Setelah meninggal nya kedua orang tua, Niko Dinata tinggal bersama Tante nya, dia menjadi pemuda yang urakan dan pemalas, selalu saja berbuat onar dengan memalak pedagang pasar yang ada di dekat rumahnya.
**
bertemu dengan Eca Permatasari, gadis
manis yang di kenal dengan segudang prestasi nya, tak perlu banyak tebar pesona untuk membuat para cowok bertekuk lutut padanya, dia hanya mencintai satu pria yang bernama Hanif, cowok yang selalu setia menemani nya di kampus.
**
Bagaimana jadinya kalau sang ayah tiba-tiba menjodohkan Eca dengan Niko dan langsung menikahi nya, pria yang dipandang rendah oleh Eca, tapi kenyataan dapat di andalkan dalam segala sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Eca Putus.
POV penuh, mengarah ke diri Eca.
Kamis siang pukul 12.00.
Di tengah kesibukan mengurus tugas-tugas kuliah nya, Eca sekarang di terpa dengan status pertunangan dalam hidup nya secara tiba-tiba.
Otaknya seakan berkabut tebal, tak kuat menampung semua beban dan pikiran.
Ditambah, kedua orang tua harus memaksanya untuk putus dengan Hanif.
Bagaimana mungkin, seorang gadis yang tengah makan gado-gado bersama kedua temannya di kantin kampus nya, tiba-tiba melamun menusuk lontong dengan garpu yang dia pegang.
"Kenapa kamu Ca mendadak cemberut begitu?" Ini Kata Valeska, satu teman nya yang bernama Risma malah fokus mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
Eca memasukan lontong ke dalam mulutnya, lalu memeluk sayang ke Valeska, Valeska membalas pelukan nya karena reflek.
"Gimana ya kalau kita minta putus ke orang dengan cara baik-baik tanpa menyakiti perasaan nya" Kata Eca, mulai mengeluarkan beberapa cairan di mata dan hidungnya.
"HAH, SERIUS? MAU PUTUS DENGAN HANIF?" Pekik Valeska dengan cempreng.
Risma sampai tersedak makanan, karena ucapan Eca begitu sangat menggemparkan.
Suasana kantin yang mulanya tenang, mendadak jadi heboh, bersamaan dengan perkataan dari Eca yang cukup keras.
Gosip liar dari kalangan mahasiswa buaya yang terlihat gaul menggema di kantin itu.
"Wah Eca mau putus, kesempatan emas nih buat dapetin dia"
"Sadar diri kamu pasti kena skip, saya yakin sih pasti, yang menjadi pacar berikut nya itu saya"
"Ecaa...ntik, Piwit"
Eca rasanya ingin kabur saja dari godaan banyak pria di kantin kampus nya.
Ini baru niat buat putus, dalam sekejap langsung di goda para mahasiswa yang sedang jomblo.
Valeska berteriak cempreng, membuat para cowok disana mendadak diam.
Eca menghela nafas dan berdiri tegak.
"Cabut" Kata Eca, membuat kedua teman nya yang terlihat eksis di kampus langsung menurut.
Memimpin langkah di koridor, layaknya seperti ketua geng para cewek-cewek centil.
"Eca" Ini sapaan dari Hanif yang tak sengaja bertemu dengan nya sehabis sholat dzuhur, Hanif meraih pergelangan tangan Eca, langsung di lepas oleh Eca.
Hanif mengerut kening sebentar, pikirnya dia Eca sedang malu kalau tiba-tiba disentuh di depan teman-teman nya.
Tapi pikiran nya itu sangatlah jauh dari ekspetasi, ketika Eca bilang "Kita putus yah"
Mendadak sekali Eca berkata seperti itu, sampai membuat Hanif membuka rahang sambil celingukan kearah Valeska dan Risma seperti orang gila.
"Kalian ga lagi buat prank kan?" Kata Hanif.
"Enggak, ini Eca ngomong serius kok nif" Kata Risma.
"Kenapa ca kok putus?" Tanya Hanif meraih pergelangan tangan Eca dengan wajah memelas.
"Saya mau fokus menyusun rencana skripsi" Kata Eca
"Cuma itu? Kan kita bisa bareng-bareng ngerjainnya, iya kan Vale, Risma?" Kata Hanif yang masih berusaha mempertahankan hubungan nya.
"Stop, intinya Eca mau putus dari kamu" Kata Eca melepas pegangan tangan Hanif kembali, lalu pergi menuju ruang kelasnya.
Hanif mau mengejar, tapi di tahan oleh Valeska "Dari raut wajah, sepertinya Eca sedang dijodohkan oleh orang tuanya" Katanya
"Hah Serius?, tapi ga mungkin, kemarin saya ke rumah nya Eca meminta restu buat nikahin Eca kalau sudah wisuda, orang tua Eca juga menyetujui itu kok" Kata Hanif.
"Tapi saran saya, kamu untuk sekarang jangan ganggu Eca dulu, situasi hati nya lagi buruk sekarang" Kata Valeska.
Setelah mengobrol singkat Valeska menyusul kedua temannya yang sudah berada di kelas.
**
Saat Eca sudah pergi dari kampus untag.
Tanpa dia sadari, Hanif ternyata mengikuti nya dari belakang, alih-alih dia ingin memperjuangkan cintanya, barang kali saja hati nya Eca sudah membaik.
Eca sadar ketika dia berhenti di palang pintu perlintasan kereta api, dan melihat dari salah satu kaca spion motor matic nya.
Dia memutar badan untuk memastikan, benar saja ada Hanif yang sedang menyatukan kedua telapak tangan nya dengan gerakan mulut samar.
Eca memutarkan badannya kembali, fokus pada pandangan kereta api yang sedang lewat.
Palang pintu kereta itu sudah terbuka, Eca kembali melanjutkan perjalanan tanpa menghampiri Hanif.
Hanif tanpa lelah terus mengikuti nya, sampai mereka tiba di suatu pasar, Eca berhenti dan memarkirkan sepeda motornya di bahu jalan lalu menghampiri Hanif.
"Tolong jangan ikutin saya terus" Pinta Eca.
"Maaf Ca, tapi saya belum tahu alasan kenapa kamu tiba-tiba putus dari saya, apa salah saya?" Kata Hanif.
"Kamu ga salah apa-apa" Kata Eca.
"Terus kalau ga salah apa-apa, kenapa harus putus? Gak mungkin dong kalau cuma alasan fokus nyusun skripsi" Kata Hanif.
"Kita sudah tidak cocok itu saja, lagian hubungan kita juga sudah renggang akhir-akhir ini" Kata Eca.
Saking ga kuatnya sama kenyataan tiba-tiba Eca mendadak menangis tepat di depan Hanif.
Hanif terhentak dan memeluk tubuh Eca erat-erat "Gausah bohong, ikuti saja kata hatimu, saya tahu kata teman kamu, kamu di jodohin kan"
Eca melerai pelukan Hanif "Saya ga bilang apa-apa tentang perjodohan atau semacamnya ke teman saya, kamu jangan buat spekulasi liar" Kata Eca.
"Eca listen me, mau itu di jodohin, mau itu fokus skripsi, apapun alasan untuk putus itu tidak mengurangi rasa sayang saya ke kamu" Kata Hanif.
"Kalau kamu sayang sama saya, tolong tinggalin saya sendirian dan jangan pernah berhubungan dengan saya lagi, cerita kita sudah usai" Kata Eca sambil menyeka air matanya.
"No" Tegas Hanif.
"Yes" Kata Eca.
"No" Kata Hanif kembali.
"PERGI!!" Bentak Eca membuat orang-orang di sekitar pasar menoleh ke arahnya.
Drama Eca dan Hanif mendadak sudah menjadi pusat perhatian warga sekitar yang sedang berbelanja.
Bisikan demi bisikan sudah seperti desis ular yang sangat keras.
Menghentak seorang pemuda yang bukan lain itu adalah Niko Dinata.
"Ada apa nih ribut-ribut" Kata Niko.
Sebagai keamanan pasar, Niko langsung bergerak melerai jika ada perkelahian yang mengganggu ketertiban, kenyamanan pembeli dan juga pedagang di pasar itu.
Eca menoleh, karena suara yang tidak asing baginya, segera mungkin dia menyeka air mata nya cepat-cepat, sebelum Niko menyadari kalau dia sedang menangis.
Perjuangan membuat matanya tidak menangis itu terbilang sia-sia, saat Niko melihat dan bertanya mengenai matanya yang sembab dan merah.
Niko langsung menghampiri Eca dan mendorong Hanif untuk menjauh darinya.
"Kamu pergi, jangan buat rusuh di pasar" Kata Niko tegas.
Hanif tidak terima di dorong begitu saja dengan cowok urakan seperti nya. Apa lagi dia berani merangkul pundak Eca tepat di depan matanya.
Hanif melangkah maju untuk melerai tangan Niko yang sedang merangkul Eca
"Jangan sentuh cewek saya"
Niko menoleh ke Eca "Dia cowok kamu" Katanya sambil menunjuk perawakan Hanif.
Eca menggeleng — Niko tersenyum dan melangkah maju dengan kepalan tangan yang sangat kuat
BUGH!
Hanif menerima pukulan wajah dari Niko dengan kekuatan penuh, membuat rahang nya mati rasa.
"NIKO, STOP!!" Pekik Eca melerai dan menghentak tubuh Niko sampai terjatuh di aspal
Hanif memicing mata sambil menyeka darah dari sudut bibir yang keluar lalu bergumam pelan "Niko?"
Niko perlahan bangun menoleh ke arah Hanif "Ya itu saya, kenapa?" Kata Niko dengan tegas dan tatapan tajam.
Hanif meraih sepeda motor nya untuk cabut dari pasar.
bukan om,