Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Senang sekali bisa berkeliling pasar. Mengenal kehebatan pengaturan sang pemimpin kerajaan Galespire.
Namun rasa kagum itu hilang seketika. Saat Raja menangkap serta mendekap wanita yang dicintainya tepat di hadapan Keira. Apa keduanya sungguh harus menampilkan drama seperti ini di depannya? Tidak bisakah mereka menahannya? Padahal, keduanya sudah menjalani malam bersama kemarin.
Tapi Keira tidak mau terlihat terpukul. Di kehidupan ini dia sudah berjanji untuk bahagia. Karena itu, Keira menjaga gerakan setiap otot wajahnya. Memastikan tidak ada satupun kekesalan tampak disana.
Wanita licik itu sulit untuk dipuaskan dengan hanya ekspresi datar wajah Keira. Terus saja bergelayut manja di lengan Raja dengan suara mendayu-dayu yang menggoda birahi pria. Kekesalan Keira bertambah. Dan saat tidak tahan lagi, Raja membiarkannya pergi. Kembali ke kamarnya.
"Ratu!!" panggil Jane yang melihatnya dari kejauhan. Entah dari lokasi man Keira tidak lagi melihat Jane di belakangnya. Pria itu terus saja mengajaknya berkeliling.
"Jane"
"Apa Raja melukai Anda?" tanya Jane.
"Tidak. Kenapa kau berpikir Raja melukaiku?"
"Saya khawatir. Karena kita keluar tanpa ijin Raja pagi tadi"
Ohh, Keira lupa. Seorang Ratu tidak diperbolehkan keluar dari kawasan istana tanpa ijin Raja.
Apa jangan-jangan alasan Raja mengajaknya berkeliling tadi. Adalah untuk mencari tempat sepi. Untuk menghukumnya? Dan secara tidak terduga wanita licik itu datang mengganggu. Jadi, dia selamat berkat wanita licik itu? Wahh, Keira benar-benar tidak menyangka. Ternyata wanita licik itu berguna untuknya.
"Kalau begitu, tidak melihat Raja adalah jalan terbaik bagi kita sekarang" katanya pada Jane.
"Apa? Kenapa? Ratu!!"
Tanpa menjawab pertanyaan Jane, Keira melesat pergi. Kembali ke kamarnya.
Beberapa hari kemudian, disaat langit dihiasi dengan awan berwarna abu-abu. Terdengar kabar yang ramai disebarkan oleh pelayan, prajurit bahkan bangsawan dalam istana.
Raja telah menghabiskan malam bersama istri yang dicintainya. Tentu saja bukan Keira. Melainkan Mary.
Kabar yang telah didengar semua penghuni istana itu memang sesuai dengan yang diharapkan. Karena terlihat sekali rasa cinta Raja pada selirnya. Bukan kepada Ratu yang seharusnya mendapatkan malam indah itu pertama kali.
"Ratu, apa Anda tidak apa-apa?" tanya Jane sepertinya khawatir sekali. Bagaimana cara Keira memberitahu pelayan sekaligus temannya itu. Kalau dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan Raja dan wanita liciknya?
Bahkan dia merasa senang. Hanya saja, dia khawatir akan reaksi orang tuanya di Nemorosa saat mengetahui kabar ini. Keira harap orang tuanya tidak mengajukan keberatan seperti yang terjadi di kehidupan lalunya. Agar keluarganya bisa selamat dari ancaman kematian.
"Aku baik-baik saja. Mary adalah wanita yang dicintai oleh Raja. Sangat wajar seorang pria menyentuh wanita yang dicintainya" jawab Keira tenang.
"Tapi Ratu. Seharusnya Raja mendahulukan Anda. Karena Anda adalah Ratu"
Keira mengambil napas panjang lalu memegang kedua tangan Jane. Berusaha membuat temannya itu lebih tenang.
"Yang terpenting bagiku adalah kita hidup dan bahagia. Keluarga kita hidup dan bahagia. Selain itu, aku tidak peduli yang lain. Dan lagi, aku masih terlalu muda untuk memikirkan urusan ranjang. Yang bisa kupikirkan adalah memiliki banyak pria di sekelilingku. Agar aku merasa aman meski harus berada di dekat penguasa yang lalim"
"Jadi, itukah maksud Anda mendekati Jenderal Malone, bangsawan Rupert Wickham dan Tuan Simon Woods?"
"Benar"
Padahal, Keira hanya ingin memenuhi impian liarnya di masa lalu saja. Tapi, dengan bicara seperti ini, pasti bisa membuat Jane mendukungnya.
"Saya tidak akan mengeluh lagi sekarang kalau memang Ratu ingin bertemu dengan salah satunya. Benar sekali. Dekat dengan para pria itu pasti akan membuat posisi Anda sebagai Ratu menjadi aman. Meski Raja tidak menyentuh Anda"
Apa? Kenapa pemikiran Jane berbeda dari dirinya? Kenapa sepertinya Jane berpikir kalau Keira akan memberontak dengan dukungan ketiga pria itu?
"Tunggu Jane, bukan itu maksudku"
"Baik, sekarang mari kita cari salah satunya untuk menemani Anda"
"Jane, bukan!!"
Teriakan Keira tidak didengar oleh Jane sama sekali. Tapi pelayannya itu tidak keluar setelah membuka pintu. Menandakan ada seseorang disana.
Dan benar saja. Disana berdirilah seorang wanita yang ingin memamerkan statusnya yang semakin tinggi sekarang. Karena telah tidur dengan Raja.
"Selamat pagi Ratu" ucap wanita licik itu dengan suara yang kecil sekali. Seolah-olah tidak memiliki tenaga untuk bicara.
"Selamat pagi Nona Mary" balas Keira lalu mempersilahkan wanita licik itu masuk.
Tapi wanita itu berjalan dengan perlahan sekali. Bahkan harus dibantu oleh pelayannya untuk duduk.
"Ratu, saya mohon maaf" katanya lalu mulai menangis.
"Kenapa?"
"Sesuai dengan kabar yang Anda dengar, saya telah ... Tidur dengan Raja kemarin. Bahkan kami menghabiskan banyak waktu di atas ranjang. Sampai saya tidak kuat berjalan. Huhuhu"
Keira mengakui kalau dia sungguh bodoh di kehidupan yang lalu. Kenapa dengan mudah marah karena terpicu ucapan wanita licik itu.
"Sungguh tidak terduga. Ternyata Raja bisa sekuat itu" jawabnya menghentikan acara tangis palsu itu.
"Apa?" tanya Nona Mary tidak menyangka reaksi Keira.
"Ahh maaf. Saya hanya mengatakan hal yang bodoh. Lanjutkan cerita Nona Mary!"
"Apa? Apa Ratu tidak keberatan dengan masalah ini? Apa Ratu akan membenci saya? Karena saya hanyalah putri dari prajurit biasa sedangkan Anda yang seharusnya sudah tidur dengan Raja. Tidak mendapatkan kehormatan ini"
"Apa kalian melakukan segala macam gaya?" tanya Keira sekali lagi menghentikan kesedihan palsu wanita licik itu.
"Gaya? Apa maksud Ratu?"
"Jadi hanya satu gaya? Raja di atas atau di bawah?"
"Apa? Ratu!! Apa Anda benar-benar marah?" teriak wanita licik itu tanpa alasan. Membuat prajurit dan pelayan yang mengikuti wanita licik itu menerobos masuk ke dalam kamar Ratu.
"Aku tidak marah. Nona Mary yang berteriak dan meninggikan suara" ujarnya membuat para prajurit dan pelayan yang terlanjur menerobos masuk saling berpandangan. Terlihat sekali mereka sudah diperintahkan untuk masuk saat mendengar teriakan wanita licik itu.
Tujuannya? Pasti untuk memfitnah Ratu.
"Ratu!"
"Nona Mary, aku hanya bertanya tentang detail percintaan Anda dan Raja. Kenapa membawa masuk semua orang? Apa Nona Mary ingin mereka mendengarnya juga?"
Baik wanita licik itu, pelayannya serta semua prajurit merasa tidak nyaman dengan pernyataan Keira. Mereka saling berpandangan lalu melihat ke arah bawah, seolah menyesal telah masuk ke dalam kamar Ratu.
Tapi Keira merasa tenang. Karena dia tidak melakukan apa-apa.
Yang tidak dia duga adalah kedatangan seorang pria yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan berteriak.
"Apa yang terjadi???!!"
Keira bangun dari duduknya. Dia segera menunduk hormat pada Raja yang datang. Kenapa kamarnya yang semula luas menjadi sangat sempit sekarang?