Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari tersial
3 hari Listy tidak masuk ke kantor, tidak ada kabar dari karyawan lain soal kejelasan kasus perusahaan dan juga sama sekali tidak ada kabar dari Martin.
Mas, kamu tega banget ... Mengabaikan aku di saat aku terpuruk kayak gini.
Tidak ada kabar apapun dari kantor, artinya semua sudah berjalan seperti biasanya, karena jika mereka menemukan titik masalahnya, aku pasti sudah terseret.
***
Dimas benar-benar sudah diam seribu bahasa pada Tya, tapi kali ini dia bersikap sebagai mana mestinya, tidak menekan karyawan karena mood ny yang sedang buruk.
Beberapa kali Tya masuk ke ruangan Dimas untuk meminta tanda tangan persetujuan, tapi Dimas sama sekali tidak pernah membahas hal yang bersifat pribadi, kali ini dia menghormati keputusan Tya untuk menjauh darinya, Dimas tidak bisa memaksa, karena Tya sama sekali tidak memberikan akses untuknya berbicara selain masalah pekerjaan.
Dimas pun sudah sulit jika ingin sekedar bertemu dengan Kevin, Rini selalu beralasan jika Kevin sedang di asuh oleh saudara yang rumahnya cukup jauh, sehingga Dimas tidak bisa lagi untuk memaksa bertemu dengan anak itu.
Tya dan Dimas menjadi asing, mereka seperti orang yang baru pertama bertemu setiap harinya, tidak ada percakapan apapun selain tatapan dingin yang saling mereka berikan.
.
.
***
Listy sudah sampai di kantor, semuanya menyapa dan berkegiatan seperti biasanya, termasuk Martin yang bekerja tapi tanpa menegurnya.
"Mas, Mas." Bisik Listy di dekat meja kerja Martin.
"Diam, saya lagi bekerja." Ucapnya dingin.
Kamu kenapa sih Mas? Jangan-jangan kamu punya gebetan baru, atau jangan-jangan kamu udah balikan sama mantan kamu yang gak ada mutu ny itu! Awas kamu ya ... gak akan aku kasih jatah!
Listy kembali ke meja kerjanya dengan perasaan dongkol.
Beberapa polisi sudah berjaga di luar kantor, dan bos pun sudah masuk ke dalam ruangan dengan tatapan yang sulit di tebak.
"Selamat pagi pak." Sapa Listy ramah.
"Pagi Listy, kamu sudah sembuh?"
"Sudah pak." Dengan senyum ramahnya.
"Syukurlah, kalau begitu ikut masuk ke ruangan saya, ada beberapa pekerjaan yang selama ini kamu tinggalkan saat sedang sakit."
Tanpa merasa curiga, Listy oh. Mengekor mengikut bosnya dan masuk ke dalam ruangan.
Beberapa saat kemudian, Martin dan beberapa staff keuangan lain juga di panggil masuk ke ruangan yang sama.
Inilah akhir masa jaya Seorang Listy, dengan keroyalan yang sering di berikan kepada orang sekitar dengan niatan ingin di puji sebagai orang yang dermawan, tapi menggunakan cara yang sangat salah.
Listy sedikit terkejut dengan kedatangan beberapa karyawan lain, mendadak rasa paniknya muncul.
Keringat dingin keluar dari dahi dan juga lipatan tubuhnya. Duduknya gelisah, kakinya tidak bisa diam karena gugup.
"Pak, ada rapat kah?" Tanya nya.
"Ya ... Sebentar aja kok."
"Oh baiklah." Sahut Listy yang sudah sedikit tenang.
Setelah semua dokumen di kumpulan di atas meja, tanpa berlama-lama lagi, Listy langsung di cecar dengan beberapa pertanyaan, semua jawaban yang Listy sanggah semuanya memiliki bukti kuat, yaitu data yang sudah di cetak, Listy sudah tidak dapat mengelak lagi, saat ternyata hasil dari memanipulasi angka akhirnya terciduk juga kerena dirinya tidak sempat untuk menghilangkan data karena Diare mendadak yang melanda saat itu.
"Untuk apa kamu memanipulasi uang sebanyak itu? Bukankah kamu orang berada dan belum berkeluarga hah?!" Bentak bosnya, Listy yang mendapat pertanyaan tapi Martin lah yang merasa jantungnya seperti mau terlepas, dia takut Listy menggunakan namanya untuk di jadikan alasan.
Listy langsung menangis histeris dan memohon ampun pada bos nya itu, dia langsung meraung-raung meminta ampunan, agar tidak di proses hukum dan siap mencicil semua kerugian yang sudah dia buat.
"Saya mohon pak, jangan penjarakan saya!!!! Saya melakukan itu karena gaya hidup dan juga untuk menyenangkan semua orang yang ada di sekitar saya." Ucap Listy dengan tangan yang memeluk sebelah kaki bosnya.
"Persetan dengan semua alasanmu! Kamu hampir menghancurkan perusahaan yang sudah di rintis oleh keluarga saya, untung saja semuany cepat di ketahui, kalau tidak mungkin saya akan jadi gila!"
"Pak saya mohooon, maafkan saya."
Beberapa orang polisi sudah masuk ke dalam ruangan dan langsung menyergap Listy, membawanya tanpa ampun.
Sebelum keluar dari ruangan untuk terakhir kalinya, Listy berteriak. "Mas, bantu aku Mas! Mas Martin!!!! Kamu jangan diam saja! Kamupun ikut menikmati semuanya!!!!!!!"
Seketika semua orang yang ada disana langsung tertuju menatap Martin yang saat ini keadaannya sudah pucat pasi.
"Enggak! ... Engga saya gak ikut campur masalah kamu, saya gak tau apa-apa disini." Ucap Martin membela diri.
"Martin, ikut saya ke kantor polisi, jelaskan semuanya sejelas-jelasnya." Ucap bosnya dengan tegas.
Martin pun terpaksa mengikuti bosnya, dari pada dia harus di paksa seperti Listy ... Lebih baik dia bersikap kooperatif.
***
Di kantor polisi.
"Memang saya menghabiskan sebagian uang itu untuk keperluan pribadi, tapi sebagian lagi saya habiskan untuk menyenangkan orang-orang, terutama keluarga Martin ... Kitabsering berlibur ke tempat yang indah, membelanjakan semua keinginan orang tua dan adiknya, dan juga ikut membayar cicilan Martin yang entah kapan selesainya itu." Ucap Listy sambil menangis di rumah penyidik kepolisian.
"Tidak pak, saya tidak ada hubungan apapun dengan dia." Martin terpaksa mengatakan itu karena sama sekali tidak mau terseret dalam kasus ini, karena jika Martin tahu Listy menggunakan uang kantor untuk berfoya-foya dia akan menolaknya, jadi Martin tetap merasa bahwa dirinya adalah orang yang tidak tahu menahu dalam kasus ini.
"Bohong kamu Mas! Kita sering melakukan hubungan suami istri di apartemenku, bahkan di kantorpun ... Kita selalu bercumbu di gudang, karena Mas Martin yang selalu memintanya. Apa itu bisa di sebut tidak ada hubungan apapun? TEGA KAMU MAS!"
Bosnya sudah mengepalkan tangan kesal, dia masih menunggu apa ujung dari pembicaraan ini.
"Oke, oke ... Saya akui itu. Tapi untuk uang yang di gunakan Listy saya tidak tau menahu Pak kalau dia menggunakan uang kantor. Jika saya tau, saya tentu pasti akan menolaknya."
Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Listy yang di putuskan bersalah, dan di ringkus masuk ke dalam sel tahanan, sedangkan Martin ... Dia di pecat secara tidak hormat dan tidak mendapatkan pesangon sepeserpun.
Hari ini adalah hari tersial dalam hidup Martin.
***
Di rumah pribadi Dimas.
Dia memandang pemandangan kolam renang di balkon kamarnya, memikirkan sesuatu tentang hidupnya saat ini.
Bagaimana bisa dia tidak bertindak apapun untuk memperjuangkan wanita yang di cintainya.
Cara apa yang bisa saya lakukan, agar bisa berkomunikasi dengan kamu, saya tidak tega untuk memaksa ... Tapi saya tidak bisa seperti ini terus.
Salah seorang pelayan bernama Egi, pria paruh baya yang sudah melayani Dimas sewaktu kecil masuk kedalam kamar majikannya, tanpa lupa mengetuk pintu terlebih dahulu dan masuk setelah diizinkan.
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗