Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16. Kecewa
Nia
Di perusahaan Ayu Group.
Kejadian yang barusan menimpaku, membuat hatiku semakin kecewa dengan Mas Alan. Dia bukan hanya menuduhku, dia juga menyakiti fisikku. Entah sampai kapan dia akan terus menyakitiku. Aku rasa, dia mengajakku pulang karna ada sesuatu. Mana mungkin, tiba tiba dia baik sama aku. Entah kenapa aku bisa suudzon pada makhluk Allah satu ini.
Dia yang selalu acuh denganku, tiba tiba dia perduli. Aku merasa ini hanya karna Lala, Iya lala. Mungkin Lala menyuruh Mas Alan untuk mengajakku pulang. Selama aku pergi, hanya Lala lah yang menghubungiku.
Sedang Mas Alan, sama sekali tak pernah menghubungiku. Jangankan telepon, kirim pesan singkat saja tak pernah. Jadi, gak mungkin dia tiba tiba menemuiku. Kalau bukan desakan dari Lala.
Lena yang menungguku di depan kantor, langsung menghampiriku. Untung saja aku tidak telat, hampir saja gerbang akan di tutup oleh Pak Satpam.
"Nia, dari mana saja kamu. Sampai telat kamu" tanya Lena padaku.
"aku bertemu Mas Alan. Len," jawabku jujur.
"ngapain kamu menemuinya," ujar Lena.
"dia yang menemuiku secara paksa, bukan aku yang menemuinya,"
"jadi mobil tadi milik Alan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk.
"tuh Si Al, bikin aku greget aja," ujar Lena kesal. "tapi kamu baik baik aja kan Nia," tanyanya khawatir. Dia memutarkan badanku, memastikan aku baik baik saja.
"aku baik baik aja Len," jawabku.
"syukurlah. Kenapa dia menemuimu paksa?" tanyanya kembali.
"Mas Alan, ngajak aku pulang Len. Tapi aku tolak,"
"kenapa kamu tolak. Bukannya kamu mencintainya," ucap Lena menggodaku.
"Lena..., aku memang mencintainya. Tapi, jika Cinta ini selalu di lukai. Apa aku harus rela terus terusan di sakiti,"
"jika kamu terus terusan rela tersakiti. itu artinya, kamu bodoh Nia," kritiknya padaku.
"Lena.., aku memang bodoh. Kalau pun aku kembali ke rumah. Aku hanya ingin menyelesaikan masalah ini," ujarku.
"hati...siapa yang tahu. Jika Si Al, sampai meluluhkan hatimu. Kau akan kembali padanya Nia," ucapnya sambil menarik pergelangan tanganku.
"auu...," pekikku kesakitan.
"kau kenapa Nia?" tanyanya penuh khawatir.
"gak apa apa. Hanya kaget kamu tarik," jawabku berbohong. Tanganku memang sakit oleh ulah Mas Alan tadi.
Lena langsung menarik pelan tanganku untuk melihatnya. Di buka pelan lengan bajuku, dia terkejut melihat pergelangan tanganku.
"Nia, ini kenapa?" tanyanya dengan menatapku tajam.
"ini tidak apa apa. Tadi hanya terbentur motor," sangkalku. Berharap Lena akan percaya jika aku tidak apa apa.
"aku tahu kamu berbohong Nia. Ini pasti perbuatan Alan," ucapnya. Lalu Lena, mengajakku masuk ke ruangan.
"duduk Nia, Alan benar benar keterlaluan. Tanganmu sampai memar seperti ini. Ini bisa kita laporkan ke Kak Seto," selorohnya. Mencoba membuatku tersenyum agar tidak murung lagi. Aku tertawa kecil, emangnya aku anak yang di sakiti orang tuanya? tanyaku dalam hati.
"Kak Seto bukannya suami Kak Dini Aminarti Len," sahutku membalas leluconnya. Aku pun tertawa kecil.
"itu Kak Dimas Seto," sahutnya. Lalu dia tertawa. Dia begitu telaten mengolesi luka memarku dengan salep.
"aku bukan anak kecil Len, masa iya kamu laporin ke Kak Seto," protesku.
"sudah sudah. Kita kerja dulu, ntar lanjut lagi. oke..," ujar Lena. Dia kembali ke meja kerjanya.
Siang hari aku dan Lena memesan makanan online. Makan siang kali ini hanya di dalam kantor. Aku enggan keluar kantor, karna Mas Alan pasti mengikuti ku lagi.
"kenapa Alan sampai melukai tanganmu Nia?" tanyanya. Lena masih penasaran atas kejadian yang menimpaku tadi pagi.
"dia bertanya soal Ello. Dia menuduhku bermain serong dengan Ello," jawabku jujur.
"memangnya kapan dia melihatmu bersama Ello?" tanyanya kembali.
"katanya sih waktu ada meeting di daerah sini. Dia melihat kita di restoran Ello," jawabku. Aku kembali memakan makananku.
"meeting? kamu percaya," tanyanya ragu.
"enggak, aku merasa Mas Alan memata mataiku Len," ucapku.
Aku menceritakan semua kejadian tadi pada Lena. Aku juga menceritakan kecurigaanku padanya.
"sepertinya Si Alan sudah mulai mencintaimu Nia," ucapnya membuatku terkejut.
"gak mungkin Len. Dia hanya mencintai Lala," sahutku. Aku gak percaya jika Mas Alan akan mencintaiku.
"kenapa gak mungkin. Hati orang siapa yang tahu Nia. Kemarin Alan bucin sama Lala, siapa tahu sekarang Alan bucinnya sama kamu. Buktinya dia sampai mengikutimu," godanya padaku.
"Lena..., kamu baik baik aja kan? gak sakit kan," tanyaku dengan meletakkan tanganku di keningnya.
"aku baik baik aja," jawabnya enteng. Lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya kembali.
"kamu senang Mas Alan cinta sama aku,"
"hm..., itu kabar bagus Nia," ucapnya dengan seringai di wajahnya. Aku merasa Lena akan merencanakan sesuatu.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.