Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."
Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan di Jantung Proyek Genesis
Lantai di bawah kaki Arga dan timnya terus bergetar. Suara mesin yang meraung semakin keras, seolah-olah menandakan sesuatu yang besar sedang bergerak. Pintu-pintu di ruangan itu kini terkunci rapat, meninggalkan mereka tanpa jalan keluar.
"Ini jebakan yang sempurna," kata Alya, mencoba menenangkan napasnya di tengah suasana yang mencekam.
"Jangan panik!" perintah Arga dengan suara tegas. "Lina, bisakah kau membuka sistemnya? Kita butuh jalan keluar sekarang!"
Lina segera berlutut di depan salah satu konsol komputer. Jemarinya menari di atas keyboard, mencoba meretas sistem keamanan ruangan. "Berikan aku waktu. Sistem ini tidak seperti apa pun yang pernah aku lihat sebelumnya."
Sementara itu, Damar berjalan ke dinding, memeriksa celah atau panel tersembunyi yang mungkin menjadi jalan keluar darurat. "Mesin ini mungkin sedang mengaktifkan sesuatu di bawah tanah," gumamnya. "Kita harus menghentikannya sebelum terlambat."
"Apa pun itu, kita tidak punya banyak waktu," balas Alya sambil mengarahkan senjatanya ke sekeliling, berjaga-jaga terhadap ancaman yang mungkin datang.
---
Beberapa menit kemudian, Lina berhasil menembus sistem. "Aku menemukan sesuatu!" teriaknya. "Mesin ini bukan hanya penggerak Proyek Genesis. Mereka sedang mengirimkan sinyal ke satelit di orbit untuk memulai aktivasi global."
"Aktivasi global?" tanya Arga.
"Ya," jawab Lina sambil terus mengetik. "Sinyal ini terkoneksi ke seluruh lokasi markas Helios yang lain. Jika kita tidak menghentikannya, seluruh jaringan mereka akan aktif. Dan aku yakin itu akan menghancurkan lebih banyak daripada yang kita kira."
"Berapa lama kita punya waktu sebelum aktivasi selesai?" tanya Alya.
Lina memeriksa layar. "Kurang dari sepuluh menit."
---
Arga segera mengambil alih situasi. "Lina, fokus untuk menghentikan sinyal itu. Alya dan Damar, kita cari sumber energinya. Mesin ini pasti memiliki inti daya utama. Jika kita bisa menghancurkannya, seluruh operasi bisa lumpuh."
Tim segera berpencar. Lina tetap berada di ruangan untuk mengendalikan sistem, sementara Arga, Alya, dan Damar menyusuri lorong-lorong gelap di dalam fasilitas.
Di sepanjang jalan, mereka menemukan tanda-tanda perlawanan. Robot penjaga otomatis mulai muncul dari panel-panel tersembunyi di dinding. Dengan cepat, Arga dan Alya mengarahkan tembakan mereka, menghancurkan mesin-mesin itu satu per satu.
"Pertahanan mereka mulai aktif," kata Damar sambil memukul satu robot dengan senjatanya. "Nathan pasti tahu kita mencoba menghentikannya."
"Tidak ada waktu untuk mundur," balas Arga. "Kita harus mencapai inti daya."
---
Sementara itu, Lina terus berjuang melawan waktu. Sistem keamanan Helios tampak lebih canggih dari yang dia bayangkan. Setiap kali dia mencoba memutuskan sinyal, sistem akan secara otomatis mengubah protokolnya, memaksanya untuk memulai dari awal.
"Lina, kau bisa melakukannya," gumamnya pada diri sendiri, mencoba tetap fokus meski keringat mengalir di dahinya.
Tiba-tiba, layar monitor di depannya berubah, menampilkan wajah Nathan Helios lagi.
"Ah, Lina," kata Nathan dengan nada mengejek. "Genius kecil yang mencoba bermain dengan sistemku. Kau tahu, kau seharusnya menyerah. Tidak ada yang bisa menghentikan ini."
"Diam!" balas Lina dengan penuh kemarahan. "Kami akan menghentikanmu, apa pun caranya!"
Nathan tertawa. "Kalian tidak memahami besarnya skala ini. Proyek Genesis bukan sekadar alat. Ini adalah revolusi. Dan kau, bersama teman-temanmu, akan menjadi saksi bagaimana dunia berubah di bawah kekuasaanku."
Lina tidak menggubris kata-kata Nathan dan terus bekerja, mengetik lebih cepat dari sebelumnya.
---
Di bagian lain fasilitas, Arga, Alya, dan Damar akhirnya menemukan inti daya mesin itu. Sebuah ruang besar dengan generator raksasa yang berdengung dengan energi.
"Itu dia," kata Alya sambil mengarahkan senjatanya ke generator. "Tapi bagaimana kita menghancurkannya? Mesin ini terlalu besar untuk diledakkan begitu saja."
Damar memeriksa struktur di sekitarnya. "Ada beberapa tabung energi di sini. Jika kita meledakkan satu, mungkin akan menciptakan reaksi berantai."
"Tapi itu akan memakan waktu," kata Arga. "Kita butuh Lina untuk memberi kita cukup waktu sebelum mesin ini sepenuhnya aktif."
Arga menghubungi Lina melalui radio. "Lina, kami menemukan inti daya. Tapi kami butuh lebih banyak waktu. Apa kau bisa menunda sinyal itu lebih lama?"
Lina menjawab dengan suara penuh tekanan. "Aku akan mencoba, tapi kalian harus cepat. Sistem ini semakin sulit ditembus."
---
Alya mulai menanam bahan peledak di sekitar tabung energi, sementara Arga dan Damar berjaga-jaga. Namun, mereka segera menghadapi gelombang baru robot penjaga yang lebih besar dan lebih canggih.
"Tahan mereka!" teriak Arga sambil menembakkan senjatanya ke arah robot yang mendekat.
"Aku butuh lima menit lagi!" teriak Alya, mencoba menyelesaikan pekerjaannya di tengah hujan tembakan.
"Pastikan itu cukup untuk menghancurkan semuanya!" balas Damar, menembak jatuh salah satu robot yang hampir mendekati Alya.
---
Di ruang kontrol, Lina akhirnya berhasil memecahkan kode terakhir. Dengan satu sentuhan, dia mematikan sinyal ke satelit, menghentikan sementara aktivasi global.
"Arga, aku berhasil! Tapi kalian harus segera keluar! Aku mendeteksi lonjakan energi besar di inti daya!"
"Alya, sudah selesai?" tanya Arga.
"Sudah!" Alya berteriak. "Semua bahan peledak siap!"
"Mundur sekarang!" perintah Arga.
---
Tim berlari keluar dari ruangan itu secepat mungkin. Saat mereka mencapai jarak aman, Alya menekan tombol detonator. Ledakan besar mengguncang fasilitas, menghancurkan inti daya dan menghentikan mesin Proyek Genesis sepenuhnya.
Namun, ledakan itu juga memicu kehancuran seluruh bangunan. Tim harus berjuang melarikan diri melalui lorong-lorong yang runtuh, hingga akhirnya mereka berhasil mencapai permukaan gurun.
Di luar, mereka terengah-engah, tubuh mereka dipenuhi debu dan luka. Mereka menyaksikan bangunan di kejauhan runtuh sepenuhnya, menghilang di bawah awan pasir.
"Kita berhasil," kata Damar sambil tersenyum tipis.
"Tapi Nathan masih di luar sana," balas Arga, wajahnya penuh tekad. "Dan ini belum selesai."
---