kiran sambil menatap pola-pola yang seakan bergerak di permukaan gerbang.
"Tapi undangan untuk apa?" balas Kael.
Saat ia mendekat, prisma biru itu memancarkan cahaya yang menyapu permukaan gerbang. Seketika, suara berat bergema di sekitar mereka, dan gerbang itu mulai terbuka perlahan, memperlihatkan sebuah lorong panjang yang diterangi oleh cahaya biru pucat.
"Kita sudah sejauh ini. Tidak ada jalan lain," ujar Kael, melangkah maju dengan keyakinan yang hampir memaksa dirinya sendiri untuk tetap tenang.
Kiran mengikutinya dengan hati-hati. "Aku harap kita tidak menyesalinya."
---
Lorong Kenangan
Saat mereka melangkah masuk, suasana di dalam lorong terasa berbeda. Udara dingin, namun seolah dipenuhi oleh sesuatu yang tak kasatmata—seperti kenangan yang menari di sekitarnya. Di sepanjang dinding, tampak ukiran-ukiran yang mulai bercahaya saat mereka lewat, menampilkan potongan-potongan peristiwa dari masa lalu.
"Kael, lihat ini," Kiran menunjuk sebuah ukiran yang bergerak seperti proyeksi.
Di sana terlihat dua sosok, mirip Kael dan Kiran, sedang memegang prisma biru dan melawan sosok bayangan yang lebih besar dari yang baru saja mereka temui. Namun, yang mengejutkan adalah hasil dari pertempuran itu: salah satu dari mereka jatuh, meninggalkan prisma itu sendirian di tengah kegelapan.
"Apa ini... masa depan kita?" Kiran bertanya, suaranya bergetar.
Kael menggelengkan kepala. "Atau mungkin ini masa lalu. Mungkin ada orang lain sebelum kita yang melalui jalan ini."
Namun, sebelum mereka sempat merenungkan lebih jauh, sebuah suara lembut namun tegas terdengar dari ujung lorong.
"Kael... Kiran..."
Mereka terhenti, saling pandang dengan kebingungan.
"Siapa itu?" Kael bertanya, suaranya bergema di lorong.
"Yang memegang kunci harus siap menghadapi apa pun. Tapi ketahuilah, setiap langkah mendekatkan kalian pada pengorbanan yang tak terhindarkan."
---
Pilihan yang Sulit
Lorong itu berakhir di sebuah ruangan berbentuk bulat, dengan tiga pintu berbeda yang mengarah ke arah yang tidak diketahui. Di tengah ruangan, terdapat pilar yang menopang sebuah prisma kecil lainnya, kali ini bersinar dengan cahaya kuning lembut.
"Sepertinya kita harus memilih," ujar Kiran sambil menatap pintu-pintu itu.
Namun, sebelum mereka bisa mendekati pilar itu, suara tadi kembali terdengar.
"Tiga pintu. Tiga jalan. Satu pilihan. Setiap jalan akan membawa kalian pada kebenaran, tapi tidak semua kebenaran itu dapat diterima."
Kael mendekati pilar dan menyentuh prisma kuning itu. Cahaya dari prisma biru di tangannya dan prisma kuning di pilar itu menyatu sejenak, menghasilkan sebuah proyeksi lain. Kali ini, proyeksi itu menunjukkan tiga simbol: seekor naga, sebatang pohon, dan matahari yang menyala.
"Ini pasti petunjuk," ujar Kael sambil memandangi simbol-simbol itu dengan saksama.
"Petunjuk untuk apa?" Kiran bertanya, merasa semakin bingung.
Kael menatap pintu-pintu itu lagi. "Pintu naga mungkin mewakili kekuatan, pohon melambangkan pengetahuan, dan matahari... mungkin keberanian atau kehidupan. Kita harus memilih mana yang sesuai dengan perjalanan kita."
---
Bayangan Masa Lalu
Namun, sebelum mereka bisa membuat keputusan, bayangan dari lorong sebelumnya kembali muncul, kali ini dalam bentuk yang lebih nyata.
"Pilihan kalian tidak akan mengubah apa yang telah ditentukan," ujar bayangan itu, suaranya penuh kebencian.
Kael dan Kiran langsung bersiap. Prisma biru di tangan Kael kembali bersinar terang, seolah merespons ancaman itu.
"Kau lagi?" seru Kiran. "Bukankah sudah cukup pertarungan kita sebelumnya?"
Bayangan itu tertawa rendah. "Aku hanyalah pengingat dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Kalian mungkin telah melewati penjaga pertama, tapi tidak ada yang akan melewati aku."
Kael melangkah maju, prisma biru di tangannya mulai memancarkan cahaya yang lebih terang. "Kau salah. Kami akan terus maju, apa pun yang terjadi."
---
Keputusan yang Berat
Pertarungan sengit pun terjadi, kali ini jauh lebih intens dibandingkan sebelumnya. Bayangan itu semakin kuat, memanfaatkan energi dari ruangan itu untuk menyerang dengan kekuatan yang lebih besar.
Namun, di tengah kekacauan itu, prisma kuning yang berada di pilar mulai bercahaya, seolah memberi sinyal kepada Kael dan Kiran.
"Kael, prisma itu! Mungkin itu kuncinya!" seru Kiran.
Kael segera mengarahkan prisma biru di tangannya ke prisma kuning. Kedua cahaya itu bersatu, menciptakan gelombang energi yang menghantam bayangan itu hingga lenyap seketika.
Namun, setelah bayangan itu hilang, suara lain terdengar, kali ini lebih lembut dan penuh misteri.
"Kalian telah membuat langkah pertama. Tapi ingatlah, setiap pilihan memiliki harga."
Saat prisma kuning menyatu dengan prisma biru, sebuah pintu terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan jalan baru yang penuh dengan cahaya terang.
"Sepertinya inilah jalannya," ujar Kael, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.
Kiran mengangguk pelan. "Dan ini baru permulaan."
Dengan langkah penuh keyakinan, mereka memasuki pintu itu, meninggalkan ruangan di belakang mereka. Di tempat lain, sosok berjubah hitam kembali mengamati, kali ini dengan senyum yang lebih lebar.
"Mereka semakin dekat... dan semakin jauh dari titik kembali."
😄😄😄
Good job...!!!