"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Menyesal
..."I'm gonna make you regret what you just told me." ~Elvan...
Sore ini, Celia memutuskan untuk meninggalkan homestay dan menemui Lily, kebetulan hari ini Lily tiba di Bali. Celia mulai mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam koper.
"Kamu benar-benar mau pergi sekarang?" tanya Bu Widya dari balik pintu kamar.
"Iya Bu, ada pekerjaan yang harus Celia selesaikan," jawab Celia sambil menutup kopernya.
"Ibu harap kamu mau main kesini lagi," ujar Bu Widya sambil menatap Celia dengan wajah sendu.
Mendengar itu, Celia tersenyum seraya menghampiri Bu Widya.
"Ibu ngomong apa sih, tentu aku bakalan balik lagi kesini, aku pasti bakalan kangen sama Ibu," ujar Celia sambil merentangkan kedua tangannya.
Bu Widya tersenyum lalu memeluk Celia dengan erat, dan menepuk-nepuk bahu Celia.
"Jaga diri ibu baik-baik ya, salam buat Pak El, nanti kalau urusan Celia sudah selesai, Celia bakalan balik kesini lagi," ucap Celia setelah melepas pelukannya.
Celia keluar dari kamar seraya menyeret kopernya menuju pintu utama. Bu Widya mengangguk dan mengusap air matanya.
Tin! Tin!
Celia bergegas keluar setelah mendengar suara klakson mobil. Langkah Celia terhenti saat mendapati seorang pria berjas keluar dari mobil Porsche berwarna abu-abu.
"Tristan," lirih Celia.
Celia terkejut, dan bergumam, "Kenapa dia ada di sini."
...Tristan Alexander, 28tahun....
...Dewasa, tampan, humoris, kaya, dia adalah dambaan semua wanita....
Tristan turun dari mobil dan berjalan menghampiri Celia. Tristan adalah pacar Lily, sekaligus CEO dan owner dari brand Xxxxxx. Brand yang di endorse oleh Celia.
Tristan tampak bersemangat, dia mendekati Celia dengan sepasang mata berbinar. Tristan mengambil sekuntum bunga dari tangannya, menyerahkannya kepada Celia, dan berkata sambil tersenyum: "Surprise."
Celia menatap Tristan dengan malas, dan berkata, "Frivolous."
Tristan berdiri di depan Celia, menatapnya, dan berkata: "Kamu tidak ingin memelukku?"
Tristan merentangkan tangannya dan membawa Celia ke pelukannya. Celia memberontak beberapa saat, tapi akhirnya menyerah dan jatuh ke pelukan Tristan. Tristan merasakan tubuh Celia sedikit gemetar. Celia mengangkat kepalanya, dan pada saat itu, Tristan tersenyum. Senyuman Tristan terlihat sangat tampan.
"Capek ya? Sini, kopernya biar aku yang bawa," ucap Tristan setelah melepas pelukannya dan mengambil alih koper milik Celia.
Celia mengangguk, dan berkata "Terimakasih."
Belum sempat Tristan pergi membawa koper milik Celia, tiba-tiba Elvan muncul dan merebut koper dari tangan Tristan.
"Elvan, bagaimana kamu ada disini?" tanya Celia yang sedikit terkejut dengan keberadaan Elvan.
"Siapa yang mengijinkan kamu pergi? Bukankah aku sudah bilang, kamu tidak boleh meninggalkanku!" tukas Elvan dengan mata berkilat penuh amarah.
Tristan melirik ke arah Celia, dan menunjuk Elvan, seolah-olah meminta penjelasan.
"Tidak apa-apa, nanti aku jelasin," ujar Celia pada Tristan.
Celia mengabaikan Elvan, dan berjalan meninggalkan Elvan. Celia masih mengingat umpatan yang Elvan lontarkan kepadanya. Walaupun Celia salah, harusnya Elvan cukup menegurnya, tidak perlu mengumpatnya.
"Celia!" Elvan menahan tangan Celia.
Tetapi Celia menghempaskan tangan Elvan dan terus berjalan.
"Celia, tunggu!" Elvan menghentikan langkah Celia.
"Apa lagi? Kita ini sudah tidak punya hubungan apa-apa, mulai sekarang kita bukan lagi sepasang kekasih seperti yang kamu katakan semalam. Dan satu lagi, lupakan jika kita pernah saling mengenal. Aku menyesal kenal sama kamu," jelas Celia.
"Apa maksud kamu?" Elvan menatap lekat wajah Celia.
"Mulai sekarang bersikaplah sewajarnya dan jangan melewati batas dan satu lagi kemanapun dan kapanpun aku pergi, itu bukan urusan kamu lagi," ujar Celia sambil berlalu meninggalkan Elvan.
"Celia!" teriak Elvan. Elvan hendak mengejarnya tapi Tristan langsung menghalangi Elvan.
"Minggir! Dan jangan ikut campur!" bentak Elvan.
"Kamu tidak dengar dia bilang apa tadi? Kalian tidak punya hubungan apa-apa, jadi tolong jangan ganggu dia lagi," Tristan merebut koper dari tangan Elvan, lalu berjalan menuju mobilnya dan memasukkan koper ke dalam bagasi.
Setelah memasukkan koper, Tristan masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Elvan. Elvan menatap kepergian mobil Tristan dan perlahan jatuh bersimpuh.
Bu Widya hanya bisa melihat Elvan dari kejauhan, dia merasa kasihan, tapi dia juga tidak tahu bagaimana cara menenangkannya. Bu Widya tidak tahu jika Elvan dan Celia memiliki hubungan, dia pikir mereka baru ditahap saling mengenal.
******
"Kenapa kamu yang menjemputku? Aku pikir tadi Lily yang datang," tanya Celia sambil menoleh kearah Tristan.
"Lily ada meeting dengan sponsor disini. Dia tidak bisa menjemputmu, jadi dia minta aku buat jemput kamu," jawab Tristan sembari menyetir.
"Kamu tidak suka dijemput sama abang ganteng? Padahal banyak cewek yang ngantri minta di jemput sama abang ganteng ini lho, ucap Tristan sambil mengedipkan matanya kearah Celia."
"Ih narsis nya kumat," ucap Celia sambil tertawa dengan pelan.
"Gitu dong, kan cantik kalau ketawa," ucap Tristan sambil tersenyum.
Celia menoleh kearah Tristan, dan berkata, "Makasih ya Abang ganteng."
Tristan menganggukkan kepalanya.
"Oh iya, aku minta maaf, aku sudah membuat kalian salah paham," ujar Tristan yang merasa tidak enak.
"Absolutely not, lagi pula dia bukan siapa-siapa," Celia berkata sambil mencari ponselnya.
"Tapi sepertinya kalian saling menyukai, iya kan?" ucap Tristan. Tristan melirik ke arah Celia.
Celia diam, dia tidak menanggapi ucapan Tristan, dia sedang mencerna apa yang diucapkan oleh Tristan. Memang benar apa yang di katakan oleh Tristan, Celia menyukai Elvan, dan Elvan juga menyukainya, bahkan Elvan sudah menyatakan perasaannya.
Celia sebenarnya merasa bersalah dan menyesal, jika dia tidak memulai, menggoda dan menanggapi Elvan, mungkin hubungan mereka masih baik-baik saja. Tapi mau bagaimana lagi, ibarat kata, nasi sudah menjadi bubur, jadi tidak ada gunanya menyesalinya.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Tristan saat melihat ekspresi wajah Celia yang berubah murung.
"Ya, I think so," jawab Celia ragu-ragu.
"Ekspresi wajah kamu nggak bisa bohong," ujar Tristan.
"Benarkah? Aku baik-baik aja kok," ujar Celia sambil menepuk nepuk wajahnya.
"Jujur sama aku, apa yang sebenarnya kamu rasakan sekarang," ujar Tristan.
Celia termenung sejenak, dan menatap Tristan.
"Cerita aja, aku nggak bakalan ngadu sama Lily, aku tahu apa yang ada di pikiran kamu," lanjut Tristan.
"Oh ya? Kamu yakin? Biasanya juga langsung cerita sama Lily. Kamu ini cepu. Dan satu lagi, kamu cenayang ya? Kok bisa tahu apa yang sedang aku pikirkan," ucap Celia sambil tertawa.
"Aku lagi mode serius ini, jadi jangan bercanda!" Tristan menjentikan jarinya di kening Celia.
"Abang... " Lirih Celia memanggil Tristan
"Ya, sebentar ya," Tristan menoleh, lalu mengusap kepala Celia dengan lembut.
Tristan menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia menatap Celia, Celia juga membalas tatapan Tristan.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”