"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. As You Wish
..."Being with you is the happiest I have ever been. You make my life complete." ~Elvan...
"Sayang? Malam ini..." Celia menjeda ucapannya, dia menoleh dan menatap Elvan dengan wajah serius. Elvan tertegun, mencoba menebak apa yang ingin dikatakan oleh Celia.
"Malam ini... Bolehkah aku menginap ditempat Lily?" tanya Celia.
Elvan menghela nafasnya, dia pikir Celia akan memintanya untuk ....
"Kenapa harus menginap disana?" tanya Elvan dengan nada sedikit kesal.
Celia memiringkan wajahnya didepan wajah Elvan, "Boleh atau tidak?"
Elvan menggelengkan kepalanya, "Besok saja kalau mau menginap. Sebelum aku pulang, aku akan mengantarmu," jawab Elvan.
Celia mengerutkan keningnya, dan bertanya, "Kamu mau pulang? Kenapa?"
"Aku harus pulang, aku akan mengambil beberapa pakaian. Setelah itu kita pergi ke Singapore sama-sama, aku juga ingin menemui kakekmu," jawab Elvan.
Celia menatap lekat wajah Elvan, dan bertanya, "Kamu yakin?"
Elvan mengangguk, dan mengecup sekilas bibir Celia.
"Sekarang kita pulang," ujar Elvan sambil menuntun Celia untuk masuk kedalam mobil.
Sesampainya di rumah, Elvan langsung menarik tubuh Celia, dia menyentuh bibir Celia dan mengecupnya dengan lembut.
"Can we do it now?" tanya Elvan.
Celia menatap wajah Elvan, dan berbisik, "Tunggu, aku mau mandi dulu."
Elvan mengangguk dan mengusap rambut Celia dengan lembut. Celia beranjak, dan mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Tidak seperti kamar mandi diluar, kamar mandi dikamar Celia tidak begitu besar. Tidak ada bak mandi, hanya ada cermin dan wastafel.
Celia melepas pakaiannya satu per satu, dan menggantungnya. Dia menyalakan keran shower dan mengatur suhu air. Saat air panas mengalir, kabut putih dengan cepat memenuhi seluruh kamar mandi.
Celia membasahi rambutnya, dia menutup mata, dan menyeka air yang ada di wajahnya. Ketika Celia membuka matanya lagi, dia melihat pintu kamar mandi dibuka dengan perlahan. Dan sosok Elvan muncul dari balik pintu. Elvan berjalan menghampiri Celia. Kamar mandinya tidak begitu besar, jadi Elvan hanya perlu berjalan beberapa langkah.
Elvan menundukkan kepalanya dan menatap Celia. Rambut panjangnya yang basah dibawah guyuran shower menutupi bagian belakang tubuhnya.
Celia membalikkan tubuhnya, membalas tatapan Elvan, dan tersenyum, "Baby ... Why are you here?"
Elvan menarik pinggang Celia dan memeluknya. Celia merapatkan tubuhnya ke tubuh Elvan, lalu mendongak dan berbisik, "Can't you wait? You want to do it here?"
Sebagai tanggapan, Elvan langsung mencium bibir Celia. Dibawah guyuran shower, keduanya saling berciuman, ciuman panas yang berlangsung cukup lama.
Elvan mulai melucuti pakaiannya satu persatu. Tangannya mengitari punggung Celia, dan menikmati guyuran air shower.
Seluruh tubuh Elvan sedikit merah karena guyuran air panas dari shower.
Elvan menarik tubuh Celia, berbisik dengan suara serak, "Baby, let's do it."
Celia menjawab dengan suara terputus-putus, "Shall we ... ? Can we do it here?"
Elvan menahan tubuhnya dengan satu tangan dan satu tangannya memeluk pinggang Celia. Tubuh Celia masih sedikit tegang, Elvan berbisik: "Baby... Relax."
Celia berusaha untuk tenang, tetapi tubuhnya sepertinya di luar kendali. Elvan memeluk perut bagian bawahnya dan menunggu sebentar. Elvan tidak mau menunggu lebih lama lagi, jadi dia memeluk Celia dan mengerahkan kekuatannya. Celia hanya merasakan perut dan tubuhnya terangkat.
Elvan berbisik di telinga Celia, "Baby... Scream..."
Elvan menatap punggung mulus Celia, karena Celia membungkuk, Elvan menunduk dan menjilat punggung Celia dengan lembut.
Celia merasa Elvan tampak seperti anak kecil yang telah menemukan permainan menarik dan memainkannya berulang kali tanpa henti.
Elvan terus meminta Celia untuk berteriak. Tentu saja tidak menurutinya, Celia tidak akan berteriak sesuai keinginan Elvan. Celia hanya menggigit bibir bawahnya dan menggertakkan giginya.
Elvan tertawa pelan, melihat tingkah Celia.
"Elvan, kamu .... "
Tangan Elvan mulai bergerak aktif dan semakin merapatkan tubuhnya. "Aku kenapa?"
"Ah..." Celia mendesah. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Elvan, dan kukunya hampir menusuk kulit Elvan.
"Elvan, you basta*d!"
Begitu Celia selesai berbicara, dia mendengar tawa Elvan. Elvan memeluknya dan perlahan Celia berdiri. Elvan mematikan keran, dan menuntun Celia untuk keluar dari shower.
"Sebentar, aku akan mengambil pengaman," ucap Celia.
Celia hendak beranjak, tapi Elvan menahannya, dan berkata, "No need for that."
Celia menatap lekat wajah Elvan, "Are you sure? I'll get that first."
"No need, don't worry..." bisik Elvan di telinga Celia.
"Kamu yakin?" Celia memastikan.
Elvan mengangguk dan tersenyum.
Celia diam, dia memikirkan sesuatu.
"What's wrong?" tanya Elvan.
Celia menggelengkan kepalanya, lalu menunduk untuk mencium Elvan, dan berbisik, "Are we going to have baby?"
Elvan memeluk pinggang Celia dan membenamkan kepalanya di dada Celia. Dia berbisik, "As you wish, dear."
Celia tidak tahu apa yang salah, tapi peraduan malam ini membuat Elvan terlihat berbeda, Elvan terlihat lebih tenang, tidak seperti biasanya.
Celia mengganti pakaiannya dan berbaring di atas tempat tidur bersama Elvan. Elvan menyodorkan segelas air kepada Celia. Celia meminumnya hingga tandas, dan menyerahkan gelasnya kepada Elvan.
Celia berbaring di pelukan Elvan. Suasana kamar sedikit gelap, hanya lampu tidur sebagai penerangan. Elvan mengusap-usap kepala Celia, dan berkata, "Tidurlah, kamu pasti lelah."
Celia memang merasa lelah, jadi dia mengangguk.
********
Keesokan harinya, Elvan mengantar Celia ketempat Lily. Sebelum Elvan pergi, dia berkata, "Aku akan menemuimu lagi."
Celia mengangguk dan mengecup sekilas bibir Elvan. Setelah Elvan pergi, Celia beranjak ke apartemen Lily. Ketika Celia hendak membuka pintu, Celia baru menyadari jika tas nya tertinggal dimobil. Kunci, dompet, dan ponselnya semuanya ada di dalam tasnya.
Celia membunyikan bel, dan terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah.
"Sister, akhirnya kamu pulang," ujar Lily sambil memeluknya.
Celia merangkul Lily, dan keduanya masuk ke rumah. Celia melihat ada banyak map di atas meja.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Celia sambil menjatuhkan bobotnya di sofa.
"Aku sedang mengecek proposal, ada banyak tawaran pekerjaan untukmu," jawab Lily.
Celia menghela nafasnya, "Aku pikir kamu mau ngasih aku jatah liburan."
"Sebentar, ini ada undangan fashion show di Milan dari brand Chan*el, ini kesempatan buat kamu," ucap Lily dengan wajah berbinar.
Celia meraih undangan dari tangan Lily, lalu membacanya. "Ini acaranya dua minggu lagi Ly, sedangkan aku juga harus pergi ke Singapore."
"Kamu bisa ke Singapore minggu ini, tapi jangan lama-lama, aku cuma bisa ngasih waktu tiga hari," ujar Lily.
"Aku pesan tiketnya ya, mau aku temani?" tanya Lily.
"Tidak perlu, oh iya aku akan pergi dengan Elvan, sekalian pesan tiket buat dia," Celia berkata sambil mengambil ponsel yang ada di atas meja.
"Kenapa dia lagi si," gerutu Lily. Lily memang tidak suka dengan Elvan. Menurut Lily, Elvan sudah membuat Celia berubah. Gara-gara Elvan, Celia jadi bertingkah semaunya.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”