NovelToon NovelToon
Bukan Kutukan

Bukan Kutukan

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.

"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~

Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.

"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~

"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~

Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Istri Abang paling cantik

Endah terlihat tak bersemangat sejak Vino mulai meninggalkan parkiran tokonya. Untuk masuk ke dalam toko saja rasanya berat sekali, sampai harus menarik kakinya yang terasa lemas.

"Beti, nanti kalau ada yang mencari ku tapi nggak penting-penting banget bilang aja nggak ada ya. Aku mau istirahat dulu " Pesan Endah pada salah satu karyawannya.

"Baik Mbak. Mau di bawakan minum nggak Mbak??"

"Nggak usah, nanti saya ambil sendiri. Saya masuk dulu"

Endah memasuki ruangan yang khusus untuk dirinya beristirahat ketika berada di toko. Pikirannya masih terpaku pada kata-kata Vino tadi. Apa hanya karena Vino tak merasakan cinta dari Endah hingga Vino bisa berbicara semudah itu.

FLASHBACK ON

Kalau Abang bilang berhentilah mencintai laki-laki itu, apa itu termasuk jawaban yang memuaskan buat kamu??"

Endah tau kalau Vino tak bercanda dengan kata-katanya itu karena matanya begitu dalam menatap Endah.

"Me-memangnya kenapa Bang??" Endah sampai gugup tak sanggup menerima pesona Vino.

"Ya nggak kenapa-kenapa, Abang cuma nggak mau waktu kamu sia-sia seperti Viola. Nggak ada gunanya mencintai laki-laki seperti itu. Cobalah membuka hati untuk orang lain"

Hati Endah terasa sesak mendengarnya. Endah merasa itu adalah sebuah penolakan meski tidak langsung.

"Kalau aku nggak bisa gimana Bang??" Mata Endah.

"Kamu belum mencobanya Ndah. Sekarang kamu sudah tiga puluh tahun, sudah waktunya memikirkan masa depan kamu"

"Lalu Abang sendiri gimana?? Abang juga sama kan?? Jadi jangan pernah mengatur perasaanku harus bagaimana. Itu urusanku Bang. Makasih untuk tumpangannya, permisi"

Endah keluar dari mobil Vino dengan air matanya yang sudah tak terbendung lagi. Tanpa menoleh sedikitpun, Endah terus berjalan hingga memilih untuk ke taman di samping tokonya. Tidak mungkin Endah masuk ke dalam dengan kondisi seperti itu.

FLASHBACK ON

"Apa aku harus mulai melupakanmu Bang??"

Endah mengambil bingkai foto yang hanya di simpan dalam lacinya. Foto yang sebenarnya berisi tiga orang, dirinya, Viola dan Vino. Namun Endah sengaja melipat bagian Viola hingga menyisakan dirinya dan Vino saja. Foto yang sudah sangat lama di ambil oleh mereka, di saat Endah dan Viola lulus SMA.

"Tidak akan semudah itu untuk melupakan kamu Bang. Apa penantian ku selama ini akan sia-sia?? Sebenarnya siapa wanita yang kamu cintai itu. Mungkin kalau kamu sudah bahagia bersamanya, aku akan mencoba menghapus perasaanku padamu"

Endah mengusap foto itu tepat pada wajah Vino. Lalu menyimpannya lagi ke dalam lacinya.

*

*

*

Tok.. Tok.. Tok..

"Vi, ini Abang!!" Seru Erland dari luar.

Tak lama kemudian terdengar suara memutar kunci dar dalam. Erland sekali lagi terpana melihat Viola yang mengenakan mukena putih itu. Wajahnya tampak bersinar di mata Erland. Tapi kemudian Erland menyadari ada yang aneh di wajah cantik itu. Matanya sembab dan sedikit memerah. Matanya yang biasanya tajam menatap Erland kini terlihat layu.

"Kenapa??" Suara Viola pun sedikit serak.

"Abang cuma mau bilang sama kamu, kalau malam ini Abang tidur di atas" Erland tak mengalihkan pasangannya sedikitpun pada Viola yang seperti habis menangis itu.

"Iya " Viola ingin menutup pintu kamarnya lagi pertanda bahwa Viola ingin Erland pergi dari sana.

"Tunggu sebentar!!" Erland menahan pintu dengan satu tangannya.

Viola hanya diam dengan wajahnya yang menunduk ke bawah.

"Kamu menangis??" Erland mencoba meraih dagu Viola namun Viola menghindar.

"Aku capek, pingin istirahat"

"Kamu kenapa Vi?? Apa Abang menyakiti kamu lagi?? Atau siapa yang berani menyakitimu?? Bilang sama Abang"

Viola tetap menutup pintunya, air matanya sudah mendesak ingin keluar sementara Viola tak ingin Erland melihatnya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Buka pintunya Vi, katakan sama Abang apa yang membuatmu menangis!! Jangan buat Abang khawatir!!" Teriak Erland dari luar.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya Erland menyerah. Viola tetap tak mau membukakan pintu untuknya. Sebenarnya Erland sangat ingin menjadi tempat berbagi untuk Viola. Tapi penolakan demi penolakan tak pernah berhenti dari Viola.

Erland berbalik untuk kembali ke kamar Sarah. Istri pertamanya itu juga pasti akan sangat marah karena tadi Erland hanya akan menemui Viola sebentar. Tapi nyatanya ini sudah lebih dari yang namanya sebentar.

Barus saja beberapa langkah, Erland mendengar suara pintu yang terbuka.

"Abang??" Erland langsung berbalik. Dia tau kalah Viola sudah memanggilnya seperti itu, wanita itu pasti sedang tidak baik-baik saja.

"Apa aku boleh minta waktumu sebentar saja??" Erland langsung mengangguk tanpa mengingat lagi jika Sarah sudah menunggunya di kamar.

Keduanya kini duduk berdampingan di sofa, dengan Viola yang masih menundukkan wajahnya tak kunjung bersuara.

"Kamu belum siap cerita sama Abang??"

Berlahan Viola mengangkat wajahnya yang sembab itu.

"Abang, tau sendiri kan kalau orang tuaku justru mendukung pernikahan ini walau anak mereka sendiri sudah pernah terluka" Erland mengangguk meski Viola tak melihatnya.

"Tadi aku dari rumah Mami. Lalu Mami menceritakan apa alasan mereka tetap ingin aku bertahan meski bersama orang yang pernah menghancurkan anak mereka. Mereka memikirkan aku dari sudut pandang orang tua pada anaknya. Karena mereka yakin kalau kamu benar-benar akan membahagiakan aku seperti yang kamu katakan di depan mereka" Viola memalingkan wajahnya yang masih terbalut mukena itu untuk menatap Erland.

"Mereka percaya begitu saja dengan janji mu, seperti aku tiga belas tahun yang lalu" Satu tetes air mata mulai turun membasahi pipinya.

"Sebenarnya saat aku kembali kesini dan mengatakan pada Mami untuk menerima pernikahan ini, masih terdapat keraguan yang sangat besar di dalam hatiku. Tapi melihat kondisi Mami yang semakin memburuk ini membuat aku tak bisa berbuat apa-apa. Menolak sama saja menjadi racun untuk Mamiku sendiri"

Erland hanya terus menatap Viola yang sedang meluapkan perasaannya. Tanpa ada kemarahan di setiap katanya. Yang ada suara yang parau dengan air mata yang mulai berjatuhan.

"Sekarang aku tanya sama Abang. Jika aku benar-benar ikhlas menjalani pernikahan ini, apa Abang akan menepati janji Abang untuk membahagiakan aku?? Atau Abang hanya ingin menenangkan kedua orang tuaku saja lalu kembali ingkar seperti dulu. Kalau iya, sebaiknya akhiri saja semuanya di sini. Katakan dengan sejujurnya sebelum semuanya terlalu jauh"

Erland hanya terdiam, belum menjawab apapun tentang pertanyaan Viola. Pria itu hanya menggerakkan tangannya untuk mengusap air mata Viola.

Tapi diamnya Erland itu justru menyakiti hati Viola. Dia sudah dengan susah payah menurunkan egonya untuk merangkai kalimat yang begitu panjang itu.

Pipi yang baru saja di usap oleh Erland itu kembali basah. Namun kali ini di iringi dengan isakan-isakan kecil.

"Apa diamnya kamu ini sebagai jawaban atas keraguanku??" Hati Viola yang sudah susah payah ia rangkai kini kembali hancur di tangan yang sama.

Erland menarik Viola kedalam dekapannya, memeluknya dengan begitu erat.

"Jangan menafsirkan sesuatu sesuai dengan dugaan mu sendiri. Abang diam bukan berarti setuju dengan apa yang kamu pikirkan. Tapi Abang hanya mencoba menguasai diri Abang, karena Abang juga merasa sakit saat melihat mu menangis seperti ini"

Viola masih terus terisak di pelukan Erland pelukan yang ke tiga kalinya ia rasakan.

Setelah Viola sedikit tenang, Erland mengurai pelukannya. Meraih dagu Viola untuk membuatnya mengangkat wajahnya.

"Sekarang giliran kamu yang dengarkan Abang"

Erland mengubah posisi duduknya hingga menyamping menghadap Viola.

"Sebelum Abang menikahi kamu, Abang juga ragu karena Abang sudah punya Sarah di hidup Abang. Abang selalu dihantui rasa bersalah dan tanggung jawab. Tapi Abang menikahi kamu bukan semata-mata karena itu. Waktu itu Allah juga memberikan petunjuknya melewati mimpi Abang. Hasil dari sholat istikharah Abang juga selalu menunjukkan wajah cantik mu ini. Jadi Abang tidak pernah main-main dengan pernikahan ini"

Erland membuka ujung mukena Viola untuk menggenggam tangan Viola yang di sembunyikan di baliknya.

"Setelah mengucapkan janji kepada Allah untuk mengikatmu sebagai istri, Abang juga meniupkan doa di pucuk kepalamu. Mulai saat itu, Abang sellau berusaha untuk mencintaimu. Meski tiga tahun kita berpisah, apa sekalipun Abang lupa meminta kabar dari mu?? Tidak kan?? Abang selalu mengingat kamu meski Abang tak mengatakannya pada semua orang. Namamu juga selalu Abang selipkan di setiap doa Abang"

Memang benar apa yang Erland katakan. Viola sempat kesal karena Erland terus saja mengirimkan pesan yang dia anggap tidak penting itu.

"Jadi yang Abang katakan di depan kedua orang tua kamu itu adalah sebuah kebenaran. Allah yang akan menjadi saksinya Vi"

Viola kembali menunduk, punggungnya masih sedikit bergetar meski tak terisak seperti tadi.

"Jangan memaksakan diri untuk percaya sama Abang sepenuhnya. Cukup lihat bukti yang Abang berikan sama kamu"

Cup...

Benda kenyal dan basah itu mendarat dengan lembut di kening Viola.

"Abang sayang sama kamu, istri Abang yang paling cantik" Ucap Erland dengan sedikit berbisik.

Erland kembali menarik Viola ke dalam pelukannya. Memaksa tangan lembut itu untuk melingkar di pinggangnya yang berotot itu.

Viola yang terlalu lelah menangis mulai merasakan berat di matanya. Sedangkan Erland begitu menikmati suasana romantis yang baru pertama kalinya terjadi itu. Akhirnya mereka berdua terlelap di atas sofa dengan posisi duduk dan saling berpelukan.

Sementara si kamar lain Sarah sudah uring-uringan karena sudah lewat tengah malam Erland tak juga kembali ke kamarnya.

"Dasar perempuan m*rahan!! Dia semakin berani ternyata!! Lihat saja besok, akan ku buat dia tidak betah untuk tinggal di rumah ini!!"

1
eva Sekayu123
udah pada tua gk dewasa
Bunga
mampus looo
Nabila Ramadhani
Luar biasa
🍻
dasar Viola cewek begok !!!
murahan amat jd Perempuan gak ada harga dirinya udh di sakitin jd bini kedua malah mau di ajak tidur !!!!
Nabila Ramadhani
Luar biasa
Elfiyati
lanjutkan,
Ira
ok
Yuliana Hung
Luar biasa
Elfiyati
cinta sejati
Elfiyati
lanjutkan
aca
bodoh cerai aja ngapain mau laki goblok kayak erlan
ami
Luar biasa
ami
Lumayan
fhittriya nurunaja
Luar biasa
" sarmila"
hahhahahaha endaaaaahhh
lngsung sujud sukur donk
" sarmila"
puasa puasa🙈🙈🙈
bacanya d scrol🤣🤣🤣🤣
" sarmila"
hahooo erlan mau ngutuk siapa🤣🤣🤣🤣
senang nya dlam hati punya istri dua
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
" sarmila"
😭😭😭😭😭😭
Lilik Juhariah
segitunya gk berharga seorang perempuan gara gara satu gk punya anak baru inget istri yg lain 3 THN terpisah cuma pingin anak, gilaa
yuyunn 2706
vio dijadiin ban serep/Grin/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!