Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Gagal
Khalisa bisa merasakan keberadaan Sonia didekatnya. Namun sayang, sejauh matanya mencari ke seluruh cafe, Khalisa tidak bisa menemukan sosok kakak sepupunya itu.
"Ada apa sayang?" tanya Narendra yang paham dengan gestur tubuh sang kekasih yang tampak gelisah.
"Ica ngerasa kak Nia ada disini. Tapi kok enggak kelihatan ya?" jawab Khalisa.
"Mungkin hanya perasaan kamu saja sayang." balas Narendra. padahal dia tahu kalau perasaan Khalisa itu benar. Lagi satu kekaguman Narendra sematkan pada calon istrinya ini.
"Kamu memang memiliki insting yang sangat baik sayang." ucap Narendra dalam hati.
Sementara dari kejauhan sosok dosen tampan dan baik itu terus memindai gadis pujaannya. Khalisa masih menggantung permintaannya, tapi gadis itu sudah berani bertunangan dengan pria lain. Ego kelelakiannya merasa terhina, merasa kalah diawal perjuangannya untuk mendapatkan gadis pujaannya.
"Tidak semudah itu kamu bisa lepas dariku, Khalisa Aulia Arsyad. Aku tidak akan melepaskan kamu menjadi milik orang lain." gumam Abian. Lalu matanya memberi kode pada seseorang untuk menjalankan rencananya untuk mendapatkan Khalisa. Bibirnya tersenyum melihat orang yang bekerja sama dengannya berhasil mendekati Khalisa.
"Ini minuman untuk anda Nona, ibu Nona yang minta saya mengantarkan ini. Dia lihat Nona belum memasukkan apapun kedalam perut Nona." ucap seorang pelayan yang bekerja sama dengan Abian.
"Terima kasih Mbak." ucap Khalisa tanpa berpikir buruk pada pelayan tersebut. Karena sejak tiba di cafe, dia langsung dibawa Narendra ke panggung. Setelah tukar cincin, mereka berdua sibuk menerima ucapan selamat dari tamu yang malam ini diundang Narendra.
"Kamu bisa pergi sekarang." ucap Narendra menimpali, mengusir pelayan yang menatap kagum kearahnya. Tapi justru membuat Narendra merasa risih dibuatnya.
Abian meninggalkan cafe menuju parkiran setelah Khalisa menerima minuman dari orang suruhannya. "Sebentar lagi kamu akan utuh menjadi milikku sayang." gumam Abian sambil tersenyum senang.
Tiba di parkiran, Abian memberi kode pada dua pria yang bertubuh kekar untuk masuk ke dalam cafe. Mereka penjaga cafe yang Abian bayar untuk membawa Khalisa. Abian tidak tahu saja bahwa gerak geriknya sudah diawasi seseorang.
Khalisa baru saja akan meneguk minuman yang diberikan oleh pelayan cafe padanya. Belum juga gelas itu sampai ke mulutnya, Viola datang menyapa adiknya untuk berpamitan.
"Ca, kakak mau pamit." ucap Viola, lalu memeluk adiknya.
Gerakan cepat Viola yang memeluknya, membuat Khalisa tidak siap menerima pelukan itu. Air yang ada dalam gelas yang dipegang Khalisa tumpah tak bersisa dan sedikit mengenai gaun Viola.
"Maaf, Kakak buat Ica kaget." ucap Khalisa setelah Viola melepaskan pelukannya.
"Enggak apa-apa, tadinya kakak cuma mau pamit. Tapi tiba-tiba pengen peluk kamu." ucap Viola.
"Tapi gaun Kak Vio jadi basah." balas Khalisa sambil menunjukkan bagian gaun Viola yang basah.
"Sudah tidak apa-apa. Kakak juga sudah mau pulang." sahut Viola.
Viola kembali memeluk Khalisa. Mencium kedua pipi adiknya lalu berkata, "Kakak harap kamu bahagia selamanya setelah ini. Rendra pria yang baik, dia pasti bisa menggantikan ayah untuk menjaga kamu. Kakak minta maaf tidak bisa selalu ada untuk kamu dan juga sekali lagi maaf tentang Devan." bisiknya.
Kata ayah yang keluar dari mulut Viola membuat mata indah milik Khalisa berkaca-kaca. Tapi gadis itu berusaha untuk tersenyum pada sang kakak begitu Viola melepaskan pelukannya dan menatap Khalisa.
Viola berganti melihat pada Narendra, "Gue titip Ica sama Lo, Ren." ucap Viola santai, karena merasa usianya sebaya dengan Narendra.
Narendra yang berdiri disamping Khalisa hanya mengangguk saja. Terkadang dia tidak mengerti dengan sikap dan tingkah laku calon kakak iparnya itu. Tapi Narendra tidak peduli. Yang dia pedulikan saat ini adalah Khalisa. Selama Viola tidak menyakiti Khalisa, maka Narendra akan bersikap baik pada Viola.
"Kakak pamit Ca. Maaf minuman kamu jadi tumpah." ucap Viola, "Tapi lain kali jangan sembarangan menerima minuman dari orang yang tidak kamu kenal, adikku." ucap Viola lagi, memberikan isyarat kalau dia sengaja menumpahkan minuman itu.
Tentu saja Narendra langsung paham dengan apa yang Viola katakan. Calon kakak iparnya itu sengaja menumpahkan minuman milik Khalisa.
"Siapa yang berani bermain-main dengan Narendra Baskara Wiranata?" gumam Narendra.
Tamu yang dia undang hanya orang-orang terdekatnya saja. Termasuk rekan bisnis dan koleganya yang dia undang, adalah orang-orang yang sudah lama menjalin kerja sama dengan Wiranata Group. Mereka juga tidak bisa sembarangan masuk ke dalam Cafe ini. Ada tanda pengenal khusus yang Narendra bagikan pada tamu undangannya.
Viola tidak langsung pulang, dia melihat Julian yang sedang berbincang dengan Abian di parkiran. Senyumnya tersungging penuh arti. Lalu Viola kembali melangkah menuju sebuah ruangan. Dibukanya pintu itu lalu tersenyum menatap pada Sonia yang terkejut dengan kehadirannya di ruangan yang tidak terlalu besar itu.
"Kamu terkejut sepupu?" tanya Viola terkekeh melihat wajah Sonia yang terkejut.
"Mau apa?" tanya Sonia.
"Ica cari Lo. Apa Lo enggak mau pamit baik-baik sama dia?" jawab Viola.
"Gue udah ucapkan selamat tadi siang sama dia." jawab Sonia.
"Nia..., Nia, Lo ada di cafe ini. Kenapa enggak keluar aja? Apa Lo nungguin kejutan yang Lo buat sama dosen muda itu?" balas Viola yang lagi-lagi terkekeh.
Sonia tentu saja langsung gelagapan mendengar ucapan kakak sepupunya itu. Dia tidak ingin Sultan tahu bahwa dia bekerja sama dengan Abian untuk menculik Khalisa dan membiarkan Abian membawa gadis itu.
"Apa maksud Lo, Gue enggak ngerti." sahut Sonia dengan suara yang diatur senormal mungkin.
Viola kembali terkekeh, "Sudah Gue bilang, kan? Gue punya cara sendiri buat lindungi Ica. Berhentilah memanfaatkan kebaikan hati adik Gue, Sonia. Karena Gue enggak akan diam jika yang kamu lakukan sudah melewati batas." ucap Viola tegas.
Viola akan beranjak dari depan pintu, sebelum pergi dia melihat ke arah Sultan yang tampak berpikir. Viola tersenyum penuh arti, "Anda salah mencintai orang, Tuan." ucap Viola, lalu melenggang pergi meninggalkan Sonia yang menahan kesal, dia tahu bahwa rencananya dan Abian gagal. Dan itu karena Viola. Sementara Sultan mencoba mencerna ucapan Viola.
***
Acara pertunangan Narendra dan Khalisa berjalan lancar. Shinta bisa bernafas lega, tidak terjadi sesuatu yang dia takutkan. Shinta takut, Sonia tiba-tiba masuk ke dalam cafe dan mengacaukan acara. Shinta juga takut Abian naik ke panggung, dan menghalangi pertunangan Khalisa dan Narendra.
Untung saja ketakutannya itu tidak terjadi. Shinta bisa bernafas lega. Dengan begini, Narendra tentu saja tetap mempercayakan wedding organizer miliknya untuk mengurus pernikahan Khalisa dan Narendra.
Shinta akui dia salah mengizinkan Sonia berada di cafe ini. Dia juga salah memberi akses pada Abian, sehingga pria itu bisa masuk padahal dia bukan tamu undangan.
Bukan hanya Shinta yang merasa lega, karena acara pertunangan Narendra dan Khalisa berjalan dengan lancar. Kevin juga merasa lega, walau dia hampir kecolongan. Untung saja Viola membantunya, sehingga Khalisa tidak sempat meminum, minuman yang diberikan Abian.
Sonia sendiri langsung pulang ke apartemen yang dia sewa, setelah Viola pergi dari ruangan untuk karyawan cafe istirahat. Dia meninggalkan Sultan yang minta penjelasan tentang ucapan Viola. Tentu saja Sonia tidak ingin menjawabnya. Sehingga dia memutuskan pulang ke apartement.
Sementara Khalisa dipaksa pulang ke kediaman paman Kamal. Pria yang sekarang bertanggung jawab sebagai wali Khalisa itu tidak tenang membiarkan keponakannya di rumah seorang diri. Dia juga tidak mengizinkan Khalisa menginap di apartement Narendra, setelah tahu perasaan pria itu terhadap keponakannya.
Maka disinilah Khalisa berada saat ini. Di kamarnya yang ada di kediaman paman Kamal. Gadis itu tengah duduk diatas tempat tidur sambil bersandar di sandaran tempat tidurnya. Membuka aplikasi chat yang biasa dia gunakan untuk menghubungi Sonia.
Khalisa masih saja memikirkan kakak sepupunya itu. Meski apa yang dia lakukan saat ini adalah permintaan Sonia, tapi Khalisa merasa dia merebut posisi Sonia. Meski disisi lain, Khalisa merasa bahagia dicintai seorang Narendra Baskara Wiranata.
Saat Khalisa membuka kunci layar ponselnya, satu pesan masuk dari Abian. Isinya cukup mengejutkan Khalisa. Jelas sekali ada kemarahan dari pesan yang dikirimkan dosennya itu. Khalisa menepuk keningnya. Dia lupa, belum memberikan jawaban atas permintaan Abian tempo hari.
Khalisa binggung. Bagaimana caranya dia bicara pada pria itu? Pria yang sudah sangat baik padanya.
...◇◇◇...