Hi hi hayyy 👋
Selamat datang di karya pertamaku... semoga kalian suka yaaa
Marchello Arlando harus mendapat julukan pria buruk rupa setelah insiden yang membuatnya mengalami banyak luka bakar.
"Aku tak sudi bersamamu lagi Chello. Aku malu memiliki pasangan yang buruk rupa sepertimu."
Marah, benci dan juga dendam jelas sangat dirasakan Marchello. Namun keadaannya yang lemah hanya bisa membuat dirinya pasrah menerima semua ini.
Hingga 7 tahun berlalu, Marchello dipertemukan oleh fakta tentang keluarga kandungnya dan membuatnya menjadi penerus satu-satunya. Menjadi CEO sekaligus pemimpin mafia yang selalu menggunakan topeng, Marchello bukan lagi pria berhati malaikat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hingga pada suatu hari, ia diminta menikah untuk bisa memberikan penerus bagi keluarganya. Wanita yang dijodohkan untuknya justru mengalihkan posisinya dengan adik tirinya sendiri setelah tahu keadaan Marchello yang memiliki rupa misterius. Mungkinkah perjodohan akan tetap berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi hari yang indah
“Tuan, tuan kenapa hanya diam?” tanya Frisly.
Lucas tersentak kaget dan kembali dalam ekspresi datar. “Tidak, aku tak apa. Biarkan saja tanganku ini. Nanti juga akan sembuh sendiri.”
“Tapi takutnya membengkak dan menjadi tak nyaman untuk anda. Bukankah anda adalah pengawal kepercayaan Tuan Marchello? Tentunya anda harus menjaga tiap kondisi tubuh anda agar bisa terus memberikan dedikasi yang baik bukan?” Balas Frisly yang membuat Lucas menghela nafas panjang.
“Berikan salepnya padaku! Aku akan mengoleskannya sendiri dan kau nikmati saja minuman dan makananmu itu.” Ucap Lucas yang membuat Frisly menyerahkan salep padanya.
“Apa anda akan berjaga disini juga?” tanya Frisly yang diangguki oleh Lucas.
“Ya. Aku bisa mengawasi keadaan Nyonya Celia saat kau istirahat nantinya.” Jawab Lucas datar.
“Sebenarnya, aku sudah terbiasa begadang, Tuan.” Ucap Frisly.
“Tapi bukan berarti kau tak butuh tidur kan? Kau tak boleh begadang karena kesehatanmu juga penting kau perhatikan.” Jelas Lucas yang membuat Frisly mengangguk dan tersenyum.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari di mansion Marchello. Vilme terkejut saat melihat Marchel tersenyum padanya kala ia baru saja membuka matanya.
“Selamat pagi, my queen!” ucap lembut Marchel yang membuat Vilme tersenyum malu.
Ia menutup wajahnya dengan selimut dan membuat Marchel terkekeh dengan tingkahnya.
“Apa kau mengode untuk kita bermain dalam selimut lagi?” tanya Marchel yang membuat Vilme langsung menutup mulut Marchel.
“Marchel...” ucap Vilme malu.
“Semalam kau benar-benar luar biasa, sayang.” Puji Marchel dengan tersenyum.
“Diamlah Marchel, aku masih sakit.” Ucap Vilme dengan pipinya yang masih memanas dan merona merah.
Cup!
Marchel tak tahan untuk tidak mengecup pipi Vilme
“Aku mengerti, sayang. Kalau begitu, ayo mandi dan segera sarapan. Kau tak boleh telat meminum obatmu juga.” Ucap lembut Marchel sembari mengusap rambut Vilme.
“Sshh...” rintih Vilme sembari mencengkram selimut bagian bawahnya.
“Apa masih perih?” tanya Marchel yang diangguki lemah oleh Vilme.
“Maafkan aku ya. Sekarang, mari kita buat tubuhmu rileks dengan mandi air hangat. Aku sudah menyiapkannya tadi. Ayo kugendong!” Ucap Marchel yang tak disangka oleh Vilme.
Vilme merasa tak percaya bahwa seorang penerus dari keluarga paling terpandang ini, mau menyiapkan air mandi untuknya.
Vilme mengalungkan tangannya ke leher Marchel, ia tersenyum malu saat Marchel menggendongnya ala bridal dan membawanya ke kamar mandi. Ia yakin pipinya sudah semerah kepiting rebus sebab saat ini dirinya tak memakai sehelai benang pun dalam gendongan Marchel.
Marchel pun dengan sangat hati-hati menurunkan istrinya dalam bathtube. Ia pula ikut masuk dan duduk di belakang Vilme.
Marchel mengusap lembut punggung Vilme dengan busa sabun yang melimpah. Kulit putih nan mulus milik Vilme makin mengkilat.
Vilme merasa sangat nyaman akan aroma dan keadaan menyegarkan ini. Apalagi sentuhan-sentuhan Marchel bagaikan terapi untuknya
Sampai tiba-tiba, Vilme merasa kembali gelisah kala tangan suaminya memainkan boba miliknya. Tak hanya itu, ia merasa ada yang mengeras di belakangnya.
“Marchel...” panggil Vilme yang membuat suaminya langsung mendekatkan wajahnya ke sisi wajah Vilme.
“Hm...?” sahut Marchel.
Marchel menahan posisi wajah Vilme yang menghadap padanya, untuk kemudian ia pun melumat bibir istrinya.
Lumatan yang awalnya lembut, kini berubah menjadi ganas dan penuh akan penuntutan. Apalagi salah satu tangan Marchel yang tak bisa diam, tentu hal ini membangkitkan gelora untuk Vilme.
Sembari meremas bongkahan kembar Vilme, Marchel menuntun Vilme agar berhadapan dengannya dan berada pada pangkuannya. Pagutan masih belum terlepas, hingga akhirnya bibir Marchel menjelajahi leher dan dada istrinya.
“Mmhh!” lenguh Vilme kala ciuman Marchel begitu kuat pada dadanya.
Bongkahan kembar Vilme sampai mengeras sebab terus menerus diremas oleh Marchel. Belum lagi, sedotan kuat yang dilakukan Marchel pada lingkaran bobanya membuat Vilme kembali melenguh seraya mendongakkan kepalanya.
Kembali melumat bibir Vilme, kini tangan Marchel mengarahkan miliknya untuk memasuki milik hangat istrinya. Dan akhirnya,
Blessh!
“Uh...” lenguh Vilme kala milik Marchel telah masuk sepenuhnya dalam lubang miliknya.
Marchel menggerakkan pinggul istrinya dengan perlahan, dengan matanya yang terpejam. Ia merasa miliknya disedot dan dilumat begitu hangat oleh milik Vilme. Nafasnya pun ikut memburu seperti Vilme.
Vilme mengalungkan tangannya dan merintih, antara masih adanya rasa pedih, namun juga adanya rasa geli yang nikmat pada bagian intinya. Ia mendongak dan terus mengeluarkan suara desahan yang beriringan dengan suara kecipak air.
Marchel menghentikan gerakannya, ia tersenyum menatap wajah Vilme. Marchel kini kembali menyambar bibir istrinya, seraya ia menggerakkan pinggulnya memutar dan membuat Vilme kembali melenguh.
Mereka berdua menikmati momen kebersamaan ini, dengan keintiman yang makin erat. Mereka menghabiskan waktu mandi yang cukup lama, menggunakan cinta yang membasuh tubuh mereka. Tak hanya itu, mereka juga sembari bercanda dan saling memanjakan.
Sementara Lucas yang baru saja kembali ke mansion, ia berniat untuk menemui Marchello dan mengambil berkas yang semalam diperintahkan untuknya.
Melihat pelayan yang baru saja menuruni anak tangga sembari membawa cucian dari kamar Marchello, Lucas pun langsung mencegatnya.
“Tunggu sebentar! Apa Tuan Marchello sudah bangun? Semua cucian ini dari kamarnya kan?” tanya Lucas.
“Benar Tuan. Tapi Tuan Marchello dan Nona Vilme tak terlihat di kamar. Saya juga belum melihat mereka keluar dari kamar sejak semalam, namun saya mendengar percikan air di kamar mandi. Mungkin saja Tuan atau Nona Vilme masih mandi.” Jelas pelayan.
Melihat noda merah yang terlihat pada sprei yang dibawa pelayan, mata Lucas membulat dan ia penasaran akan hal itu.
“Apakah Tuan Marchello dan Nona Vilme sudah benar-benar...?” batin Lucas menerka-nerka.
Pelayan masih menatap Lucas yang hanya diam. “Tuan, apa ada lagi?” tanyanya.
“Oh, tidak ada. Kau kembalilah dan lanjutkan tugasmu!”
Setelah pelayan itu pergi, kini gantian Grandpa yang mengejutkan Lucas.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Grandpa.
“Tidak ada Tuan. Saya hanya ingin mencari Tuan Marchello, apakah dia sudah bangun atau belum.” Jelas Lucas.
“Mungkin dia masih tidur karena aku juga belum melihatnya. Apa kau ada perlu?”
“Iya Tuan Vincent. Tuan Marchello memintaku untuk datang pagi dan mengambil berkas yang ia simpan.”
“Ya sudah, mari ikut sarapan saja sembari menunggu ia bangun.” Ajak Grandpa yang membuat Lucas Sungkan.
“Tapi Tuan, saya sudah sarapan.” Balas Lucas karena merasa tak enak.
“Itu kan tadi, tapi sekarang kau harus makan lagi. Lagi pula, kau tak pernah makan bersama kami. Aku juga tak ingin makan sendirian dan ini perintah, Lucas!”
“Baiklah kalau begitu, Tuan. Saya akan menemani anda makan.”
“Nah, begitu Lucas. Kau juga sudah kuanggap anggota keluarga disini. Apalagi kalau mengamatimu lebih seksama, kau sekilas mirip juga dengan Marchel. Itu membuatku merasa memiliki 2 cucu lelaki yang hebat.”
“Anda berlebihan, Tuan. Mana mungkin saya mirip dengan Tuan Marchello yang begitu terhormat”
“Kau juga terhormat, Lucas. Kau mengabdi bertahun-tahun pada keluarga ini dan kau jangan sungkan lagi. Anggap saja kami keluargamu.” Balas Grandpa yang diangguki oleh Lucas.
“Kalau aku tak menjaga rasa sungkanku, sudah sejak dulu kurebut kehormatan itu.” Batin Lucas.
Melihat Lucas yang hanya diam “Lucas, ada apa?” tanya Grandpa.
“Tidak apa Tuan. Aku tiba-tiba teringat mendiang ibuku.” Jelas Lucas.
“Doakan selalu ibumu agar ia bahagia disana. Terkadang, kita memang suka teringat hal yang mengejutkan dan hal itu sebenarnya karena kita rindu."
"Iya Tuan, aku selalu mendoakan ibuku sebab aku selalu merindukannya setiap waktu ."
"Baiklah, kalau begitu kau harus jadi anak yang membanggakan untuknya. Ayo kita sarapan sekarang," ajak Grandpa yang diangguki oleh Lucas.