Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Rafdelia menerima susu itu, ia pun segera meminumnya walaupun sedikit canggung karena ada Zein disebelahnya.
"Makasih mas. aku taruh dibelakang dulu gelasnya." Rafdelia hendak beranjak dari duduknya setelah menghabiskan susu tersebut.
"Rafdelia, sebentar." ucap Zein. ya mengulurkan 3 buah kartu dari dompetnya.
"Ini ada black card dan debit card buat kamu pake untuk beli segala keperluan kamu. belanja lah sesuka kamu yaa... Dan yang satu lagi ini untuk kamu pake buat belanja bulanan di rumah ini." Zein menyerahkan 3 buah kartu tersebut kepada Rafdelia.
Rafdelia terkejut bukan main.
"Mas, aku ambil yang untuk belanja bulanan kita aja. Kalau yang dua lagi gak usah. Aku punya uang sendiri kok untuk beli semua keperluan aku pribadi." Rafdelia mengambil satu kartu.
"Gak boleh nolak. Anggap aja ini nafkah dari saya. Kamu mengerti kan." Zein memaksa Rafdelia menerima semua kartu itu.
Akhirnya dengan berat hati Rafdelia terpaksa menerimanya.
"O ya, semalam Tony sama Valdo gak gangguin kamu kan?" tanya Zein tiba-tiba.
"Eh? Gak kok mas, pak Valdo itu pasien saya dua hari yang lalu. Semalam dia cuma nyapa sebentar karena mau ketemu kenalannya katanya. Kalau dokter Tony cuma bantuin aku waktu pasien rame semalam." jawab Rafdelia seadanya.
"Lain kali jangan ladenin mereka lagi." ucap Zein datar.
"Kalau dokter Tony itu atasan aku di IGD, jadi mau gak mau bakal ada interaksi mas.." jelas Rafdelia.
"Selain masalah pasien, jangan ladenin!" tegas Zein.
"Kenapa? bukannya mereka teman kamu ya?" tanya Rafdelia.
"Mereka memang teman-teman saya. Jadi saya gak suka kamu deketin mereka."
"Deketin? Kapan aku deketin mereka? Ngobrol juga baru kemarin sama dokter Tony. Dan pak Valdo pasien aku!" jawab Rafdelia sedikit kesal.
"Tapi kamu senyum-senyum gak jelas gitu. Mau menggoda?" sindir Zein.
Rafdelia tersalur emosi, ia segera beranjak dari tempat duduknya dan meletakkan 2 kartu pemberian Zein di meja sofa.
"Malas berurusan sama orang yang pikirannya prasangka buruk terus!" Rafdelia berjalan cepat ke kamarnya.
"Rafdelia tunggu!" Zein mengejar Rafdelia dan menggenggam tangan Rafdelia agar berhenti.
"Apa!!" Rafdelia menghempaskan genggaman tangan Zein.
"Kita belum selesai bicara." jawab Zein berdiri di depan pintu kamar Rafdelia menghadang tubuh gadis itu untuk masuk.
"Mas kamu mau apa lagi? Gak cukup dari kemarin kamu nuduh aku yang bukan-bukan terus? Sekarang kamu nuduh aku mencoba godain teman kamu! Kamu kenapa sih benci banget sama aku!" mata Rafdelia berkaca-kaca.
"Saya cuma gak mau..." ucapan Zein terputus.
"Gak mau aku cerita ke orang-orang kalau kita suami istri kan? Kamu tenang saja mas, gak akan pernah aku cerita ke siapapun tentang pernikahan kita. Asal kamu tau, aku orang yang paling gak mau orang tau tentang status kita. Karena akulah yang akan dirugikan disini kalau sampai ada yang tau. Paham gak sih kamu mas?"
Zein bungkam mendengar ucapan Rafdelia.
"Kenapa kita gak mencoba kerja sama yang baik demi mami? Posisi kita sama saat ini, sama-sama melakukan ini karena terpaksa. Aku gak siap dan kamu pun gak mau karena kamu mencintai wanita lain. Tapi kita membuang ego masing-masing, semua demi mami kan? Harusnya sampai batas waktu yang ditentukan, kita harus saling kerja sama yang baik agar pengobatan mami berjalan lancar. Kenapa kita gak jadi partner yang baik aja sih mas, kenapa harus saling menyakiti? Aku gak minta apa-apa dari kamu, aku cuma pengen kamu hargai aku sedikit aja sebagai manusia. Dan aku janji mas... Setelah 6 bulan pernikahan kita, aku akan pergi selamanya dari hidup kamu. aku akan menjauh sejauh-jauhnya dari pandangan kamu... Aku bisa pastikan kamu gak akan pernah liat aku sekali pun setelah itu. kamu bisa pegang kata-kata aku!!" Rafdelia mendorong kasar tubuh Zein agar membiarkan nya masuk ke kamar, ia sudah tak tahan akhirnya air matanya jatuh di pipi.
"Rafdelia, saya minta maaf! Saya salah. Maafkan kata-kata saya barusan ya..." Zein menggenggam tangan Rafdelia.
Rafdelia membuang muka.
Zein memeluk tubuh Rafdelia tiba-tiba. Hatinya terasa perih melihat Rafdelia menangis. Perasaannya sedikit gusar ketika Rafdelia mengatakan akan pergi menjauh darinya setelah berpisah nanti. Zein mengeratkan pelukannya, ada rasa takut disana tapi ia tak bisa memahaminya. Sedangkan Rafdelia, seketika itu juga tubuhnya mematung. Ia mencoba melepaskan pelukan Zein, namun pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Maafkan saya Adel. Kamu benar, harusnya kita saling bekerja sama demi mami bukannya malah menyakiti. Mulai hari ini saya akan memperlakukan kamu dengan baik sebagai partner. kamu mau kan?" Zein melepas pelukannya, dan Rafdelia langsung menjauhkan diri.
"Mas janji gak nuduh nuduh aku lagi?" tanya Rafdelia menyipitkan matanya.
"Janji! Kamu bisa pegang kata-kata saya." Zein berkata penuh keyakinan, tatapannya dalam terhadap gadis itu.
"Kelingking dulu!" Rafdelia mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Zein.
"Maksudnya?" tanya Zein tidak mengerti.
"Janji kelingking mas..." Rafdelia langsung menautkan kelingkingnya dengan kelingking Zein.
"Ya ampun.. Kirain apaan? ckckck.." Zein geleng-geleng kepala kepala dengan tingkah kekanakan Rafdelia namun ia menurut saja.. Rafdelia pun tertawa senang.
"Mulai sekarang sampai 6 bulan kedepan kita partner yang baik ya..." ucap Rafdelia.
"iya...iya.. " Zein mengacak-acak rambut Rafdelia, entah dari mana dia punya keberanian seperti itu. Namun ia merasa gemas dengan tingkah Rafdelia yang terlihat lucu dimatanya.
"Mas, kenapa jam segini belum berangkat kerja? Gak barengan sama pak Adrian?" tanya Rafdelia sambil merapikan rambutnya yang berantakan karena tingkah Zein.
"Gak langsung ke kantor pagi ini. Karena pagi ini mau ada ketemu klien di luar." jawab Zein.
"O gitu." keduanya terdiam dan saling berpandangan. Namun Rafdelia segera tersadar, ia mengalihkan wajahnya begitu juga Zein yang tampak kikuk.
"Mas, aku masuk kamar dulu ya. tadi malam belum tidur, jadi ngantuk banget sekarang." Rafdelia mencairkan suasana.
"Oh iya . Kamu istirahat ya." aku juga mau berangkat sekarang. Adrian udah nunggu di luar.
Rafdelia tersenyum manis mengiyakan perkataan Zein.
ketika akan menutup pintu kamar, Zein tiba-tiba menghentikan.
"Rafdelia..."
"Ya mas, ada apa?" Rafdelia berdebar. Kalau kamu capek jaga di UGD, aku bisa minta kamu segera dipindahkan ke ruang rawatan aja. VVIP ya.... Biar kerjanya gak terlalu berat seperti IGD." tawar Zein kepada Rafdelia berharap gadis itu menerimanya. Sekalian ia ingin agar Rafdelia tidak sering bertemu Tony maupun Valdo.
"Eh jangan mas.. Aku gak mau. Biar di IGD aja. berproses dulu. Aku juga baru sebulanan ini kerja, masak mau langsung dapat enak. Lagian di IGD aku bisa dapet banyak ilmu. Capeknya gak seberapa dibanding ilmu dan pengalaman yang didapat." tolak Rafdelia yang membuat Zein sedikit kecewa.
"Kamu yakin? Tapi aku ga mau kamu kecapean..." tanya Zein lagi.
"yakin, aku senang Disana. Orang-orangnya baik semua, aku merasa nyaman." jawab Rafdelia pasti.
"Ya udah, terserah kamu aja. Tapi kalau kamu berubah pikiran z kasi tau aku ya..."
"Ok mas. Aku masuk dulu ya..." Rafdelia menutup pintu kamar. Debaran jantungnya semakin tak beraturan. ia bingung dengan perasaannya itu. Apa jangan-jangan ia sudah....?