NovelToon NovelToon
THE MAIN CHARACTER IS ME

THE MAIN CHARACTER IS ME

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: lightfury799

Sinopsis

Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.

Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.

Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.

•••••

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Xaver duduk di ruang kerja yang terletak di Queez Hotel, sebuah ruangan yang dirancang dengan elegan dan fungsional. Dindingnya dihiasi dengan wallpaper bermotif geometris yang lembut, dan lantai parket kayu cokelat memberikan kesan hangat. Meja kerja besar terbuat dari kayu mahoni yang mengkilap, dipenuhi dengan tumpukan dokumen dan laptop terbuka. Di sudut ruangan, ada sebuah sofa kulit hitam yang mewah, dan di atasnya terdapat bantal-bantal kecil dengan warna kontras yang menambah kenyamanan.

Cahaya yang masuk melalui jendela besar memberikan penerangan yang cukup, namun suasana di ruangan itu terasa suram karena Xaver yang tengah menunjukkan ekspresi kecewa dan muak. Wajahnya tampak pucat dan matanya sayu, menatap laporan yang diberikan oleh Jad dengan rasa tidak percaya dan kekesalan. Suasana ruangan yang seharusnya nyaman dan efisien itu kini terasa menyesakkan dengan aura ketegangan yang muncul dari interaksi antara Xaver dan Jad.

Xaver menatap datar foto-foto yang diserahkan oleh Jad. Tangannya yang berotot mencengkeram erat tepi meja kayu mahoni, hingga urat-uratnya tampak menonjol. Mata tajamnya menelusuri setiap sudut gambar, melihat Quella dan Elvis yang tertawa lepas, terlalu intim untuk sekedar teman.

"Jadi, apa lagi yang mereka inginkan kali ini?" suaranya datar, namun terasa ada gunung es yang siap meletus di baliknya.

Jad, dengan setia masih tetap berada di samping Xaver, menatap tuannya itu dengan wajah serius, terdapat rasa kasihan akan kisah cinta yang dimiliki tuannya. "Mereka tidak menyebutkan apa-apa, Tuan. Tapi, mungkin lebih baik kita mengambil tindakan sebelum ini semakin parah."

Xaver menghela napas berat, mengusap wajahnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. "Sudah berapa kali kita harus menutupi kesalahan Quella? Sudah berapa banyak skandal yang harus aku sembunyikan dari publik demi menjaga nama baik keluarga, dan nama hotel ini?"

Xaver tentu saja muak, setiap Quella pergi keluar dan menemui Elvis. Selalu saja akan ada perusahaan media yang memotret mereka berdua, dan yang selanjutnya orang-orang itu lakukan adalah menyebarkan padanya terlebih dahulu. Beberapa kali Xaver rela mengeluarkan uang yang cukup besar, untuk menutupi hal itu. Namun sekarang sepertinya Xaver sudah cukup terlalu lelah, untuk hanya menutup-nutupi permasalahan Quella yang selalu saja sama.

Jad hanya bisa mengangguk, mengerti betul bagaimana beban berat yang dipikul oleh tuannya itu. Selama dua tahun full Xaver mengelola dengan baik Queez Hotel bahkan hotel ini telah berkembang pesat dari kali terakhirnya. Tidak ada kata sepi pengunjung, hotel ini selalu menjadi pilihan nomor satu bagi para kalangan atas maupun para selebriti hingga pejabat untuk menjadi penginapan mereka.

Tapi bukan hanya bekerja di hotel ini saja, Xaver juga melakukan pekerjaan di Parvez Company. Bisa dikatakan Tuannya selalu sibuk, tapi melihat hasilnya yang bukan main-main itu menandakan apa yang telah dikerjakan tuannya, tidak ada yang sia-sia.

"Tuan, mungkin sudah saatnya kita tidak lagi menutupi tapi menghadapi masalah ini," saran Jad, berhati-hati. Menurutnya sudah cukup, tuannya menutupi perilaku buruk nona Quella. Tuan mudanya memiliki hak untuk bahagia.

"Itu terlalu beresiko, mungkin untuk sekarang nama hotel tidak akan tercoreng. Karena yang mereka semua tau Queez Hotel milikku. Tapi masalah terbesarnya ada...," Xaver seolah enggan untuk mengatakannya.

Jad bisa mengerti alasan dari tuannya yang hanya melakukan tindakan secara diam-diam. "Tapi tuan, jika seperti ini terus, pihak kita yang akan dimanfaatkan oleh para media. Itu merupakan salah satu bencana, yang akan menjadi besar," Jad menjelaskan kembali, merasa bahwa pihak mereka akan dimanfaatkan semena-mena.

Xaver memandangi Jad, matanya mengerjap perlahan, perkataan Jad tidak ada yang salah, semuanya masuk akal. "Kamu benar, Jad. Sepertinya aku harus mulai bertindak dengan serius," Xaver sudah memutuskan, sekarang dirinya akan melakukan tindakan tegas.

Mengakhiri pembicaraan, Xaver kembali fokus pada tumpukan dokumen yang belum selesai. Meski begitu, pandangannya sesekali melayang ke foto kebersamaan Quella dan Elvis yang kini tergeletak di atas meja, sebuah pengingat akan masalah yang belum selesai, atau bisa dikatakan bencana di kehidupannya.

°°°°°

Matahari terbenam menyinari pekarangan rumah Grizelle, memberikan suasana yang hangat pada pertengkaran kecil yang terjadi antara Quella dan Elvis. Mobil mereka berhenti dengan kasar, debu beterbangan seolah-olah menandakan ketegangan yang ada.

"Kamu selalu seperti ini, Elvis! Tidak pernah mendengarkan! Padahal aku belum puas berbelanja," omel Quella dengan raut muka kesal.

Elvis, dengan ekspresi frustrasi, membalasnya. "Kamu tidak lihat matahari sudah akan terbenam, Quella. Lagi pula Xaver pasti mencarimu!" Elvis memang tidak mengetahui permasalahan yang terjadi di pernikahan Xaver dan Quella.

"Pasti suami mu itu, mengkhawatirkan istrinya yang selalu saja lama bermain diluar," lanjut Elvis kembali, karena biasanya Quella akan meminta lebih dari jam saat ini.

Quella semakin cemberut akan perkataan Elvis, menghembuskan napasnya kasar. Saat tangannya akan membuka pintu, suara Elvis mencegahnya lagi.

"Kamu tau Quella, sudah sedari lama aku ingin bertanya. Sebenernya apa yang sudah terjadi? Katakan sejujurnya, mungkin aku bisa membantu," Elvis berharap mendapatkan jawaban dari Quella, namun lagi dan lagi Quella hanya diam menghindar dari pertanyaannya.

Quella diam sejenak, melirik kearah Elvis. Sudah beberapa kali Elvis bertanya, tapi Quella hanya diam tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Sejenak, kedua mata mereka saling bertaut, mencari pengertian. Napas mereka mulai mereda, dan suasana mulai menghangat seiring cahaya senja yang semakin redup.

Elvis menghela napas panjang, menatap Quella dengan lembut. "Maafkan aku, aku tidak seharusnya memaksa dirimu," ucapnya sambil mengulurkan tangan. Elvis merasa bersalah memaksa Quella.

Quella, dengan sedikit ragu, akhirnya memegang tangan Elvis. "Aku juga minta maaf, mungkin aku terlalu keras kepala," sahutnya dengan suara yang lebih halus.

"Ya sudah, bye-bye Quella. Jangan lupa makan malamnya nanti," ucap Elvis tersenyum kecil saat Quella turun dari mobilnya.

Elvis mengendarai mobilnya menjauh dari pekarangan rumah Grizelle. Walaupun masih merasa aneh. "Bagaimana bisa Xaver hanya diam saja? Aku bahkan tidak pernah melihat Xaver bersama Quella?" Elvis mempertanyakan semuanya. "Cukup Elvis, jangan terlalu ikut campur," Elvis berusaha mengingatkan dirinya sendiri.

"Tapi... Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Quella?" Elvis mengkhawatirkan, karena Quella teman baginya, benarkah kan?!?!

°°°°°

Senyuman merekah di wajah Quella saat dia turun dari mobil, merasa lega karena konflik kecil itu tidak berakhir dengan amarah. Lagi pula Quella tidak mau sampai ada orang yang tau, bagaimana buruknya pernikahannya. Walaupun tanpa di sadari olehnya, Quella sendiri yang mempertunjukkan hubungan buruknya bersama Xaver.

Dia melambaikan tangan dengan gembira, menonton mobil Elvis perlahan menjauh dari pekarangan rumah Grizelle. Rasa hangat menyelimuti hatinya, mengetahui bahwa perbedaan kecil tidak menghalangi mereka untuk tetap saling peduli dan berbaikan.

"Oke sekarang waktunya untuk istirahat," ucap Quella gembira. Langkahnya yang gembira tidak membuatnya langsung menyadari, kesunyian yang berada di kediaman Grizelle.

Hingga akhirnya dirinya tersadar. "Dimana Yuren? Mengapa tidak ada yang menyambut kedatangan ku?" Quella melihat kesana-kemari namun hanya ada kekosongan.

"Aneh, tidak ada orang, atau hanya perasaanku saja," Quella menggelengkan kepalanya cepat. "Mungkin karena lelah berbelanja, aku berpikir ngelantur," gumamnya yang kemudian langsung berjalan menuju kamarnya.

Quella perlahan melangkah masuk ke dalam kamarnya, langkahnya berat karena kebingungan yang menyeruak di dadanya. Pikiran-pikirannya berkecamuk saat melihat Xaver, orang yang berstatus suaminya, berdiri di tengah ruangan dengan wajah yang tegang dan mata yang menyala-nyala dengan amarah.

Awalnya Quella akan mengabaikan kehadiran orang itu, namun bentakan keras dari Xaver padanya membuatnya langsung menjatuhkan barang belanjaannya, karena terkejut akan suara yang menggelegar itu.

"Kamu dari mana saja?!" bentak Xaver dengan suara yang memenuhi ruangan, membuat Quella sedikit terkejut. Otot-otot di wajahnya menegang, rahangnya mengeras menahan emosi yang jelas terlihat.

Quella menarik napas dalam, barang belanjaannya dirinya biarkan terjatuh di lantai, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Aku hanya pergi berbelanja, dan Parvez. Turunkan nada suara mu itu, berisik dan menganggu telingku ini," ujarnya dengan suara yang diusahakan tetap tenang, namun itu terkesan menatang Xaver

"Berbelanja? Berjam-jam? Tanpa memberitahuku?" Xaver melangkah mendekat, setiap langkahnya seperti guntur yang menggema di hati Quella. "Kamu pikir aku tidak tahu? Kamu bersama laki-laki itu kan?"

Quella memutar bola matanya malas, merasa tidak terima akan Xaver yang ternyata membuntuti aktivitas yang dirinya lakukan. "Apa masalah mu? Itu hak ku, dan lagi pula bukan urusan mu. Parvez...," Quella menatap tajam ke arah Xaver yang lebih tinggi darinya itu.

Xaver tertawa sinis, suara tawanya bergema dingin di dinding kamar. "Bukan urusan ku, kamu bodoh atau bagaimana? Oh aku lupa, orang yang membuat masalah kan tidak tau diri," Xaver menatap sinis ke arah Quella, dengan gerakan yang cepat, tangannya mencengkram pipi Quella.

Darah Quella seakan membeku, matanya melebar sedikit. Napasnya seakan tercekat, karena tatapan tajam, dan deru nafas emosi dari Xaver padanya. Tangannya berusaha melepaskan cengkraman pada pipinya, namun tenaga Xaver berada di atasnya.

"Dengarkan baik-baik hal ini tuan putri, atau aku katakan saja wanita manja yang merepotkan. Kamu pikir saat kamu berpergian bersama laki-laki itu tidak menimbulkan masalah untuk ku?!?!"

Xaver mengeluarkan aura permusuhannya, dirinya mulai sekarang tidak akan tinggal diam saat Quella memberikan hinaan padanya. Sudah cukup ia sabar dengan perlakuan buruk Quella. "Status mu bukan orang biasa sekarang Quella, semua yang kamu lakukan akan selalu menjadi sorotan orang-orang. Bahkan jika hal sekecil apapun," Xaver terus menekan Quella agar tersadar.

"Jika bukan aku yang melakukan tindakan cepat, kamu sudah menjadi orang yang paling tidak tau diri. Berita dimana-mana akan terpapang jelas, dengan judul, Istri bodoh yang memilih laki-laki lain dibandingkan suaminya sendiri. Bayangkan jika berita itu tersebar sialan, kamu seharusnya paham...," ucap Xaver mengeluarkan semua emosinya yang dirinya tahan.

Selama dua tahun, Xaver memilih diam karena merasa bahwa dirinya yang telah melakukan kesalahan. Xaver tau dirinya salah, tapi apa tidak bisa setidaknya istrinya ini menghargainya sedikit saja. Walaupun Quella tidak bisa mencintainya tidak apa-apa, yang paling penting Xaver bisa memberikan cinta itu dengan tulus.

Melepaskan cengkraman pada wajah Quella pelan, Xaver memejamkan matanya, setelah mendapatkan jawaban yang dilontarkan oleh Quella.

"Apa peduli mu? Seharusnya kamu biarkan saja. Biarkan orang-orang memberikan cap buruk padaku. Aku tidak peduli, dan jangan ikut campur masalah ku lagi," Quella merasa terhina akan kata-kata dari Xaver, bukannya merasa sadar, sebaliknya Quella semakin emosi tinggi.

Xaver rasa-rasanya ingin memberikan pelajaran. Sudut bibirnya terangkat, saat mengingat apa yang akan dilakukan keluarga besar Parvez jika sampai berita buruk itu terdengar. "Silahkan lakukan sesuka hatimu. Jangan datang padaku, jika terjadi sesuatu."

Membalikan badannya, berjalan dengan aura kebencian. Xaver benci mengapa mata Quella tidak bisa setidaknya sekali saja terbuka jelas. Terlalu buta, hingga tidak bisa melihat dimana kesalahan yang telah dibuatnya. "Oh.. satu hal," Xaver menghentikan langkahnya.

"Sepertinya berita ini harus kamu ketahui, mulai detik ini Queez Hotel manjadi milik Parvez Company," ucapnya dan bersiap melanjutkan untuk keluar dari kamar yang menurutnya pengap ini.

Tapi sebelum itu, sebuah tangan menariknya, membuat Xaver menghentikan langkahnya. Tatapan Xaver terarah pada mata onyx yang menatapnya tajam.

"Apa maksud dari ucapan mu itu?" Quella tentu saja dibuat bingung, sekaligus tidak percaya. Matanya sudah melayangkan tatapan tajam akan ucapan yang dilontarkan Xaver. Bukankah Xaver hanya mengurusnya saja, bukan mengambil alih secara permanen.

Xaver menaikan alisnya sebelah, mengalami situasi seperti ini membuatnya ingin segera mengambil cerutunya. "Apa kamu lupa? Aku bersedia mengurus Queez Hotel selama satu tahun. Tapi jika lebih dari satu tahun, otomatis secara sukarela, Queez Hotel menjadi milik Parvez Company. Itu semua tertera dalam dokumen perjanjian," Xaver menyadarkan kembali Quella.

Awalnya Xaver tidak akan melakukan tindakan ini. Melakukan hal ini karena Xaver sudah berada di titik muak. Quella terdiam seakan  baru teringat dengan dokumen yang dirinya tanda tangani saat hari kedua pernikahan mereka.

"Sudah ingat, salah mu sendiri yang tidak mau mengambil alih setelah satu tahun," ujar Xaver, ia mengingat dengan sangat jelas bagiamana Quella menolak mentah-mentah saat Xaver dengan baik menawarkan akan mengajarkan Quella.

Xaver menyamakan tingginya dengan Quella, kemudian membisikan sesuatu. "Sekarang tanggung resikonya, oh dan karena aku tidak boleh ikut campur apapun. Maka... Semua kartu debit yang kamu miliki dariku, siap-siap aku akan memblokirnya. Silahkan cari uangmu sendiri," bisiknya setelahnya mengecup sudut bibir Quella pelan. Menyeringai puas akan kebisuan Quella yang tidak bisa membalas ucapannya.

Diam layaknya patung, Quella merasa kehabisan kata-kata mendengar apa yang Xaver ucapkan. Saking larutnya dalam lamunannya, Quella tidak menyadari Xaver sudah keluar dari kamarnya. Meninggalkannya sendirian, mengingat memori yang membuatnya menyesal dengan keputusan bodohnya itu.

°°°°°

FLASHBACK

Setelah satu tahun mengembalikan nama Queez Hotel, Xaver berjalan masuk ke dalam kediamannya untuk menemui Quella. Dirinya berniat memberikan informasi ini lebih cepat. Berharap dengan ini hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat walaupun hanya sedikit saja.

Merasakan sebuah semangat di hatinya, Xaver secara repleks langsung membuka pintu kamar Quella tanpa izin dari sang pemilik.

"Sudah kubilang jangan masuk," teriak Quella yang kesal bukan main. Suasa hatinya sedang kacau, karena bisa-bisa Elvis memintanya untuk ikut berbelanja.

Quella awalnya gembira bukan main, tapi saat tau tujuan dari berbelanja itu untuk membeli hadiah untuk Loretta. Hancur sudah suasana hati Quella, hatinya langsung merasa emosi dan tidak nyaman. Bahkan saat berbelanja tadi Quella merekomendasikan sesuatu yang pastinya tidak akan cocok dipakai Loretta.

Xaver diam sejenak akan bentakan itu, tidak pernah sekalipun Xaver mendapatkan sambutan manis dari Quella. Walaupun itu Xaver tetap melanjutkan untuk mendekati Quella.

Melihat siapa yang datang, membuat Quella hanya berwajah malas. Suasana hatinya masih belum membaik. "Ada apa? Jika tidak penting keluar," usir Quella secara langsung. Tidak memperdulikan sama sekali bagaimana perasaan Xaver.

"Aku ingin memberitahukan bahwa, sudah saat kamu mengambil alih kembali Queez Hotel. Aku bisa mengajarkan triknya padamu," Xaver dengan niat baiknya, dengan harapan Quella mau, dan dengan sangat berharap hubungan mereka setidaknya membaik walaupun sedikit.

Namun perasaan pahit harus dirinya terima, ketika mendengar kata-kata Quella yang ternyata cukup menyayat hatinya. "Cih.... Aku tidak mau bekerjasama dengan penjahat. Lagi pula bukankah kamu yang secara sukarela mengurusnya. Jadi mengapa sekarang menyerah kembali?!?!"

Quella yang sedang dalam suasana buruk, langsung mengatakan apa yang kepalanya inginkan. Tapi memikirkan dampaknya di masa yang akan datang. Tanpa merasa menyesal, akan apapun yang bisa saja terjadi di mana depan.

"Apa kamu yakin? Tidak akan menyesalinya," Xaver menyakinkan kembali, karena mungkin Quella melupakan perjanjian mereka saat satu tahun yang lalu.

"Tentu saja tidak, pergilah. Jangan ganggu aku lagi," Quella mendorong tubuh Xaver perlahan agar segera keluar dari kamarnya.

Memejamkan matanya saat pintu tertutup dengan kasar di depannya. Sejak saat itu, Xaver tidak mau melakukan apapun lagi untuk mendekati Quella. Dia membiarkan semuanya berjalan, menyerah tentu bisa dikatakan. Namun sayangnya, Xaver sama sekali tidak mau melepaskan Quella.

FLASHBACK END

•••••

TBC

JANGAN LUPA FOLLOW

1
@Biru791
mau lanjut gak nih thour
Ochi Mochi
sya sdahin aza bacanya sya kira ela sudah mulai suka sma xavir
Ochi Mochi
kpan ella sdar kok ini kayak gak ada harga dri y si lelaki.
Anggi Puspita
ada yg tau komik Serena ga...mirip bgt cerita nya..TPI ga mirip²kli sii cmn ada kesamaan
shaqila.A
halo kak, ka ini serius gantung gitu? padahal seru, aku pengen tau endingnya huhu
Alan
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Flynn
Author, aku jadi pengen jalan-jalan ke tempat yang kamu deskripsikan di cerita ini 😍
Hairunisa Sabila
Gak nyangka endingnya sekeren ini, terima kasih udah bikin aku senang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!