NovelToon NovelToon
QUENN OFF ASSASINS

QUENN OFF ASSASINS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia
Popularitas:501
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Ariella, seorang wanita muda yang dipilih untuk menjadi pemimpin organisasi pembunuh terkemuka setelah kematian sang mentor. Kejadian tersebut memaksanya untuk mengambil alih tahta yang penuh darah dan kekuasaan.

Sebagai seorang wanita di dunia yang dipenuhi pria-pria berbahaya, Ariella harus berjuang mempertahankan kekuasaannya sambil menghadapi persaingan internal, pengkhianatan, dan ancaman dari musuh luar yang berusaha merebut takhta darinya. Dikenal sebagai "Queen of Assassins," ia memiliki reputasi sebagai sosok yang tak terkalahkan, namun dalam dirinya tersembunyi keraguan tentang apakah ia masih bisa mempertahankan kemanusiaannya di tengah dunia yang penuh manipulasi dan kekerasan.

Dalam perjalanannya, Ariella dipaksa untuk membuat pilihan sulit—antara kekuasaan yang sudah dipegangnya dan kesempatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik, jauh dari bayang-bayang dunia pembunuh bayaran. Di saat yang sama, sebuah konspirasi besar mulai terungkap, yang mengancam tidak hanya ker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Jejak di Kegelapan

Darah mengucur deras dari bahu Ariella, menetes ke lantai gudang yang dingin dan basah. Namun, dia tetap berdiri tegak, menatap tajam ke arah pria bertopeng yang telah mengkhianati Marcus tanpa ragu. Marcus tergeletak di lantai dengan tubuh tak bergerak, dikhianati oleh pihak yang sama yang ia pilih untuk bekerja sama.

“Kau terlalu banyak bicara,” ujar Ariella, menarik napas panjang meski rasa sakit terus menghantui. Dengan gerakan cepat, dia meraih sebuah pisau kecil dari pergelangan kakinya. Satu langkah, satu lemparan. Pisau itu melesat ke arah pria bertopeng dan mengenai lengannya, cukup untuk menjatuhkan senjata yang dipegangnya.

Pria bertopeng itu meringis kesakitan, tetapi dia masih tersenyum. "Kau pikir ini akan membuat perbedaan? Ini hanya satu babak kecil dalam permainan panjang kami, Ariella."

Ariella melangkah maju, perlahan namun penuh ancaman. "Dan aku akan memastikan ini adalah babak terakhirmu."

Sebelum dia bisa mendekat lebih jauh, ledakan besar terdengar dari luar gudang. Getarannya mengguncang seluruh bangunan, debu dan pecahan material runtuh dari langit-langit. Melalui radio komunikasi di telinganya, suara Rael terdengar tergesa-gesa.

"Komandan! Gudang ini dipasang bahan peledak. Kami hanya punya waktu beberapa menit sebelum semuanya meledak!"

Ariella melirik pria bertopeng itu yang kini mencoba melarikan diri menuju pintu belakang. Dia harus membuat keputusan cepat—mengejar pria itu atau menyelamatkan timnya.

“Rael, instruksikan semua orang untuk mundur sekarang. Temui aku di pintu barat dalam waktu dua menit!” perintah Ariella sambil mengejar pria bertopeng itu.

---

Pria bertopeng itu berlari melewati lorong sempit yang gelap, memanfaatkan kekacauan yang terjadi. Ariella mengikutinya tanpa ragu, meskipun langkahnya terasa semakin berat akibat luka di bahunya. Detak jantungnya berpacu cepat, bukan karena rasa takut, tetapi karena tekad untuk tidak membiarkan pria itu lolos begitu saja.

Sampai di sebuah ruangan kecil di ujung lorong, pria bertopeng itu berhenti sejenak, tampak menunggu Ariella. Ketika dia muncul, pria itu mengangkat tangan, menunjukkan bahwa dia tidak lagi bersenjata.

"Kau tahu, aku sangat mengagumimu, Ariella," katanya dengan nada yang hampir terdengar tulus. "Kau adalah satu-satunya ancaman nyata bagi rencana kami."

"Kalau begitu, kenapa tidak menyerah saja?" balas Ariella dengan tajam.

Pria itu tertawa pelan. "Karena ini bukan tentang aku atau kau. Ini tentang sesuatu yang jauh lebih besar. Dan kau tidak akan bisa menghentikannya."

Ariella menyipitkan mata. “Aku tidak peduli seberapa besar rencana kalian. Selama aku masih bernapas, aku akan menghancurkannya.”

Namun, sebelum Ariella bisa mendekat, pria itu menekan sebuah tombol kecil di sabuknya. Dinding di belakangnya terbuka, memperlihatkan sebuah jalan keluar rahasia. Dengan satu gerakan, pria itu melesat keluar, meninggalkan Ariella yang hanya bisa melihat pintu itu menutup kembali dengan cepat.

Sebuah suara dari radio mengganggu pikirannya. "Komandan, waktu kita habis! Gedung ini akan meledak dalam 30 detik!"

Dengan rasa frustrasi yang membara, Ariella berbalik dan berlari kembali ke arah pintu barat tempat timnya menunggu. Dia berjuang melawan rasa sakit yang menusuk di bahunya, melawan setiap detik yang terus berlalu.

Ketika dia mencapai pintu keluar, Rael dan timnya sudah bersiap dengan kendaraan untuk melarikan diri. Begitu Ariella melompat masuk, mereka langsung melaju dengan kecepatan penuh.

Hanya beberapa detik kemudian, suara ledakan besar menggema di belakang mereka. Gudang itu hancur berkeping-keping, melemparkan puing-puing ke udara. Tim mereka berhasil selamat, tetapi Ariella tahu bahwa ini bukan akhir dari segalanya.

---

Di markas mereka, suasana penuh ketegangan. Liana duduk di depan layar komputer, mencoba menguraikan data yang berhasil mereka selamatkan dari gudang sebelum ledakan terjadi. Rael berdiri di dekatnya, sementara Ariella duduk di sudut ruangan, membalut lukanya sendiri.

"Kami kehilangan Marcus," ujar Rael setelah beberapa saat hening.

"Dia sudah menjadi ancaman sejak awal," jawab Ariella tanpa emosi. "Tapi pria bertopeng itu... dia adalah kunci dari semuanya. Kita harus menemukan dia."

Liana memutar kursinya ke arah mereka. "Ada sesuatu yang perlu kalian lihat."

Dia memutar layar, memperlihatkan rekaman video dari kamera tersembunyi yang mereka temukan di gudang. Dalam rekaman itu, pria bertopeng tersebut terlihat berbicara dengan seseorang melalui perangkat komunikasi.

"Kita sudah memastikan lokasi berikutnya," katanya dalam rekaman. "Operasi akan dilanjutkan di Pelabuhan Timur dalam 48 jam. Pastikan semuanya berjalan lancar."

Ariella mengunci tatapannya pada layar. Pelabuhan Timur adalah salah satu titik transit terbesar di kota ini, dan jika operasi The Raven Syndicate melibatkan lokasi itu, maka mereka pasti merencanakan sesuatu yang jauh lebih besar.

"Rael, siapkan tim," kata Ariella dengan nada tegas. "Kita tidak punya banyak waktu. Kita akan menghentikan mereka di Pelabuhan Timur, apapun yang terjadi."

Rael mengangguk tanpa ragu. "Kami akan siap, Komandan."

Ariella berdiri, meskipun rasa sakit masih menjalar dari bahunya. Dia tahu bahwa pertarungan ini belum selesai. Setiap langkah yang dia ambil membawa mereka lebih dekat ke kebenaran, tetapi juga lebih dekat pada bahaya yang lebih besar.

Pria bertopeng itu mungkin telah lolos hari ini, tetapi dia tidak akan lolos untuk selamanya. Dan Ariella bersumpah, dia akan menghancurkan The Raven Syndicate, tidak peduli seberapa kuat mereka.

Malam itu, di tengah keheningan markas, Ariella mempersiapkan dirinya. Dalam hati, dia tahu bahwa perang ini baru saja dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!