Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menjelang dua puluh lima tahun
laki laki dengan tinggi seratus delapan puluh Sentimeter itu berdiri dengan raut yang cemas di luar ruang operasi.
Dinding putih yang ia pakai untuk bersandar,
Menjadi saksi betapa laki laki yang selama ini kuat itu di kuasai rasa takut.
Mulutnya tak henti menggumamkan doa untuk keselamatan istri dan kedua anaknya, ia ingin ketiganya sehat, tanpa kurang satu apapun.
Selama Pramudya hidup, belum pernah ia merasakan kecemasan yang seperti sekarang ia rasakan,
Seaman apapun proses operasi, tetap saja ia mengkhawatirkan banyak hal.
Ini kali pertamanya, pengalaman yang tidak pernah satu orang pun ceritakan padanya.
Hal yang tidak pernah ia bayangkan akan ia hadapi di usianya yang beberapa hari lagi menginjak usia dua puluh lima tahun.
andaikan mamanya masih hidup, mungkin ia tidak akan setegang ini,
Bahkan mungkin setakut ini.
Tindakan operasi harus di lakukan karena ketuban sudah pecah dan kondisi Laras sudah tidak memungkinkan untuk melaksanakan kelahiran dengan proses normal.
Tidak ada yang Pram bisa lakukan selain menyetujuinya,
Karena ia pun sesungguhnya tidak tega melihat wajah Laras yang sudah terlalu lama kesakitan.
Apapun itu, yang penting Laras tidak kesakitan, Pram akan menyetujuinya.
Bu Yati berjalan ke arah Pram, dengan jaket berwarna hitam.
" tolong pakai jaketnya mas, disini dingin, pak Hadi mengambilnya tadi dirumah.." suara Bu Yati begitu teduh,
Pram menoleh ke arah bu Yati,
Dan terlihatlah mata yang sudah berkaca kaca milik Pram.
Bu Yati sedikit terkejut,
terakhir ia melihat Pram menangis adalah saat almarhum mamanya di masukkan ke liang lahat.
Saat itu Pram masih kecil, Bu Yati bisa memeluknya dan menenangkannya.
Tapi sekarang, Pram bukanlah anak kecil lagi, apalagi dengan tubuh yang begitu besar dan tinggi.
" mas Pramudya.. semua akan baik baik saja.." ujar Bu Yati sembari memegang lengan kanan Pram.
" Istri dan anakku pasti baik baik saja kan Bu?" suara Pram bergetar.
" tentu saja mas, wajar mas Pram seperti ini, mas baru pertama kali..
Sudah, pakai dulu jaketnya, baju sampean terlalu tipis.." ujar Bu Yati memberikan jaket pada Pram yang hanya menggunakan kaos putih yang biasa ia gunakan untuk tidur itu.
Setelah memakai jeketnya Pram berusaha duduk dengan tenang, sementara Bu Yati duduk di ujung kursi tunggu yang lain.
Pram menyandarkan kepalanya ke dinding,
Hawa dingin yang melintasi lorong menampar wajahnya, namun Pram tidak bergeming.
Di pejamkan matanya, demi ketenangan hatinya.
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu ruang operasi di buka,
Pram sontak berdiri.
Terlihat dua orang perawat mendorong dua stroller, dengan hati hati dua perawat itu mendorong stroller itu melewati pintu ruang operasi.
Deg!
Jantung Pram berdetak kencang, kakinya melangkah pelan mendekat ke arah dua stroller yang sedang di dorong itu.
" Bapak Pramudya?" seorang perawat bertanya pada Pram,
" saya suster!" jawab Pram cepat,
" putra dan putri ya pak.. Semuanya sehat..",
Pram tidak menjawab,
Ia langsung melihat dua bayinya bergantian,
Kedua mata Pramudya langsung penuh, merah berkaca kaca,
Entah mengapa, dua makhluk mungil yang matanya masih terpejam itu membuatnya begitu bahagia,
Dadanya sesak, penuh perasaan haru yang membuncah.
" laki laki dan perempuan.." ucapnya lirih sembari menatap takjub pada kedua darah dagingnya.
" Kami bawa dulu ke ruang bayi ya pak.." dua perawat itu kembali mendorong stroller,
" istrinya bagaimana kondisinya sus?!" tanya Pram membuat satu perawat menghentikan langkah.
" istri bapak baik.. sedang di tangani pak.. Harap bersabar.." jawab si perawat sopan, lalu kembali berjalan melewati lorong menuju ruang bayi.
" Bu Yati, tolong ikut kesana..!" Pram meminta Bu Yati yang sedari tadi berdiri tidak jauh darinya,
" baik mas.." bu Yati segera mengikuti kedua perawat yang membawa dua bayi Pram.
Satu jam berlalu,
Pram masih duduk di depan ruang operasi,
Keresahannya beluk hilang karena belum ada kabar terbaru tentang istrinya.
Tak lama Hp Pram berbunyi,
Pram merogoh sakunya dan mengambil HPnya,
" iya om.." jawab Pram,
" lurus saja om, saya ada di depan ruang operasi.." jawab Pram lalu segera menutup panggilan telfonnya.
Pram menghela nafas beberapa kali, meredakan kecemasannya.
Hanya wajah Laras yang terbayang di benaknya saat ini, senyum dan kemanjaannya yang begitu luar biasa dua hari ini.
Di pejamkan matanya,
lalu menghela nafas panjang sekali lagi,
Ia berharap agar istrinya segera keluar dari ruang operasi,
Ia berharap bisa melihat istrinya secepatnya.
Saat Pram larut dalam pikirannya, terdengar suara langkah sepatu yang cepat menuju ke arahnya,
Langkah itu pastinya lebih dari satu orang,
Dan benar, begitu Pram membuka mata dan melihat ke arah suara langkah itu,
Pram melihat keluarga istrinya,
Ayah, ibu, dan kakak Laras.
" Pram?! Bagaimana Laras?? Kenapa kau baru menghubungi kami??" tuntut ibu mertua Pram,
" maaf tante.. Saya bingung, saya pikir akan lebih baik jika memberi kabar setelah proses persalinan.." jawab Pram sembari bangkit.
" seharusnya kau memberi kami kabar lebih awal Pram, kami juga khawatir?! Sekarang bagaimana?" raut Suryo terlihat sangat khawatir,
" bayi kami sedang di rawat di ruang bayi.. Bu Yati sedang berada disana,"
" lalu Laras?" Yuniar bertanya,
" masih di ruang operasi," jawab Pram.
mendengar itu semua terdiam,
" aku ke ruang bayi dulu dengan Yuniar yah, ayah disini saja!" ujar mertua perempuan Pram, tanpa menunggu jawaban suaminya perempuan itu menarik tangan putri pertamanya dan segera berjalan melewati koridor.
Melihat itu Pram langsung duduk, tenaganya seperti habis begitu melihat keluarga istrinya.
Suryo seperti paham dengan apa yang dirasakan Pram,
tanpa banyak bicara Suryo duduk disamping membatunya itu,
" sudah kau kabari kedua orang tuamu?" tanya Suryo setelah lama membiarkan Pram diam,
" belum om," jawab Pram sembari tertunduk,
" kenapa Tidak kau kabari mereka?"
Pram membisu,
" kau harus mengabari mereka Pram," ujar Suryo,
Raut wajah Pram terlihat Tidak nyaman tiba tiba,
" pastinya mereka senang om..
Mereka pasti senang mendengar kabar bahwa anak anak saya sudah di keluarkan dari perut ibunya.." Pram terdengar menahan getir.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini