Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Jingga......" Panggil Danish pelan, ia sudah meminta ijin kepada Bik Ani dan Dokter Amanda untuk melihat kondisi Jingga.
Didapatinya wanita itu duduk bersandar pada kasur berukuran besar yang tergeletak begitu saja dilantai, tatapan mata Jingga tak bisa lepas dari lukisan tawa sang Jingga dihadapannya.
Sebuah lukisan indah yang akhirnya bisa dilihat langsung oleh Danish.
Danish buru buru mengusap air matanya, ia sakit melihat kondisi Jingga. Padahal Danish rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan wanita itu. seperti doa doa yang selama ini dilantunkannya dengan tulus.
Tanpa menoleh Jingga sudah tahu siapa yang datang melalui pantulan bayangan dicermin yang bisa ia akses ditampatnya duduk.
Danish duduk diatas kasur, sedangkan Jingga dilantai sembari memeluk kedua lututnya, pendar matanya mengisyaratkan keputus asaan dan kesakitan yang luar biasa hebatnya.
"Ku kira luka dari mu adalah yang tersakit....namun ternyata luka dari Koa yang paling bisa membunuhku..." Air mata Jingga tak bisa berhenti mengalir.
"Ia selalu terjaga paling pagi agar bisa menatap wajahku yang terlelap....tapi ia justru membiarkanku menatap wajah pucatnya yang terlelap, dia pergi saat masih mendekap tubuhku....bahkan sampai akhir ia tak pernah melepasku...." Jingga memukul dadanya pelan dengan kepalang tangan. begitu sesaknya didalam sana hingga nafasnya hanya bisa tercekat.
"Mengapa kau mengambilnya dalam senyuman tuhan???? Jika bisa memilih aku ingin ia sakit berkepanjangan saja sehingga bisa merawatnya seumur hidupku..asal aku tetap memandang wajahnya..." Nafas Jingga terputus putus...
Entan kapan malaikat maut menjemputnya, yang jelas saat terbangun diwaktu subuh Jingga merasa sekujur tubuh Koa sudah dingin.
"Jingga....kau harus kuat, ada anak anak yang membutuhkan mu." Danish mengusap bahu Senja, namun wanita itu bergeming.
Danish pernah melihat tatapan putus asa Jingga saat wanita itu memilih bercerai dan tak mau bertahan. Tapi kali ini sangat berbeda, seakan tak ada lagi jiwa yang hidup didalam sana.
"Anak anak membutuhkanku...tapi aku butuh suamiku..., aku tak bisa hidup tanpanya."Jingga membiarkan air matanya jatuh tanpa terusap.
"Jingga...."Danish memberanikan diri duduk dihadapan Jingga dan memegang kedua bahu wanita itu, "Kenapa kau lemah seperti ini? Sadarlah..... Koa akan sedih dialam sana jika kau seperti ini terus." Begitu sakit saat melihat titik terendah Jingga.
"Memangnya dia di alam mana hemmm? Dia tidak dimana mana...dia ada disampingku, ia hanya keluar sebentar membeli perlengkapan lukisnya, kau lihat motornya tidak ada? Dia membawa Senja dan Embun ke Kota, lihatlah nanti dia akan datang dengan sekantong kue ditangannya untukku.....Yah....benar Koa hanya keluar sebentar...." Jingga mulai meracau sambil terus menggeleng pelan, Hati dan fikirannya berusaha menolak kenyataan dan mulai membentuk halusinasi baru.
Danish semakin terisak melihat kondisi Jingga. Andai dulu ia tak menghianati Jingga mungkin Wanita itu tak akan mengalami luka sedalam ini. Andai dulu ia menerima pernikahannya dengan Jingga sejak Awal, Jingga tak akan pernah bertemu dengan Koa Danudara.
"Jingga sadarlah kumohon....Aku sakit melihatmu seperti ini...." Lirih Danish pilu.
"Apa salahku Bang....? Apa salahku sehingga tuhan menghukumku sedemikian rupa..? Bahkan bayangan Koa pun diambilnya...padahal aku sudah berusaha tak membuatnya berbicara, ia hanya berbaring dikasur itu..."Sambil sesegukan Jingga menunjuk bagian kasur tempat Koa biasa berbaring sambil menatapnya, "Aku takut membuatnya bicara....aku takut tuhan menilaiku terlalu serakah karena ingin Koa yang utuh...aku hanya membayangkan ia selalu tersenyum, memelukku, menatapku....aku....," Jingga menepuk dadanya kuat. "Aku bisa hidup hanya dengan melihatnya....tapi jika Koa tak ada lagi dikamar ini aku mau mati saja....aku mau mati saja bang...aaaaaaa....." Jingga menjatuhkan tubuhnya dalam dekapan Danish...
Cukup lama Danish membiarkan Jingga menyalurkan segala sesak dan kepedihan yang mungkin tak akan ada habisnya itu
mereka Seakan Saling berbagi air mata. Tak ada yang saling berbicara hanya tangisan pilu dari keduanya yang terdengar.
Jingga terus meracau hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran dan terkulai lemah dalam pèlukan Danish. Kondisi Pria itu pun sangat memprihatinkan, wajahnya nampak sembap dengan penampilan yang begitu lusuh.
Danish membawa tubuh Jingga keatas kasur dan membaringkannya dengan perlahan.
bahkan dalam tidurnya pun Jingga masih sesegukan dengan air mata yang terus mengalir.
Danish mengedarkan pandangan dalam kamar berukuran empat kali empat meter tersebut. Tak ada yang nampak istimewa, bahkan tampilannya sangat berbeda dengan bagian lain dari rumah itu yang telah direnov.
Catnya begitu usang dan mulai terkelupas, hanya bagian lukisan saja yang terlihat masih terawat, perabotnya pun tak kalah usangnya, bahkan kasur yang ditiduri Jingga mulai sobek pada ujungnya.
"Kau benar benar menyimpan kenangan Koa dengan sangat Baik Jingga..." Danish mengusap pucuk kepala sang mantan istri.
Tapi saat hendak keluar sebuah buku diatas Nakas menarik atensi Danish, buku itu lumayan tebal dengan warna cover yang mulai memudar.
Danish membukanya dan mulai membacanya.
Itu adalah Diary Koa, dan kata pertama yang tertulis disana adalah.
Gadis cantik dengan tatapan menyedihkan ....
Entah apa yang membuatmu dirundung nestapa?
Danish mengamati tanggal tahun dan bulan yang tertera pada halaman itu. Ia mendapati bahwa saat itu Jingga masih menjadi istrinya. Dan Koa bercerita itu kali pertama ia bertemu Jingga yang masih belum dikenalnya.
Sengaja kutinggalkan buku gambarku agar bisa menghiburmu, karena sesekali aku terkadang melihatmu mengusap air mata yang seakan tak kunjung berhenti.
padahal kau tengah menatap Senja yang begitu indah.
apakah begitu dalam Senja menyakitimu?
Ataukan karena warna jingganya yang terlalu memukau sehingga tangis bahagia selalu bersamamu?
'Lukisanmu terlihat mengerikan' Aku kehabisan kata kata. baru kali ini ada yang tidak memuji lukisanku. Taukah kau yang kau katakan mengerikan adalah warisan berharga dari seorang legenda Pablo picasso...
Danish mulai menghubungkan kaitan Buku Diary Koa dan buku Jingga, "Lukisanmu terlihat mengerikan?" yah! Kalimat itu adalah kunci pertemuan Jingga dan Koa.
Danish membaca lebih seksama dan menemukan nama pantai yang terletak tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan mereka yang lama.
Kini ia paham, Jingga dan Koa pertama kali bertemu ditempat itu.
Danish kembali membalik halaman selanjutnya.
Ah....gadis cantik? Atau aku harus menyebutnya wanita cantik? Namanya ternyata seindah wajahnya.
Jingga Marina, Jingga adalah pesona utama sang Senja sedangkan Marina adalah bahasa Latin yang berarti Laut.
Jingga apakah kau tahu seindah apa arti namamu?
beberapa minggu melihatmu selalu menangis di pantai ini membuatku selalu bertanya tanya, Pria bodoh mana yang membuatmu terus menyia nyiakan air mata?
Seketika Danish menutup buku diary itu dengan pelan, ditatapnya wajah sembap Jingga yang begitu menyedihkan. Wanita itu pernah menangis untuknya dalam waktu yang begitu lama.
Danish tidak bodoh, ia tahu saat itu ia gencar gencarnya menjalin kembali tali kasih bersama Alea, saat Sang pembantu rumah tangga selalu mengatakan Jingga setiap sore keluar untuk mencari angin segar.
Danish kemudian menutup matanya lalu terkekeh pilu. Tidak! Ia bukan sedang tertawa melainkan menangisi kebodohannya yang begitu nyata dimasa lalu.
Entah sudah berapa kali Danish membunuh dirinya didalam benaknya karena merutuki kegagalan rumah tangganya bersama Jingga.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)