Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.
Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.
Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.
Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.
Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?
Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Saran Nama Untuk Toko
Kyra masih tertegun diam sembari menatap Saeed, mencoba meminta bantuan kepada laki-laki misterius itu.
Tampaknya Saeed memahami maksud tatapan Kyra lalu berjalan dari arah meja kasir menuju Kyra berdiri.
"Boleh aku bicara dengan kakek itu sebentar", bisiknya kepada Kyra.
"Cobalah...", sahut Kyra.
Saeed mengangguk pelan lalu berjalan ke arah meja dimana kakek tua duduk disana dan menyapanya ramah seraya duduk.
"Bisa anda ceritakan masalah yang sedang anda hadapi sejarang", kata Saeed.
Kakek tua menghela nafas panjangnya lalu tertawa pelan.
"Aku datang dengan pikiran kalut dari rumahku, sedangkan didepan mataku, ada suatu persoalan rumit yang mesti aku pecahkan tapi aku tidak tahu kemana aku harus pergi", kata kakek tua.
"Jalan terbaik adalah bersabar, tenangkan pikiran anda dengan hati damai", sahut Saeed.
"Tapi aku sedang mencari sebuah buku diary", kata kakek tua.
"Buku diary ?" sahut Saeed.
"Ya, benar, aku membutuhkan buku diary yang nantinya akan aku pakai untuk membagi harta warisanku sebelum aku meninggal nanti", kata kakek tua.
"Lalu apa hubungannya buku diary dengan harta warisan dan putra-putramu, bukankah mereka adalah anak-anak anda", sahut Saeed.
"Yah, aku tahu itu, tapi diantara mereka ada seorang putra yang sangat baik kepadaku bahkan dia yang selalu merawatku sehari-hari selama ini", kata kakek tua seraya tersenyum tipis.
"Dan anda merasa sungkan kepada putra anda", sahut Saeed.
"Tidak juga", kata kakek tua seraya tertawa terkekeh.
"Lalu apa yang anda bingungkan dari pembagian warisan teruntuk putra-putra anda ?" tanya Kyra.
"Ada hal yang mengganjal pikiranku diantara ketiga putraku, dimana aku berencana membagikan warisanku secara benar ditangan yang tepat", kata kakek tua.
"Aku kurang paham dengan maksud ucapan anda", sahut Kyra.
"Duduklah dulu, aku akan menceritakan persoalan yang aku hadapi ini", kata kakek tua kepada Kyra.
"Ya, baiklah...", sahut Kyra segera duduk di meja bersama Saeed.
"Awal mulanya aku mengalami kesulitan membagi warisanku pada putra-putraku saat aku jatuh sakit beberapa bulan lalu", kata kakek tua sembari menerawang jauh.
"Anda sakit apa ?" tanya Kyra.
"Aku gagal jantung, dan harus dioperasi tapi aku butuh cangkok jantung, hanya saja itu sangat sulit karena terbatasnya jumlah donor jantung", sahut kakek tua.
"Dan apakah ketiga putramu tau hal itu ?" tanya Kyra.
"Iya, tapi aku tidak tega meminta bantuan mereka untuk mendonorkan jantung untukku", sahut kakek tua.
Kyra tertegun diam seraya menoleh ke arah Saeed.
"Haruskah aku memintanya sedangkan usiaku tidak lama lagi dan aku terlalu tua untuk bertahan hidup", kata kakek tua.
"Apakah anda tidak meminta pada ketiga putramu agar mereka mau mencari donor jatung untuk anda ?" tanya Kyra.
"Tidak...", sahut kakek tua menggeleng pelan.
Terlihat dari raut wajahnya bahwa kakek tua itu sedang bersedih.
"Aku juga punya sebuah pabrik besar yang nantinya akan aku wariskan kepada putra-putraku tapi aku sulit menyerahkannya karena aku takut mereka tidak bisa mengurusnya", lanjut kakek tua.
"Apakah anda berniat menguji mereka, maksudku untuk melihat kelayakan dari ketiga putra anda sebagai pewaris pabrik ?" tanya Kyra.
"Yeah..., bisa dibilang begitu...", sahut kakek tua seraya menghela nafas panjang.
Kyra dan Saeed saling berpandangan satu sama lain, terdiam sesaat serta berpikir sesuatu.
Saeed membuka suaranya lalu berbicara.
"Apa anda menginginkan adanya ujian tertentu, mungkin kami bisa membantu anda, untuk memilih calon pewaris yang tepat meski kedengarannya kurang mengenakkan", kata Saeed.
"Apa kau punya caranya ?" tanya kakek tua.
"Mudah saja, tapi ini agak berbahaya dan mematikan, aku juga tidak terlalu menyarankan pada anda", sahut Saeed.
"Begitu, ya...", kata kakek tua terhenyak diam.
Raut wajah kakek tua terlihat sedih ketika mendengar saran dari Saeed lalu melanjutkan ucapannya.
"Apa saran itu ?" tanya kakek tua penasaran.
"Aku tidak terlalu menyarankannya karena takutnya ketiga putra anda tidak bisa melewati ujian itu nantinya", sahut Saeed.
"Benarkah ? Apa terlalu berbahaya ?" tanya kakek tua.
Saeed melirik tajam ke arah Kyra lalu berdehem pelan.
"Kyra akan membantu anda untuk menyelesaikan ujian khusus itu, meski nantinya akan membahayakan bagi ketiga putra anda, tapi hanya itulah satu-satunya cara agar anda bisa menemukan calon pewaris yang tepat", kata Saeed.
Saeed menatap dingin ke arah kakek tua dihadapannya lalu bersandar diam.
"Ini adalah tawaran serius buat anda, tapi memang membutuhkan sebuah nyali besar", lanjut Saeed dengan sorot mata serius.
"Tapi mana mungkin aku bisa menguji ketiga putraku hanya karena sebuah warisan", sahut kakek tua.
"Terserah pada anda saja, tapi tawaran ini hanya berlaku sekali saja untuk anda, jika anda bersedia maka aku akan membantunya", kata Saeed.
"Akan aku pikirkan kembali, mungkin dua hari lagi aku akan kembali kesini", sahut kakek tua.
"Tawarannya hanya satu kali, bisa dipikirkan lagi di rumah dengan tenang", kata Saeed.
"Waktuku juga tidak banyak karena semakin hari jantungku kesakitan, sudah seharusnya aku masuk ke ruang operasi jika memungkinkan", sahut kakek tua.
"Kalau begitu secepatnya anda pikirkan, tidak perlu menunggu selama dua hari untuk memikirkannya", kata Saeed.
"Baiklah, aku akan datang besok pagi ke toko ini, semoga saja pilihanku tepat", sahut kakek tua.
"Kuharap demikian, dan semoga anda menerimanya serta menyukainya", kata Saeed.
"Aku harap juga sama", sambung kakek tua.
Saeed tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.
"Apa anda masih membutuhkan buku diary itu ?" tanya Saeed.
"Boleh, jika masih ada terjual disini, aku akan membeli tiga buku diary buat putra-putraku", sahut kakek tua.
"Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu", kata Saeed.
Kyra segera menyingkir dari tempat duduk lalu berdiri menjauh dari meja.
Tampak Saeed berjalan keluar dari meja menuju ke arah etalase toko yang menjual barang-barang koleksi toko baru.
Saeed bergegas kembali ke meja dimana kakek tua duduk disana lalu menyerahkan tiga buah buku diary baru koleksi toko kepada kakek tua.
"Ini buku yang anda mau", kata kakek tua.
"Terimakasih", sahut kakek tua seraya tertawa pelan.
"Apa anda akan memesan camilan ringan dari cafe kami, mungkin saja anda akan menyukainya", kata Saeed.
"Tidak, tidak, tidak usah, terlalu banyak camilan akan membuat jantungku semakin tidak sehat", sahut kakek tua sembari tertawa terkekeh.
"Baiklah, anda bisa menikmati suasana toko kami", kata Saeed seraya tersenyum.
"Ngomong-ngomong, apa nama toko ini, aku baru melihatnya", tanya kakek tua sembari mengedarkan pandangannya ke arah sekitar toko baru.
"Belum ada nama tokonya, kebetulan juga kami sedang memikirkan nama untuk toko ini", kata Saeed.
"Toko baru ini sangat menarik dan kelihatan unik sekali, aku juga baru tahu ada toko sekeren ini disini", sahut kakek tua.
"Ya, toko baru ini juga baru dibuka, maklum jika isinya masih kurang lengkap", kata Saeed.
"Tapi aku suka dengan suasananya, terasa sangat hangat bagi orang tua seusiaku", sahut kakek tua.
"Suatu kehormatan bisa melayani anda dan kebetulan juga, anda adalah pelanggan pertama kami", kata Saeed.
"Suatu kebetulan yang unik", sahut kakek tua.
Kakek tua tertawa pelan lalu beranjak berdiri, diraihnya bungkusan kantung plastik berisi tiga buah buku diary.
"Aku membayar lebih untuk ketiga buku diary baru ini, semoga hari kalian selalu beruntung", kata kakek tua.
Kakek tua meletakkan lembaran uang di atas meja sebelum dia pergi lalu mengambil topi fedora miliknya dari atas meja kemudian memakainya.
"Terimakasih atas kunjungannya, semoga anda senang berbelanja lagi kemari", kata Saeed.
"Ya, sama-sama", sahut kakek tua.
Saeed mengantarkan kakek tua menuju ke pintu keluar toko lalu kakek tua itu berhenti.
"Kusarankan sebuah nama baru untuk toko kalian", kata kakek tua seraya menolehkan kepalanya ke arah Saeed.
"Boleh tahu saran nama toko untuk kami pakai nanti", sahut Saeed ramah.
"Daris !" kata kakek tua sembari mengangkat tongkat ditangannya lalu tersenyum simpul.
"Daris maksud anda untuk saran toko baru kami ini ?" tanya Saeed dengan wajah serius.
"Ya, benar, kurasa nama Daris akan lebih cocok untuk toko kalian, terdengar misterius dan unik sesuai tema di dalam toko kalian, saat orang lain masuk akan terperangah kaget jika melihat toko kalian yang sangat unik", sahut kakek tua.
Saeed terdiam seraya berpikir serius dengan ucapan kakek tua.
"Kesan pertama kalinya dari toko ini adalah sesuatu yang misterius dan aura tersembunyi yang magis", kata kakek tua.
"Terimakasih atas saran nama tokonya, akan kami pertimbangkan nama Daris untuk nama toko ini", sahut Saeed.
"Semoga berkenan...", kata kakek tua seraya menarik ujung topi fedora miliknya.
Kling... ! Kling... ! Kling... !
Lonceng berbunyi kembali ketika pengunjung keluar dari toko setelah membeli sesuatu dari toko baru, dan kakek tua itu pergi meninggalkan toko sembari berjalan menyebrangi jalan di depan toko baru.
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪