SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 20
Karena kesehatannya sudah semakin membaik, Giana pun akhirnya kembali bekerja.
"Kerjakan yang ringan-ringan saja. Jangan sampai kamu kecapekan,," tukas Asrul pada Giana. Setiap melihat Giana, Asrul selalu terbayang wajah Via. Ia pun teringat kalau saat hamil Via pernah bekerja serabutan ke sana ke mari demi mendapatkan uang sebab ia tak memberinya uang sama sekali. Apalagi saat menikahi Via, ia dipecat. Keuangan yang terbatas dan sifatnya yang kejam membuat Via harus banting tulang sendiri untuk menghidupi dirinya. Sampai rumah, ia pun masih menyuruhnya ini itu dan mencacinya.
"Ya Tuhan, betapa besar dosa-dosaku pada Via," batin Asrul. Selama ini, ia hanya menyesali sikapnya yang mengabaikan Via. Tapi setelah melihat Giana, dosa-dosanya muncul ke permukaan begitu saja. Sebegitu abai dan dzalimnya ia selama ini. Mata Asrul sampai memerah karena rasa sesal yang kian mendera.
"Baik, Pak. Terima kasih," balas Giana tersenyum. Namun, saat melihat Maya Asrul yang memerah seperti menahan tangis, Giana kebingungan. "Pak, bapak kenapa?"
"Bapak tidak apa-apa. Oh, ya, kata Desti kamu tau nggak di rusun tempat dia tinggal. Jadi kamu tinggal sendiri saja?"
"Iya, Pak."
"Ya, sudah, ingat, nggak usah capek-capek. Kerjakan yang ringan-ringan saja. Jangan terlalu sering mondar-mandir. Jangan ngangkat yang berat-berat juga." Mendengar kalimat penuh perhatian itu membuat perasaan Giana senang.
"Apa seperti ini perhatian seorang ayah? Menyenangkan sekali."
"Baik, Pak. Terima kasih atas perhatiannya," jawab Giana tulus.
Asrul balas tersenyum. Kemudian ia segera kembali ke ruangannya. Setiap melihat Giana, perasaan Asrul selalu saja tak karu-karuan. Ia membuka ponselnya. Ditatapnya foto Via yang ia ambil dari buku nikah. Mereka tak pernah foto bersama selama ini. Ia juga tak pernah mengambil foto Via. Alhasil, ia hanya bisa mengambil foto dari foto di buku nikah mereka. Ditatapnya foto itu dengan pandangan sayu. Dada Asrul seketika sesak.
"Kau di mana, Via? Kembalilah. Kembalilah. Aku mohon, kembalilah!"
*
*
*
Asrul sudah mengingatkan semua karyawannya agar tidak memberikan pekerjaan yang berat-berat pada Giana. Apalagi Giana sedang hamil. Namun, Giana justru merasa tak enak dengan teman-temannya. Ia pun tetap meminta pekerjaan seperti biasanya, hanya saja ia akan lebih berhati-hati, ujarnya.
Rekan Giana jelas tak bisa terlalu mengekang. Namun, mereka selalu berjaga-jaga agar kandungan Giana baik-baik saja.
"Biar aku aja. Ke meja nomor berapa?" tanya Giana saat ada menu yang mesti diantarkan.
"Biar Desti aja, Dek," ujar rekan kerja Giana yang lebih dewasa.
"Aku nggak papa kok, Mbak. Sini! Meja nomor berapa?"
"Meja nomor 12. Hati-hati, ya!" pesan rekannya sambil tersenyum. Ia suka melihat keuletan Giana dalam bekerja. Padahal bos mereka sudah meminta mereka tidak terlalu membebani pekerjaan Giana, tapi Giana tetap ingin bekerja sebagaimana mestinya. Ia tidak serta merta memanfaatkan kebaikan atasan mereka.
"Siap, Bos!" seru Giana sambil tertawa. Setelah Giana berlalu, rekan kerja Giana pun bergumam, "kenapa kalau dilihat-lihat, Giana ada kemiripan dengan bos ya? Kayak anaknya aja."
"Ada apa, Mbak?" tanya Desti.
"Itu, kalau diperhatiin, kok Giana makin hari makin mirip sama bos, ya? Nggak banyak sih, cuma kalo sepintas liat tuh beneran keliatan mirip."
"Mbak bener. Aku sering banget liat kayak gitu. Walaupun nggak sama persis, tapi kalo diperhatiin lekat gitu, emang mirip banget. Dari matanya, bentuk muka."
"Kamu benar."
"Mungkin Giana anak bos yang hilang kali, ya?" celetuk Desti sampai terkekeh. Tanpa mereka sadari, ada sepasang telinga yang mendengar obrolan mereka.
"Kayak di sinetron sama novel-novel gitu?" tanya Mbak Susi sambil terkekeh kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
Asrul yang tanpa sengaja mendengar menghela nafas.
"Seandainya itu benar," gumamnya sebelum akhirnya beranjak dari sana.
*
*
*
"Permisi, Pak, Bu, ini pesanannya," ujar Giana pada salah satu pelanggan yang sudah menunggu pesanan mereka. Giana pun meletakkan satu persatu pesanan dengan cekatan.
"Terima kasih, ya," ujar pelanggan itu tak kalah ramah.
"Terima kasih kembali. Selamat menikmati."
Giana kembali ke dapur dan mengambil pesanan lainnya. Setelah mengantar pesanan, ia mampir ke meja lain di mana ada pelanggan yang baru datang.
"Spek pembantu ya tetap aja pembantu. Mau ke mana aja tetep aja akan jadi pembantu, ya nggak," ujar seseorang. Entah mengapa, Giana merasa familiar dengan suara itu, tapi Giana coba untuk mengabaikannya.
"Loe lagi ngomongin siapa, Njel?" tanya rekan kerja Angel. Ya, yang barusan bersuara adalah Angel. Dia baru saja datang bersama rekan sekantornya.
"Itu tuh, mantan pembokat di rumah," tunjuk Angel pada Giana sambil terkekeh. "Loe tau, dia itu pembantu spek pelakor. Ih, ngeri."
"Maksudnya?"
"Dia mau godain Herdan, gila nggak?"
"Apa? Wah, parah!" sahut teman Angel yang lain.
"Jadi dia dipecat?"
"Ya, iyalah. Gila aja dipertahanin. Eh, ternyata dia sekarang kerja di sini." Angel terus terkekeh. Giana pun menoleh. Ia menatap datar Angel, namun dia tak ada niatan untuk membalas. Membalas hanya akan memancing keributan. Ia tentu tidak boleh melakukan itu sebab di sini adalah tempatnya bekerja. Ia tak mau kehilangan pekerjaan hanya karena sampah seperti Angel.
Sambil memeluk tray, Giana berjalan santai di samping Angel.
"Pelakor teriak pelakor," lirih Giana pelan, namun masih terdengar oleh Angel. Ia pun melotot.
"Loe bilang apa tadi, hah?" Dia yang memulai, tapi baru disindir sedikit sja sudah merasa paling tersakiti. "Jangan bicara sembarangan kau! Dasar, perempuan nggak tau diri! Pelakor tak tahu malu," maki Angel sambil menarik rambut Giana dari belakang. Giana jelas saja terkejut bukan main atas tindakan bar-bar Angel. Semua orang memekik kaget. Termasuk para karyawan di cafe tersebut dan teman-teman Angel.
"Njel, Njel, sudah!" sergah teman-temannya. Mereka tentu tak mau keributan ini semakin menjadi. Mereka tak ingin ikut campur karena bisa membahayakan diri mereka sendiri.
"Nggak, Sin, dia harus diberikan pelajaran. Dasar, jalang murahan tak tahu malu. Habis kau kali ini." Angel masih dendam sekali dengan apa yang Giana lakukan tempo hari. Apalagi akibat perbuatan Giana saat itu, lehernya jadi terluka dan perih sekali.
Giana tidak menjerit meskipun sakit. Ia justru mundur selangkah lalu menghentakkan sikutnya ke belakang hingga tepat mengenai dada Angel. Angel terkejut dengan tindakan Giana. Tangannya pun reflek terlepas dari rambut Giana. Giana pun gegas berbalik hingga kini ia sudah berhadapan dengan Angel yang sedang terbatuk-batuk.
"Yang perempuan tidak tahu malu itu siapa? Yang jalang sebenarnya itu siapa? Tidak cukupkah kau sudah merebut segalanya dariku? Bahkan aku sudah mengalah dan menyerahkan Mas Herdan padamu, tapi kenapa mau masih mengusikku, hah? Berhenti menjelek-jelekanku. Bukankah kau paling tau siapa pelakor sebenarnya di sini? Bahkan aku sudah menikah dengan Mas Herdan sebelum kau menjadi sekretarisnya. Dan kau ... Stop mengusik hidupku. Karena kalau kau kembali lagi berulah, aku takkan tinggal diam," tegas Giana kemudian segera membalikkan badannya hendak berlalu. Angel muntab. Ia hendak kembali menyerang Giana, tapi Asrul tiba-tiba muncul dan berdiri di depan Angel.
"Tolong berhenti! Jangan membuat keributan di cafe saya. Sekarang, tolong pergi dari sini sebelum aku menghubungi pihak berwajib karena kalian sudah membuat keributan di sini!" tegas Asrul membuat teman-teman Angel panik. Mereka pun gegas menarik Angel dari sana. Angel kesal, tapi ia pun tak ingin sampai berurusan dengan pihak kepolisian. Akhirnya, setelah temannya melakukan pembayaran, mereka pun segera pergi dari sana.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰 ...
Jangan mau kembali Gi walau ibu mertua mu yng meminta 😠😠😠
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡