Menjadi seorang asisten rumah tangga bukanlah tujuan hidup bagi seorang wanita bernama ZENVIA ARTHUR.
Tapi pada akhirnya dia terpaksa menjadi ART seorang billionaire bernama KAL-EL ROBERT karena suatu alasan.
Bagaimana keseruan ceritanya?
follow instagram @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
KZ 35
"Aku tak ingin mengatur hidupmu. Hanya saja bisakah kau mendengarkan perintah orang tuamu untuk tak bertarung lagi?" ucap Zenvia sambil mengeluarkan bajunya dari koper.
Lalu Kal duduk berlutut di belakang Zenvia yang masih menata bajunya.
"Jika aku sudah punya kesibukan di rumah, maka aku akan berhenti bertarung," bisik Kal di belakang telinga Zenvia hingga membuat wanita itu kembali terkejut dan terduduk di lantai.
Zenvia mendongak ke arah Kal dan pria itu mengecup hidung mancungnya.
"I got you," ucap Kal tersenyum.
Lalu Kal berdiri dan mengambil jaketnya.
"Aku akan pergi sebentar. Kau langsung tidur saja jangan menungguku," kata Kal lalu mengerlingkan satu matanya pada Zenvia sebelum membuka pintu.
Lalu Kal keluar dari kamar dan setelah menutup pintunya, Zenvia memegang dadanya yang kembali berdebar akibat apa yang dilakukan Kal padanya barusan.
"Huuuffttt ... Dia selalu mengejutkanku," gumannya pelan.
Lalu Zenvia meneruskan menata bajunya dan menaruhnya di lemari bagian bawah.
Setelah itu, wanita itu pun masuk ke kamar mandi. Zenvia membawa baju gantinya ke dalam kamar mandi karena ia takut Kal tiba tiba datang karena pria itu selalu saja mengagetkannya.
Zenvia melihat ada bath tub di dalam kamar mandi itu dan membuatnya tergoda untuk berendam di dalamnya.
"Aku akan berendam sebentar saja," gumam Zenvia dan membuka bajunya.
Lalu Zenvia mengisi bath tub itu dengan air hangat. Setelah penuh, Zenvia segera masuk ke dalam bath tub yang sudah penuh dengan air hangat.
Zenvia menyandarkan kepalanya dan menutup matanya. Dia baru tersadar sejak tinggal bersama Kal dia bahkan sudah lupa dengan masalah hidupnya yang dulu.
Dia sama sekali sudah tak memikirkan tentang ketakutanny tentang teror yang sempat menyerangnya dulu.
"Maafkan aku, Dad, Mom, Uncle. Karena aku, membuat kalian dan keluarga kalian menjadi korban dari keluargaku. Maaf," bisik Zenvia dan menutup matanya dan kemudian menangis.
Biar bagaimana pun, Zenvia selalu merasa bersalah karena tragedi itu terjadi karena kehadirannya.
"Seandainya aku tak ada, maka tak akan ada tragedi pada keluarga kalian," bisik Zenvia.
Zenvia menekuk lututnya dan memeluknya. Dia mengingat ngingat masa lalunya yang memang sangat datar hingga akhirnya terjadilah tragedi itu.
"Apa yang bisa membuatku terlepas dari masa lalu itu?" gumamnya berbisik.
*
*
Zenvia menghabiskan waktunya selama setengah jam di kamar mandi. Dia kemudian keluar dari kamar mandi dan masih tak melihat Kal di sana.
"Apakah dia bertarung malam ini juga? Bukankah dia tadi bilang akan bertarung besok? Semoga dia tak mengajakku," gumam Zenvia dan menuju ke arah ranjang.
Zenvia duduk di tepi ranjang dan tampak berpikir sebentar.
"Jika aku tidur di sini, lalu di mana Kal akan tidur? Apakah dia akan tidur di sini juga?" ucap Zenvia lirih.
Zenvia melihat sama sekali tak ada sofa di sana dan hanya kursi kecil saja.
Zenvia kemudian menaruh bantal pembatas di tengah ranjang.
"Apakah aku harus mengatakan hal ini pada Aunty Lesca? Aku bisa meminta bantuannya memesan kamar lain. Tapi__"
Ucapan Zenvia menggantung hingga akhirnya dia memutuskan untuk tak mengatakan hal itu karena ia yakin bahwa Kal tak mungkin bertindak sampai di luar batas.
Zenvia pun akhirnya menutup matanya karena dirinya sudah sangat mengantuk. Dia berharap Kal tak pulang malam ini agar dia bisa tidur dengan tenang.
*
*
Pagi menjelang dan Zenvia terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar. Dia benar benar tertidur nyenyak semalam hingga tak sadar ada tangan yang melingkar di perutnya dan dia tahu tangan siapa itu.
"Morning," bisik Kal di belakang telinga Zenvia dan membuat Zenvia berteriak kesal.
"KAAALLLL!!!!" teriak Zenvia dan melepaskan tangan Kal lalu memukuli wajah Kal dengan bantalnya.